Terlepas soal ada atau tidaknya 'Propaganda Rusia', istilah tersebut sepertinya sudah akrab di telinga politisi yang bertarung di Pilpres 2019 ini. Bahkan katanya propaganda itulah yang juga disebut-sebut digunakan Donald Trump untuk mengalahkan Hillary Clinton di Pilpres 2016 lalu.
Lebih jauh lagi, menurut Ketua Tim Cakra 19 Andi Widjajanto, istilah Propaganda Rusia mengarah kepada modus operandi yang digunakan Rusia antara tahun 2012-2017 dalam krisis Crimea, konflik Ukraina, dan perang sipil di Suriah.Â
Andi yang juga ahli di bidang pertahanan dan intelijen ini tentu tidak sembarang memberikan  pendapatnya.
"Di Rusia, modus operandi ini sudah muncul di dekade 1870-an melalui gerakan Narodniki. Gerakan ini dulu dilakukan untuk menjatuhkan Czar Rusia dengan cara terus-menerus memunculkan isu-isu negatif," ujar Andi, seperti dikutip di laman Kompas.com
Entah terkait atau tidak, kebetulan orang yang paling memahami dan mengerti lebih banyak soal negara berjuluk 'Beruang Merah' itu justru berada di kubu oposisi. Dialah Fadli Zon, orang terdekat Prabowo Subianto, yang juga perintis dan pendiri Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Antara Fadli Zon dan Prabowo sudah lama saling kenal. Setidaknya, menurut pengakuannya, Fadli mengenal Prabowo ketika masih berpangkat Kolonel, dimana Prabowo saat itu sebagai Komandan Grup 3 Kopassus di Batujajar, Bandung.
Sedangkan Fadli sendiri yang ketika itu masih berstatus mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Program Studi Sastra Rusia. Keduanya sering bertemu dan berdiskusi mengenai  berbagai hal. Oleh karena itu,  kedekatan keduanya tidak bisa dipisahkan sama sekali, sampai saat ini.
Kecintaan Fadli Zon kepada Rusia juga tak bisa dibilang kecil. Kalau dia bisa menyampaikan permintaan maaf kepada pihak Kedubes Rusia dengan bahasa Rusia, karena memang Fadli mengambil S1-nya di Sastra Rusia UI (angkatan 1991).
Diakui, Fadli Zon bisa dibilang sebagai sosok yang cerdas. Fadli mendapatkan kesempatan dalam pertukaran pelajar, sehingga kelas 3 SMA ia tamatkan di Harlandale High School, San Antonio, Texas, AS tahun 1990. Ketika kembali ke Tanah Air, Dia mengambil jurusan Sastra Rusia UI, karena semasa di Amerika, Fadli suka sekali membaca novel-novel karya para penulis Rusia, seperti Dostoyevsky, Gogol, atau Turgenev.
Dengan kata lain, di masa remajanya, Fadli lebih banyak mengenal  Amerika Serikat dan juga Rusia, seperti juga Prabowo yang banyak menghabiskan masa kecilnya di luar negeri, karena bapaknya Sumitro Djojohadikusumo dalam kejaran TNI sewaktu terjadinya pemberontakan PRRI/Permesta.
Saya tak bisa menjawab jika ditanya, seberapa besar kecintaan Fadli Zon  kepada bangsa dan negara Rusia. Atau apakah rasa cintanya pada Rusia itu melebihi rasa cintanya kepada Indonesia. Entahlah! Hanya Tuhan yang Maha tahu, atau mungkin Anda juga punya cara menilainya sendiri.