Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Menabung di Bank, untuk Sekadar Mengamankan Uang atau Mendulang Cuan?

20 September 2022   14:03 Diperbarui: 20 September 2022   21:51 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uang tabungan puluhan juta rupiah milik Samin yang ditabung di celengan habis dimakan rayap, Selasa (13/9/2022).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Hari gini, menabung di bank, sepertinya sudah tidak lagi jadi pilihan sebagian masyarakat di Indonesia. Hal ini bisa saja terjadi mungkin karena adanya pergeseran pola hidup di masyarakat kita, yang kini cenderung konsumtif. Dulu, memang bank Indonesia mengeluarkan Tabanas (Tabungan Pembangunan Nasional) suatu bentuk kampanye menabung bagi masyarakat. Dalam beberapa tahun belakang juga ada Tabunganku, namun sepertinya kurang menarik.

Bagaimana mau menabung, jika setiap hari hal-hal yang membuat hidup semakin konsumtif dijejali, baik melalui tayangan televisi maupun konten-konten menarik di media sosial, yang tak pernah lepas dari jangkauan mata kita. Kita dibuat lapar mata.

Namun, industri perbankan pun tak kehabisan akal. Berbagai produk investasi ditawarkan, hal ini dilakukan semata-mata untuk menarik para pemilik uang agar mau memarkirkan uangnya ke bank. 

Bagaimana pun, tanpa adanya uang yang parkir ke bank, bank akan kesulitan melakukan tugasnya memodali masyarakat yang membutuhkan modal untuk membuka usaha atau untuk kebutuhan lain.

Selain persoalan konsumtif di atas, ternyata keengganan masyarakat untuk menabung di bank, juga dikarenakan adanya pandangan bahwa bunga bank itu haram. 

Dengan begitu, tak sedikit masyarakat yang lebih memilih rumah sebagai tempat yang dinilainya paling 'aman' untuk menyimpan uang. Dan, faktanya, rumah bukanlah tempat yang benar-benar aman untuk menyimpan uang, lebih-lebih uang dalam jumlah banyak. 

Kita semua menyadari hal itu, ketika ada masyarakat yang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk biaya perjalanan haji, ketika uang sudah banyak terkumpul, justru mereka dibuat kaget karena uang hasil jerih payahnya itu termakan rayap.

Inilah kenyataan yang terjadi di masyarakat kita. Uang tabungan sekitar Rp 50 juta dari seorang penjaga sekolah yang dikumpulkan selama 2,5 tahun dalam celengan dimakan rayap.

Uang tabungan puluhan juta rupiah milik Samin yang ditabung di celengan habis dimakan rayap, Selasa (13/9/2022).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)
Uang tabungan puluhan juta rupiah milik Samin yang ditabung di celengan habis dimakan rayap, Selasa (13/9/2022).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Anggapan bahwa bunga bank itu haram memang masih menjadi perdebatan. Artinya, meskipun di Indonesia sudah berdiri beberapa bank syariah, masyarakat yang punya pandangan seperti itu juga belum bisa menerima sistem bagi hasil yang diberlakukan di bank syariah. 

Oleh Karena itu, ada bank syariah yang benar-benar tidak membayarkan bagi hasil (bunga untuk bank konvensional) kepada nasabahnya. 

Dengan demikian, cara itu bisa lebih membuat masyarakat percaya bahwa bank adalah tempat yang paling aman untuk menyimpan uang. Tentu saja, kemudian untuk biaya administrasi nasabah bank menjadi tanggungan bank itu sendiri.

Untuk mempertahankan nasabah, bank tentu saja tidak bisa melakukannya sendiri. Berbagai cara dilakukan bank agar nasabahnya tetap loyal dan tetap menyimpankan uangnya di bank mereka.

Salah satunya yang dilakukan bank adalah bekerja sama dengan sekuritas. Dalam hal ini, bank sebagai agen penjual produk-produk sekuritas, seperti saham, reksadana, atau obligasi. 

Dari sinilah, nasabah bisa mendapatkan cuan yang lebih dari sekadar menabung. Ya, tentu saja, riskonya juga berbanding lurus dengan hasil yang akan didapat.

Semua hal yang menyangkut uang memang ada risikonya. Oleh karena itu, bank dan lembaga lainnya perlu terus memberikan pemahaman yang sebaik-baiknya kepada masyarakat agar masyarakat bisa semakin paham pentingnya menabung atau berinvestasi. Selain berdampak positif bagi nasabah, uang yang diputar lembaga keuangan juga bisa ikut memutar roda perekonomian masyarakat.

Bank memang harus memutar otak. Meski tak bisa memberikan bunga atau bagi hasil yang tinggi kepada nasabahnya.

Setidak-tidaknya, bank juga tidak membebani biaya administrasi yang pada akhirnya akan mengurangi uang yang dimiliki nasabah. 

Intinya, masyarakat akan terbuka hatinya dan mau menyimpankan uangnya di bank, alasannya bukan hanya karena bank sebagai tempat yang aman, tetapi juga uang yang disimpan masyarakat itu tidak sampai berkurang atau bahkan sampai nihil akibat biaya administrasi bulanan.

Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memang perlu terus dimasyarakatkan keberadaannya agar nasabah bisa makin percaya kepada bank.

Tentu saja, alangkah lebih baiknya, jika bank sudah tidak bisa lagi memberikan bunga yang tinggi kepada nasabah, bank juga harus bisa memberikan hal lain untuk membuat nasabah semakin loyal, seperti kemudahan dalam memberikan pinjaman kredit dengan mudah dan juga murah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun