Presiden Joko Widodo (Jokowi), akhirnya secara resmi mengumumkan ibu kota baru berada di Kalimantan. Lokasinya terletak di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.Â
Kedua lokasi tersebut tentu saja sudah melalui kajian yang cukup mendalam dan juga dalam rentang waktu yang tidak sebentar, Â sehingga Jokowi menganggap wilayah tersebut paling ideal untuk menggantikan Jakarta.
Pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan, tentu saja bisa menjadi polemik di tengah masyarakat. Bahkan, sebelum diumumkan Jokowi, tak sedikit para politisi mempertanyakan urgensi pemindahan ibukota.Â
Mulai dari Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang mengatakan pemindahan ibu kota perlu berbagai pertimbangan, yang berkaitan dengan lokasi dan sumber daya alam di daerah yang baru.Â
Bahkan, secara politis, Zulhas menyinggung agar Jokowi lebih fokus pada insiden yang terjadi di Papua, dibandingkan mengumumkan ibukota baru.
Ada juga pernyataan yang datang dari Sandiaga Uno. Mantan Wakil Gubernur Jakarta ini mengusulkan rencana pemindahan ibu  kota, sebaiknya dilakukan melalui referendum, meminta persetujuan rakyat. Sandi pun menilai rencana pemindahan ibu kota saat ini, belum menjadi prioritas pemerintah.
Dua pernyataan politikus di atas, penulis kutip hanya untuk mewakili di antara banyak pihak yang merasa pemerintah belum perlu memindahkan ibu kota mulai dilakukan saat ini.Â
Pemikiran serupa mengenai belum urgensinya memindahkan ibu kota, bukan hanya terjadi saat ini. Penulis meyakini, Â dari dulu rencana pemindahan ibu kota hanya menjadi wacana yang tak pernah terealisasi. Padahal, urgensi pemindahan ibu kota sudah dipikirkan sejak Presiden Pertama RI Sukarno masih berkuasa.
![Patung Sukarno di Palangka Raya/Foto: Noval/detikcom](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/08/27/b2248ae8-3779-456a-a38f-791c92383a77-169-5d6494ec0d82303b4c205752.jpg?t=o&v=770)
Namun, wacana itu tak kesampaian, karena pada tahun 1960-an Indonesia ditawarkan menjadi tuan rumah Asian Games, sehingga saat itu Sukarno lebih memilih menyelenggarakan even olahraga berkelas internasional, yang memang untuk pertama kali bagi Indonesia.
"Bung Karno serius, bukan hanya sekedar mewacanakan, tapi juga sudah membuat desain sederhana, dan Bung Karno datang menindaklanjuti," kata Sejarawan LIPI, Asvi Arwan Adam saat acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/8/2019).
Nah, jika penulis sedikit menyinggung lokasi Bukit Soeharto di Kalimantan Timur sebagai lokasi yang akan menjadi ibu kota, bukan tanpa alasan.Â
Untuk diketahui, Bukit Soeharto ini areanya cukup luas, dan dimiliki negara, sehingga jika ibu kota pindah di sini pun bisa lebih menekan biaya penguasaan lahan.Â
Selain itu, lokasinya di Pulau Kalimantan, juga menjadi sangat strategis sebagai ibu kota negara, karena posisinya tepat di tengah-tengah Nusantara.
Dengan kata lain, pemindahan ibu kota yang direncanakan Presiden Jokowi, bukan ujug-ujug datang semata. Wacana dan kajiannya sudah cukup lama,yang menurut Jokowi sekitar tiga tahun lalu.
Bahkan, kalau mau ditelusuri, Â dua presiden kita, baik Sukarno maupun Soeharto seakan sudah memberikan "wangsitnya" untuk memudahkan langkah-langkah Jokowi memindahkan ibukota dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
Berikut apa yang dikatakan Jokowi melalui akun Instagramnya.
Kenapa ibu kota harus pindah?
Jakarta saat ini menyangga beban yang sudah terlalu berat sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan, dan pusat jasa. Bahkan, sebagai lokasi bandar udara dan pelabuhan laut terbesar di Indonesia.
Kemacetan lalu lintas yang sudah terlanjur parah, polusi udara dan air kota ini harus segera kita tangani.
Ini bukan kesalahan Pemprov DKI Jakarta. Bukan. Ini karena besarnya beban yang diberikan perekonomian Indonesia kepada Pulau Jawa dan kepada Jakarta. Kesenjangan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa yang terus meningkat, meski sejak 2001 sudah dilakukan otonomi daerah.
Selain itu, beban Pulau Jawa juga semakin berat. Penduduknya sudah 150 juta atau 54 persen dari total penduduk Indonesia, dan 58 persen PDB ekonomi Indonesia itu ada di Pulau Jawa.
Kita tidak bisa terus menerus membiarkan beban Jakarta dan beban Pulau Jawa yang semakin berat itu.
sumber: Instagram.com/jokowi
Sangat juga beralasan, jika rencana pemindahan ibu kota ke Pulau Kalimantan diletakkan dalam konteks pemerataan. Seperti kita ketahui, selama ini denyut kegiatan ekonomi secara umum masih terpusat di Jakarta dan Pulau Jawa, akhirnya membuat Pulau Jawa semakin padat dan itu justru menciptakan ketimpangan dengan pulau-pulau di luar Jawa.Â
Dengan demikian, menjadi sangat relevan bila pemindahan ibu kota harus sesegera mungkin dilakukan. Bila tidak, maka ketimpangan antara Jawa dan Luar Jawa akan semakin melebar, dan itu merupakan hal yang tidak sehat bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kapan lagi kalau tidak sekarang, karena yang lalu-lalu selalu jadi wacana, dan tak pernah terealisasi. Saatnya kita semua menyongsong ibu kota baru sebagai cerminan pembangunan yang Indonesia sentris.
Terima kasih dan merdeka!
sumber:
Kompas.com (26/8/2019): Â "Jokowi: Ibu Kota Baru di Sebagian Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kaltim"
Detik.com (24/8/2019): "Flashback Momen Sukarno Mau Pindahkan Ibu Kota dari Jakarta"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI