Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Pendidikan Kita Maju, Optimalkan Kolaborasi Orangtua dan Guru!

19 November 2023   16:14 Diperbarui: 19 November 2023   16:33 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Diskusi antara Guru dan Orangtua. (bbpmpjatim.kemdikbud.go.id)

Di tanggal 25 November 2023, kita semua akan memperingati Hari Guru Nasional. Hari Guru merupakan momentum istimewa atau waktunya kita semua untuk merenungkan tantangan dan perjalanan dunia pendidikan. Seiring berjalannya waktu, seolah-olah kita dihadapkan pada serangkaian pekerjaan rumah (PR) yang tak pernah kunjung selesai.

Kesejahteraan para guru adalah hal pertama yang juga menjadi catatan utama. Mereka adalah garda terdepan dalam mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada generasi penerus. 

Sayangnya, kesejahteraan mereka masih menjadi PR utama. Upah yang kurang memadai, beban kerja yang masih tinggi, hingga minimnya dukungan untuk pengembangan profesional telah menjadi ancaman serius. 

Perbaikan kesejahteraan guru, tentu saja harus menjadi fokus utama agar mereka dapat memberikan yang terbaik bagi anak-anak Indonesia.

Foto ilustrasi Demo Guru. (Faisal Mawa'ataho via Quora.com)
Foto ilustrasi Demo Guru. (Faisal Mawa'ataho via Quora.com)
Namun, tentu saja PR yang kita hadapi tidak hanya mengenai guru. Kolaborasi antara orangtua dan guru juga menjadi cerita yang perlu ditulis. Belum optimalnya kolaborasi ini menciptakan kesenjangan informasi, yang akhirnya merugikan perkembangan anak itu sendiri. Orangtua dan guru seakan berada di dunia yang berbeda, dengan saling tuding dan kurangnya pemahaman akan peran masing-masing.

Perundungan merupakan masalah pelik di dunia pendidikan, juga turut menjadi isu utama. Tindakan pelecehan ini tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah, tetapi juga merambah dunia maya. 

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik yang melibatkan guru dan orangtua untuk mencegahnya. Membangun karakter interpersonal anak harus dimulai sejak dini, di sekolah dan lebih penting lagi, di rumah.

Diakui atau tidak, upaya meningkatkan kolaborasi antara orangtua dan guru adalah kunci untuk mengoptimalkan kemampuan akademis anak. Orangtua harus menjadi mitra dalam proses pendidikan anak, bukan sekadar penonton. 

Komunikasi yang terbuka, pertemuan rutin, dan partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah dapat memperkuat kerjasama ini. Seorang Guru, di sisi lain, harus membuka pintu bagi partisipasi orangtua, memberikan informasi yang jelas, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran.

Sebagai guru, bantuan yang dibutuhkan dari orangtua tidak hanya sebatas dukungan finansial. Keterlibatan aktif dalam melibatkan diri dalam perkembangan anak, mendukung kegiatan sekolah, dan memberikan pemahaman pada anak tentang pentingnya pendidikan adalah bentuk kontribusi yang sangat berarti. 

Hal inilah yang dapat membuat anak-anak begitu antusias dalam menjalani aktivitasnya sebagai seorang pelajar. Sekolah tidak lagi menjadi beban, tapi justru menyenangkan.

Kita semua tentunya menyadari tugas yang diemban seorang guru seperti Akbar Fauzan, S.Pd.I bukanlah sebuah tugas yang ringan karena menyangkut masa depan bangsa ini, sehingga dukungan dari orang tua dan masyarakat perlu lebih dioptimalkan lagi. 

Jangan sampai kita punya anggapan bahwa semua itu adalah tugas guru dan pemerintah semata. Pemahaman inilah yang kadang terabaikan dari orang tua.

Ilustrasi Foto Guru Mengajar. (Freepik.com)
Ilustrasi Foto Guru Mengajar. (Freepik.com)

Tak bisa dipungkiri,  banyak guru yang masih menghadapi kendala dalam mengajak orangtua berkolaborasi. Beberapa orangtua cenderung enggan terlibat dalam pendidikan anak mereka, entah karena kesibukan atau kurangnya kesadaran akan pentingnya peran mereka. Akibatnya, anak kehilangan dukungan yang konsisten di rumah, yang dapat memengaruhi prestasi akademis dan perilaku mereka.

Jika orangtua enggan berkolaborasi, dampaknya akan terasa luas. Anak mungkin kesulitan dalam mengatasi tantangan akademis, kurangnya dukungan emosional, dan bahkan rentan menjadi korban perundungan. Oleh karena itu, melibatkan orangtua bukanlah pilihan, melainkan keharusan.

Ilustrasi Hari Guru Nasional 2023. (Situs Kemdikbud via Detik.com)
Ilustrasi Hari Guru Nasional 2023. (Situs Kemdikbud via Detik.com)

Mengoptimalkan peran guru di sekolah dan orangtua di rumah membutuhkan kerja sama tim yang solid. Guru dapat memberikan wawasan tentang perkembangan anak di sekolah. 

Sementara itu orangtua dapat berbagi informasi tentang dinamika anak di rumah. Pertemuan rutin, saling pengertian, dan kerjasama yang harmonis akan menciptakan lingkungan pendidikan yang kokoh.

Perlu diakui, kita melihat bahwa PR dunia pendidikan kita tidak hanya tentang guru atau orangtua, melainkan juga soal kolaborasi keduanya. Hanya dengan bersatu, kita dapat memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak kita. 

Semua pihak memiliki peran penting, dan PR ini bukanlah tanggung jawab satu pihak, melainkan sebuah perjalanan bersama, tentu saja untuk masa depan pendidikan yang lebih baik.

Yuk, kita optimalkan kolaborasi antara guru dan orangtua, semuanya untuk anak-anak kita juga, dan yang lebih penting lagi untuk masa depan bangsa dan negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun