Janji-janji ini sifatnya populis, dan  biasanya digunakan untuk menarik pemilih dan memenangkan pemilu.
Dari ketiga bakal kontestan yang beredar, masyarakat banyak ditawarkan janji-janji populis dan memang apa yang dijanjikan merupakan kebutuhan banyak orang yang menjadi sasaran pemenangan pilpres.
Misalnya, janji-janji Prabowo yang akan memberikan makan siang dan minum susu gratis untuk semua murid di sekolah, di pesantren, anak-anak balita, dan bantuan gizi untuk ibu hamil.Â
Ganjar yang ingin menaikkan gaji guru sebesar 30 juta perorang. Atau Cak Imin yang ingin memberikan bantuan keuangan pada ibu-ibu hamil  6 juta setiap bulan, dana desa sebesar 5 miliar per desa, atau BBM gratis.
Namanya juga baru janji, dan itu juga belum ada itung-itungannya secara resmi, dan apakah janji-janji itu nantinya tidak akan berbenturan dengan kebijakan lainnya?
Ya, semua gagasan, ide, dan juga janji-janji kampanye bakal capres dan cawapres memang kadangkala tidak membumi.Â
Semuanya terkesan asal keluar dari isi kepada para politisi yang tergabung di dalam koalisi partai pendukung bakal capres dan cawapres.Â
Berbeda jika pemikiran itu datang dari para ahli kebijakan publik, ahli hukum, dan ahli-ahli lainnya bersama para politisi dan wakil rakyat di MPR yang dahulu pernah melahirkan GBHN, tentu hasilnya sangat membumi dan menjamin keberlangsungan pembangunan di negeri ini, meski pemerintahan silih berganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H