Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Harga Elpiji Nonsubsidi Naik? Gunakan Alternatif yang Lebih Murah!

7 Januari 2022   01:17 Diperbarui: 7 Januari 2022   03:26 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada akhir Desember 2021 lalu, PT Pertamina (Persero) mulai menaikkan harga  jual  liquefied petroleum gas (LPG) Nonsubsidi. Alasannya, tak jauh-jauh dari  adanya peningkatan dari tren harga Contract Price Aramco (CPA), yang selama ini jadi acuan harga LPG di Indonesia. Rata-rata kenaikkannya, yang mulai berlaku 25 Desember 2021, antara Rp1.600 hingga Rp2.300 per Kg.

Dengan kenaikkan tersebut, artinya Pemerintah akan merogoh kocek lebih dalam lagi untuk mensubsidi harga Elpiji (merek gas yang dijual Pertamina) 3kg, mengingat gas yang banyak digunakan masyarakat saat ini adalah produk impor.

Terlebih lagi, skema subsidi pemerintah atas elpiji 3kg ini masih dilakukan secara terbuka. Artinya, gas melon 3 kg ini bisa dibeli oleh siapa saja dengan mudah, termasuk oleh orang yang tidak berhak mendapatkan subsidi. Ya, meskipun gas melon tersebut dilabeli "hanya untuk masyarakat miskin".

Dengan kenaikan elpiji nonsubsidi, mungkinkah akan membuat masyarakat berpunya yang biasanya membeli gas 12kg, akan beralih ke gas 3kg yang masih disubsidi itu?

Seperti diketahui, penggunaan gas untuk masyarakat, mulai dimasyarakatkan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla tahun 2007 silam. Ketika itu,  konversi minyak tanah ke gas dibuat karena Pemerintah ingin menghemat subsidi yang diberikan per liter minyak tanah.

Nah, kini, akibat beban subsidi yang meningkat, mungkinkah Pemerintah akan mengkonversi gas elpiji ke bahan bakar alternatif?

Kalau mau ditelisik lebih dalam, sebenarnya ada jenis bahan bakar rumah tangga yang bisa digunakan sebagai penganti elpiji yang impor ini.  

Apa saja itu?

Untuk diketahui, antara elpiji dan bahan bakar gas (BBG) atau gas pipa adalah dua hal yang berbeda. Meskipun sama-sama berasal dari gas, dan sama-sama bisa digunakan untuk memasak. Jika pipa gas berasal dari C1 (gas methane) dan C2 (gas ethane). Sedangka Elpini berasal dari liquefied petroleum gas.

Pipa gas sendiri saat ini diproduksi oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk, yang juga anak perusahaan dari PT Pertamina. Yang membedakannya, elpiji lebih praktis karena dikemas dalam bentuk tabung 3kg atau 12kg. Sedangkan gas pipa hanya bisa disalurkan melalui pipa-pipa, dan kebanyakan konsumennya adalah industri.

Tentu saja, gas yang melalui pipa ini lebih murah harganya, karena diproduksi di dalam negeri, sedangkan elpiji adalah produk impor.

infografis jaringan gas untuk rakyat/Kominfo.go.id
infografis jaringan gas untuk rakyat/Kominfo.go.id

Selain gas alam, bahan bakar pengganti elpiji juga bisa berasal dari DME (Dimethyl Ether). DME adalah proses gasifikasi dari batu bara. Nah, jumlah batu bara yang kita miliki sangat besar. Tentu saja jika proses gasifikasi batubara ini dilakukan, menurut Menteri BUMN Erick Thohir, Indonesia akan menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan menyerap 10 ribu tenaga kerja. 

"Gasifikasi batu bara memiliki nilai tambah langsung pada perekonomian nasional secara makro. Akan menghemat neraca perdagangan, mengurangi ketergantungan terhadap impor LPG, dan menghemat cadangan devisa," kata Erick, seperti dilansir CNBCIndonesia.com (11/05/2021). 

Nah, terakhir dari penulis, jika masyarakat ingin lebih menghemat dan tentu saja cara ini yang pernah diutarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yaitu masyarakat bisa beralih dari kompor gas  menjadi kompor induksi.

Dengan menggunakan kompor induksi, kita tak perlu lagi membeli gas subsidi maupun nonsubsidi, karena kompor induksi hanya menggunakan tenaga listrik. Selain lebih aman karena tidak mengeluarkan api, kompor induksi juga bisa dikatakan lebih hemat dari gas. 

Setidaknya, kata Erick, kita bisa menghemat 20% bila dibandingkan memasak dengan menggunakan kompor gas LPG.

kompor induksi/Republika.co.id
kompor induksi/Republika.co.id

Bagaimana menurut Anda? 

Ayo berhemat, bukan untuk kita saja, tapi juga untuk negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun