Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Berbuka Puasa dengan yang Manis-manis? Jangan Salah Kaprah!

12 Mei 2019   16:15 Diperbarui: 12 Mei 2019   16:41 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kurma/Republika.co.id

Mungkin saja ada yang tidak setuju dengan apa yang saya kemukakan di sini, khususnya perusahaan yang minuman yang seringkali beriklan di bulan Ramadan ini. Saya pun tak perlu menyebutkan mereknya, Anda tentu sudah sering mendengar kata-kata "berbuka puasa dengan yang manis", yang sepertinya mengarahkan kita jika berbuka puasa, dahulukan meminum minuman yang manis.

Kini, sepertinya masyarakat kita pun seakan-akan sudah terbiasa berbuka puasa dengan yang manis-manis, seperti sirup, cendol, es teh manis dan sejenisnya. Karena itu, tak salah jika di setiap bulan Ramadan, kita banyak menjumpai para penjual takjil berbuka, yang kebanyakan rasanya manis.

Tak bisa disangkal pula, mungkin saja pernyataan berbuka puasa dimulai dengan mengkonsumsi yang manis-manis tersebut mengutip dari anjuran Nabi Muhammad SAW kepada umatnya yang hendak berbuka puasa. Coba Perhatikan bunyi hadis ini:

Dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, beliau berkata,

"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air" (HR. Ahmad, Abu Dawud, sanadnya shahih)


Jika kita perhatikan hadis di atas, kurma (baik ruthab maupun tamr) memang merupakan jenis makanan yang memiliki rasa manis. Namun,  urutan setelahnya adalah air putih yang tidak terasa manis. Hal ini berarti, tidak ada Sunnah berbuka dengan yang manis-manis. Memang ada pendapat ulama yang menyatakan demikian, tetapi pendapat ini lemah dan tidak sesuai dengan hadits, karena patokan utama kita adalah Al-Quran dan hadits.

Selain itu, masyarakat kita sepertinya sudah salah kaprah mengartikan hadis Nabi di atas, dianggapnya berbuka harus dengan yang manis-manis, karena itu disunnahkan. Padahal, manis yang  di kurma tidaklah sama dengan manis yang ada di sirup, cendol, atau es teh manis.

Saat berpuasa, terkadang kita kekurangan asupan gula, yang membuat  menjadi lebih lemas dan rentan mengalami pusing kepala. Hal inilah yang banyak banyak orang kemudian memilih untuk berbuka dengan yang manis-manis. Tak hanya minuman manis seperti es teh manis, es kelapa muda, es campur, es buah, es sirup, dan kolak pisang, seringkali kita juga mengonsumsi makanan manis seperti kue saat berbuka puasa.

Akan jadi masalah, apabila kita berlebihan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman manis tersebut, sehingga hal itu bisa memicu penurunan kadar gula darah yang imbasnya membuat  tubuh lemah dan lesu setelah berbuka puasa. Tak hanya itu, terlalu sering mengkonsumsi yang manis-manis juga bisa memicu resistensi insulin sehingga bisa meningkatnya risiko terkena diabetes.

Ilustrasi Kurma/Republika.co.id
Ilustrasi Kurma/Republika.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun