Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Antara Deklarasi Kemenangan dan Puasa Ramadhan

4 Mei 2019   08:31 Diperbarui: 4 Mei 2019   08:38 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boleh jadi, 'mesin' yang ada di tubuh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi masih panas dan tetap enerjik, sehingga BPN masih terus memperjuangkan kemenangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019. Itulah yang membuat Prabowo berkali-kali mendeklarasikan kemenangannya yang juga diselingi sujud syukur.

Deklarasi kemenangan yang hanya bermodalkan dari hasil quick count lembaga internalnya, tentu saja patut dipertanyakan karena semuanya bertolak belakang dengan hasil dari beberapa lembaga survei, dan juga real count sementara yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Hal ini tentu saja berbeda dengan partai-partai yang ada di dalam koalisi Prabowo-Sandi. Pasca pencoblosan 17 April lalu dan berdasar hasil quick count dan real count sementara KPU, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Demokrat sudah mulai menghitung ulang.

Pertemuan antara Ketum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Presiden Joko widodo (Jokowi), sudah bisa diperkirakan akan ke arah mana kedua partai tersebut menentukan perjuangannya.

Jika dicermati, pertemuan antara Jokowi dengan PAN dan Demokrat, bukan hanya untuk mendinginkan suasana politik pasca pencoblosan. Pertemuan ini juga untuk menjaga tali silaturahmi antar-anak bangsa yang saling berkompetisi di Pilpres 2019. Oleh karena itu, dari pihak Jokowi pun sudah berupaya berkomunikasi dengan capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.

Ketika KPU belum mengumumkan siapa yang memenangkan kontestasi Pilpres 2019, di antara peserta pun sudah mengklaim dirinya sebagai pemenang. Namun, hasrat mengklaim diri menang itu jangan lantas menggebu-gebu, karena dikhawatirkan akan menyulut emosi para pendukungnya masing-masing.

Kita bisa mengibaratkan bahwa pengumuman KPU itu sebagai waktunya berbuka puasa, dimana kita harus tetap bersabar menjalani ibadah puasa, dan bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa membatalkan puasa, atau bahkan bisa mengurangi nilai ibadah puasa kita itu. Tunggulah 22 Mei 2019, saat dimana KPU mengumumkan siapa yang memenangkan Pilpres 2019.

Bila ada yang tidak puas, silakan lakukan melalui jalur yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Bukankah sejak awal kita semua sudah sepakat untuk menerima kalah dan menang dalam Pilpres 2019 ini. Jangan karena kekuasaan sesaat, kita mengorbankan keutuhan bangsa yang sudah terjalin sejak lama.

Salam dan terima kasih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun