Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Ikhlas dan Bersyukur dari Ibu Ani Yudhoyono!

5 Juni 2019   18:09 Diperbarui: 5 Juni 2019   18:16 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wafatnya mantan Ibu Negara Kristiani Herrawati atau biasa disapa Ani Yudhoyono pada 1 Juni 2019 lalu, bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan keluarga besarnya. Wafatnya Ibu Ani juga meninggalkan kesedihan bagi kita semua, seluruh rakyat Indonesia.

Selain merasa kehilangan, kita pun akhirnya mengetahui Almarhumah adalah sosok yang penuh keikhlasan dan juga pandai mensyukuri nikmat yang didapatnya dari Yang Maha Kuasa. Keikhlasan dan rasa syukur inilah, yang bisa dikatakan amat jarang dimiliki manusia di zaman sekarang. 

Oleh karena itu, Ibu Ani setidaknya telah membuka mata hati kita bahwa sebagai manusia, sudah selayaknya kita bisa ikhlas atas apa yang terjadi, dan juga selalu mensyukuri apa-apa yang dikaruniai Tuhan kepada kita.

Di upacara pemakaman sang Ibunda tercinta (2/6/2019), Agus Harimurti Yudhoyono atau akrab dipanggil AHY, menceritakan bagaimana ikhlasnya Sang Bunda  ketika dirinya divonis dokter menderita kanker darah. 

Mendengar vonis itu, Ibu Ani seraya meneteskan air mata, dan mengatakan bahwa dirinya pasrah menerima itu semua. Meskipun begitu, Ibu Ani tidak akan pernah menyerah. Bahkan, Ibu Negara Republik Indonesia 2 periode, 20 Oktober 2004 - 20 Oktober 2014, tidak menyalahkan siapapun atas penyakitnya itu. Ibu Ani ikhlas menerima cobaan itu, karena dirinya merasa selama ini sudah banyak diberikan kemuliaan oleh Allah SWT.

Itulah keikhlasan Ibu Ani Yudhoyono atas penyakit kanker darah yang dideritanya. Inilah sikap yang amat sulit bisa diterima oleh orang kebanyakan. Bagaimana tidak? Terkadang kita hanya bisa menggerutu dan menyalahkan Tuhan atas musibah yang kita hadapi, dan kita cenderung melupakan atas limpahan nikmat yang selama ini kita dapatkan.

Rasa syukur yang dilontarkan Ibu Ani Yudhoyono bahwa dirinya telah banyak mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT adalah bentuk dari tingginya derajat kemuliaan Ibu dari AHY dan Ibas ini. Inilah contoh yang harus juga jadi perenungan kita semua, tak terkecuali mereka yang menduduki jabatan-jabatan tertentu di negara ini.

Bersyukur karena memiliki ayah Sarwo Edhie Wibowo, seorang jenderal dengan nama yang besar dalam sejarah Indonesia. Siapa tak mengenal Sarwo Edhie Wibowo yang dikenal sebagai sosok penumpas pemberontakan komunis di Tanah Air. Selain itu, dirinya juga dinikahi SBY, yang  di kemudian hari juga dipercaya sebagai Presiden ke-6 Republik Indonesia. 

"Kata Ibu Ani, kalau sekarang Allah memberi saya ujian penyakit seperti ini, saya tidak boleh mengeluh atau marah. Saya harus terima dengan ikhlas dan saya harus berjuang untuk melawan penyakit ini," ujar AHY mengulang ucapan ibunya.

Saat ini, Ibu Ani sudah tenang di alamnya yang baru. Kita doakan semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahan Almarhumah selama di dunia, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. 

Keikhlasan dan rasa syukur Ibu Ani Yudhoyono, memang patut menjadi renungan bagi kita semua yang masih hidup. Apalah artinya kita hidup di dunia ini jika kita tidak bisa ikhlas dan bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun