Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Jangan Lagi Salah Kaprah, Membandingkan Pertamina dengan Petronas!

2 Agustus 2022   22:58 Diperbarui: 12 Agustus 2022   11:34 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Gedung Petronas (www.luxuo.com) dan Gedung Pertamina (istimewa)

Dalam 5 hingga 7 tahun terakhir ini, tak sedikit publik di Malaysia yang mencibir pemerintahan negaranya sendiri, dan membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Buat kita di sini, senang-senang saja, apa yang dilakukan Jokowi ikut diapresiasi rakyat dari negeri tetangga.

Memang tidak hanya terjadi di Malaysia, di Indonesia pun tak sedikit di antara kita yang mencibir pemerintahannya sendiri. 

Hal seperti itu biasa saja, lebih-lebih yang melakukan itu memang sejak awal bukanlah pendukung presiden yang berkuasa.

Namun, terkadang apa yang disampaikan bukan lagi sekadar kritik, tetapi cibiran yang dibuat-buat (nyinyir) dan tidak lagi sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Itulah yang disayangkan.

Salah satunya, terkait dengan PT Pertamina (Persero), dimana tidak sedikit Netizen di sini yang membandingkan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Minyak dan Gas (Migas) terbesar di Indonesia itu dengan perusahaan migas Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau biasa disingkat menjadi Petronas.

Misalnya dalam soal laba bersih perusahaan, seperti dikutip dalam Kompas.com (31/7/2022). Pada tahun anggaran 2021 misalnya, laba bersih atau net profit Pertamina mencapai 2,05 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 26,69 triliun. 

Sedangkan Petronas di tahun yang sama, berhasil mencetak laba bersih setelah pajak RM 48,6 miliar. Jika diasumsikan 1 ringgit Malaysia sebesar Rp 3.320, artinya laba bersih Petronas mencapai Rp 161,78 triliun. 

Dengan kata lain, jumlah laba bersih Petronas itu setara dengan 5 kali lipatnya yang dihasilkan Pertamina.

Tentu saja hasilnya di luar dugaan kita selama ini, yang menganggap Pertamina adalah perusahaan besar, dan Petronas di awal lahirnya pun pernah belajar dari Pertamina. Namun, itulah faktanya saat ini.


Secara kasatmata, kita semua beranggapan Pertamina dan Petronas sama-sama perusahaan migas, dan tidak tampak perbedaannya dari keduanya. 

Namun, jika kita tengok lebih mendalam, Pertamina dan Petronas adalah dua hal yang berbeda, sehingga kalau  mau mengambil istilah Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan, Pertamina dan Petronas tidak bisa secara apple to apple diperbandingkan.

Hal yang sama juga disampaikan Asisten Deputi Bidang Keuangan Kementerian BUMN Bin Nahadi bahwa PT Pertamina (Persero) tidak bisa dibanding-bandingkan dengan Petronas. 

"Enggak mungkin kita bandingkan Pertamina dengan Petronas, kenapa, karena Pertamina ada penugasan BBM satu harga," ujar Nahadi dalam diskusi virtual, seperti dikutip Kompas.com (25/9/2020).

Pertamina, kita kenal sama seperti perusahaan migas lainnya, seperti Medco Energi, Chevron Pacific Indonesia, dan banyak lagi. 

Namun, berbeda dengan Petronas. Di Malaysia, Petronas, selain fungsinya sebagai perusahaan migas (seperti Pertamina), Petronas juga mempunyai fungisi lain, yakni seperti SKK Migas di Indonesia. 

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) adalah institusi yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Seperti halnya SKK Migas, Petronas itu mewakili Pemerintah untuk urusan hulu migas di seluruh Indonesia.

Saat masih menjadi Menteri BUMN, Dahlan Iskan menyampaikan ketidaksetujuannya dengan narasi-narasi yang coba membandingkan antara Pertamina dan Petronas.


Menurut Menteri yang juga mantan Wartawan ini, Pertamina baru bisa dibandingkan dengan Petronas jika diberikan wewenang untuk mengatur pengelolaan migas di tanah air, seperti halnya Petronas yang menguasai dan mengelola migas di Malaysia.

Selama ini, menurut Dahlan, SKK Migas-lah yang menjadi regulator dalam pengaturan pengelolaan migas di tanah air. 

Artinya, di saat awal berdirinya Pertamina juga mempunyai privilege yang sama dengan yang dimiliki Petronas. 

Bagaimana pun, di awal berdirinya, Petronas juga belajar dari Pertamina. 

Hanya saja, karena ketentuan international monetary fund (IMF) seperti disinggung dalam podcats di bawah ini, yang akhirnya membuat Pertamina tak lagi memiliki kekuatan seperti halnya Petronas saat ini.

Moga-moga saja, kiranya upaya revisi Undang Undang Migas untuk mengembalikan kekuatan Pertamina bisa segera terwujud, sehingga Pertamina bisa lebih lincah lagi ruang geraknya.

Nah, Kompasianer, tayangan podcast talk bersama Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro di bawah bisa jadi pencerahan bagi kita untuk melihat 'benang merah' yang membedakan Pertamina dengan Petronas.

Kita semua mengetahui, sebagai perusahaan migas yang dimiliki negara, Pertamina mendapat banyak penugasan dari Pemerintah, di antaranya menyalurkan BBM Jenis tertentu atau BBM Subsidi dan BBM penugasan, program BBM Satu Harga, atau konversi LPG untuk nelayan dan petani.

Penugasan semacam ini (public service obligation) adalah hal yang tidak dilakukan oleh Petronas. 

Sebagai perusahaan negara, pantang juga bagi Pertamina untuk menolak penugasan negara, sekalipun kebijakan tersebut merugikan Pertamina.

Dengan posisi yang berbeda dengan Pertamina, tentu saja Petronas bisa dengan leluasa mengeksplorasi dan juga mengeksploitasi migas di belahan bumi mana pun, sehingga minyak yang dihasilkan pun bisa melebihi Pertamina.

Infografis Harga BBM di ASEAN/IG: @energinesiaid
Infografis Harga BBM di ASEAN/IG: @energinesiaid

Oleh karena itu, di saat harga minyak merangkak naik saat ini, Petronas makin diuntungkan, semakin tebal pula pundi-pundi dolar yang masuk ke kas negara. 

Semua itu berpulang ke subsidi BBM untuk rakyatnya. Itulah, mengapa harga BBM di Malaysia menjadi yang paling murah di negara-negara anggota ASEAN, setidaknya itulah hasil dari pelajaran yang diterima dari Indonesia.

Nah, setelah membaca tulisan ini, moga-moga gak ada lagi yang salah kaparah dan membanding-bandingkan kembali antara Pertamina dengan Petronas. 

Jauh dari lubuk hati yang paling dalam, moga-moga saja, upaya membandingkan Pertamina dengan Petronas merupakan wujud dari rasa cinta kita semua terhadap Pertamina, yang dahulu menjadi guru bagi Petronas. 

Dan, bukan hal yang mustahil pula, apabila ke depannya PT Pertamina (Persero) bisa mengembalikan kejayaannya bagi bangsa dan rakyat Indonesia. 

Semoga!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun