Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

TikTok Shop Tidak Perlu Dilarang, Tingkatkan saja Keberpihakan Kita pada UMKM!

28 September 2023   15:57 Diperbarui: 30 September 2023   04:46 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Larangan TikTok Shop/Kreasi: Sukarja, sumber: freepik.com

TikTok Shop atau lainnya yang selama ini dituding sebagai penyebab anjloknya penjualan UMKM dan pedagang pasar, semestinya tak perlu untuk dilarang. Apa pun alasannya, biarkan saja terus beroperasi. Mengenai adanya kerugian yang mungkin akan dialami konsumen, biar konsumen sendiri yang nantinya bisa menilai baik-buruknya bertransaksi secara online di aplikasi seperti TikTok Shop ini. 

Seperti yang disampaikan Presiden Jokowi, larangan transaksi langsung di medsos bertujuan untuk memayungi UMKM dari terjangan dunia digital. 

Menurut Jokowi, aturan tersebut memang terlambat dikeluarkan sehingga berdampak ke banyak hal. 

Presiden juga menyinggung data Kemenkop UKM, yang menyebutkan kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 60,51 persen dengan nilai transaksi sebesar Rp 9.580 triliun. 

"Tadi baru saja kita rapat terbatas memutuskan mengenai sosial media yang digunakan untuk e-commerce. Besok mungkin keluar (aturannya). Karena dampaknya memang sangat dahsyat sekali. Kita terlambat hanya beberapa bulan saja efeknya ke mana-mana," ujar Jokowi, seperti dikutip Kompas.com (26/9/2023).

Sekali lagi, jika bertujuan melindungi konsumen, selama konsumen belum dirugikan, tak ada alasan kuat bagi pemerintah melarang TikTok Shop. 

Begitu pula, jika alasannya karena merosotnya penjualan UMKM dan pedagang pasar, pemerintah juga sebaiknya lebih keras lagi memberikan perhatiannya pada UMKM dan pedagang pasar.

Foto Ilustrasi Kemajuan Industri Manufaktur di Cina/sumber Foto: Republika.co.id
Foto Ilustrasi Kemajuan Industri Manufaktur di Cina/sumber Foto: Republika.co.id

Cina: Dari Negara yang Terisolasi, Kini Menjadi Negara Maju!

Sesuatu yang patut kita ketahui. Pada tahun 1949, Republik Rakyat Tiongkok (Cina) didirikan di bawah kepemimpinan Mao Zedong dari Partai Komunis Tiongkok. 

Kepemimpinan Mao dikenal karena beberapa kampanye yang merusak, seperti "Revolusi Kebudayaan," yang berdampak buruk terhadap perekonomian Cina dan hubungannya dengan dunia luar. Hal itulah yang membuat Cina terisolasi dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Boikot terhadap Cina secara ekonomi dan politik menciptakan isolasi yang signifikan.

Pada tahun 1978, setelah kematian Mao, Deng Xiaoping naik ke tampuk kekuasaan dan memulai era reformasi ekonomi yang disebut "Keempat Modernisasi." 

Reformasi ini meliberalisasi sektor ekonomi Cina, membuka pasar untuk investasi asing, dan mengizinkan sektor swasta tumbuh. Ini adalah poin balik dalam sejarah Cina.

Cina mulai membuka diri terhadap investasi asing dan mengembangkan zona-zona ekonomi khusus (SEZ), seperti Shenzhen, di mana peraturan perdagangan dan investasi diberlakukan secara lebih longgar untuk mendukung bisnis internasional. 

Pada dasarnya, Cina mengundang bisnis asing untuk berinvestasi dan bermitra dengan perusahaan-perusahaan Cina.

Kebijakan reformasi ekonomi ini akhirnya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di Cina. Dengan populasi yang besar, sumber daya manusia yang kompeten, dan infrastruktur yang berkembang pesat, Cina menjadi tujuan investasi global. Pada tahun 1978, Cina adalah ekonomi terkecil di dunia, dan pada tahun 2010, Cina melampaui Jepang sebagai ekonomi terbesar kedua di dunia.

Cina juga memainkan peran penting dalam rantai pasokan global dan produksi, menjadi "Pabrik Dunia" dengan manufaktur yang melayani pasar global dengan produk-produk yang terjangkau.

Kemajuan ekonomi Cina selama beberapa dekade terakhir telah mengangkat ratusan juta orang keluar dari kemiskinan dan menciptakan kelas menengah yang kuat. 

Cina telah menjadi negara maju dalam berbagai bidang, termasuk teknologi, infrastruktur, riset, perdagangan, dan lebih banyak lagi. 

Namun, perkembangan ini juga diikuti oleh tantangan, seperti ketidaksetaraan ekonomi dan masalah lingkungan. Cina juga sering mendapatkan kritik terkait hak asasi manusia dan kebijakan politiknya.

Dalam konteks ekonomi, Cina telah menjadi salah satu kekuatan utama dalam dunia bisnis global dan perdagangan internasional. Perjalanan dari negara yang pernah diboikot oleh negara-negara Barat hingga menjadi negara maju adalah salah satu kisah sukses ekonomi paling mengesankan dalam sejarah modern.

Dengan kata lain, membanjirnya produk-produk Cina ke Indonesia saat ini, tak lain karena keberpihakan pemerintah Cina kepada usaha dan industri di negaranya sangat besar. Itulah yang semestinya juga dilakukan pemerintah kita. Namun, semua itu terjadi juga karena adanya perubahan yang signifikan dalam reformasi ekonomi di Cina sepeninggal Mao Zedong.

Seperti diketahui, Pemerintah Cina telah mengambil banyak tindakan yang akhirnya membuat banyak produk-produk Cina membanjiri pasar Indonesia dengan harga yang sangat murah. Di antaranya:

1. Produksi Massal dan Efisiensi Rendah.

Cina memiliki keunggulan dalam produksi massal, karena memiliki infrastruktur yang besar dan tenaga kerja yang juga berlimpah. Dengan biaya produksi yang rendah, mereka dapat menghasilkan barang-barang dengan harga yang bisa lebih murah daripada banyak negara lain.

2. Subsidi Pemerintah.

Pemerintah Cina telah memberikan berbagai insentif dan subsidi kepada industri dalam negeri, termasuk bantuan keuangan, pembebasan pajak, dan dukungan infrastruktur. Ini membantu industri mereka menghasilkan barang-barang dengan harga yang kompetitif.

3. Ekspor Produk Sisa.

Cina juga seringkali mengirimkan produk yang tidak laku atau produk yang surplus ke pasar internasional, termasuk Indonesia. Ini dapat menyebabkan penurunan harga produk.

4. Ekspansi Pasar Global.

Pemerintah Cina sangat mendorong perusahaan-perusahaan dalam negerinya untuk mengembangkan pasar global. Mereka telah melakukan investasi besar di luar negeri dan membantu perusahaan Cina untuk mengekspor produk mereka ke pasar-pasar global, termasuk Indonesia.

5. Biaya Tenaga Kerja Rendah.

Cina juga memiliki tenaga kerja yang relatif murah dibandingkan dengan banyak negara maju. Ini memungkinkan mereka untuk memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah, yang kemudian dapat dijual dengan harga yang lebih murah.

6. Infrastruktur Logistik yang Baik.

Negara Cina juga memiliki infrastruktur logistik yang baik, termasuk pelabuhan modern dan sistem transportasi yang efisien. Hal ini membantu mereka dalam pengiriman barang ke berbagai negara dengan biaya yang rendah.

7. Kerja Sama Dagang.

Pemerintah Cina telah mengadakan perjanjian dagang secara  bilateral dan regional dengan banyak negara, termasuk Indonesia. Ini memfasilitasi perdagangan dan investasi antara kedua negara, yang dapat menyebabkan masuknya lebih banyak produk Cina ke pasar Indonesia.

8. Pasar E-Commerce.

Cina juga memiliki pasar e-commerce yang kuat dengan perusahaan, seperti Alibaba dan JD.com. Ini memungkinkan produk-produk Cina lebih mudah diakses oleh konsumen Indonesia melalui platform online.

9. Keahlian Manufaktur.

Keahlian manufaktur yang tinggi di Cina telah memungkinkan mereka untuk memproduksi berbagai jenis produk dengan kualitas yang baik dan harga yang kompetitif.

Ketika produk-produk Cina membanjiri pasar Indonesia, ini dapat memberikan berbagai pilihan kepada konsumen Indonesia dengan harga yang lebih murah. 

Namun, hal ini juga dapat menjadi tantangan bagi industri lokal, baik itu UMKM maupun pedagang pasar yang harus bersaing keras dengan produk impor yang lebih murah. 

Foto Ilustrasi Majunya Ekspor Cina/sumber: CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto Ilustrasi Majunya Ekspor Cina/sumber: CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Pemerintah Indonesia, seperti juga pemerintah di negara lain, terkadang mengambil tindakan proteksionis atau mengatur tarif bea cukai untuk melindungi industri dalam negeri. Apakah tindakan itu benar? 

Bisa juga dikatakan benar, namun jadi kurang efektif, karena masalah besar yang ada di belakangnya belum juga dibenahi, alih-alih masalah penguasaan manufaktur, masalah keberpihakan pada UMKM pun masih dirasakan kurang. 

Namun, ada hal yang lebih penting lagi, bagaimana membuat rakyat kita ini semakin mencintai produk dalam negeri. 

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang empuk bagi segala jenis usaha perdagangan. Jikalau semua ini bisa dimanfaatkan secara baik, tentu saja kita tak perlu lagi takut atau khawatir dibanjiri produk-produk dari luar negeri. 

Seperti diketahui, dahulu Cina juga mungkin punya pengalaman bagaimana negaranya diboikot negara-negara Barat, sehingga mereka berusaha memanfaatkan besarnya jumlah penduduk Cina, yang hasilnya kini bisa tampak kita lihat. Tentu juga dibarengi reformasi ekonomi besar-besaran.

Ilustrasi logo Bangga Buatan Indonesia/sumber: radioidola.com
Ilustrasi logo Bangga Buatan Indonesia/sumber: radioidola.com

Apabila semua rakyatnya lebih mencintai produk dalam negeri, niscaya semua itu akan mengangkat industri lokal kita semakin maju dan mampu berbuat lebih. 

Apa pun alasannya, rakyat tentu akan mencintai produk dalam negeri, apabila produk yang dihasilkannya juga cukup baik dan layak dibanggakan. 

Semuanya memang harus saling bekerja sama satu sama lain, baik pemerintah, dunia usaha dan UMKM, juga masyarakat luas sebagai konsumennya. 

Semua itu bisa kita pelajari dari sejarah panjang Cina, dari negara terisolasi menjadi negara maju seperti yang kita lihat saat ini. 

Apa semua rakyat sanggup? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun