Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Wariskan Cara Berpolitik Buruk kepada Anak Muda!

27 Januari 2019   06:46 Diperbarui: 27 Januari 2019   07:15 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Juru Bicara Prabowo-Sandi/Merdeka.com

Saat ini, anak muda sepertinya apatis memandang politik. Sebabnya karena mereka melihat kondisi politik Indonesia yang membuat generasi milenial seolah alergi, di antaranya banyaknya kepala daerah dan anggota legislatif yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu, kinerja politisi Senayan pun dianggap masih jauh dari membanggakan.

Melihat kenyataan di atas, banyaknya keikutsertaan anak muda dalam timses Prabowo-Sandi bukanlah hal menggembirakan, karena apa yang dilakukan politisi-politisi senor di dalam kubu tersebut tak bisa menjadi contoh yang baik dari anak-anak muda ini.

Ambil contoh, politisi senior Amien Rais yang pernyataan-pernyataannya terus menjadi polemik di tengah masyarakat, khususnya yang ditujukan kepada Presiden Jokowi.

Selain Amien, ada sosok Fadli Zon, Andi Arief, Ferdinand Hutahaean, dan masih banyak lagi lainnya. Mereka semua bukanlah contoh yang baik bagi anak-anak muda yang masuk politik.

Prabowo Subianto juga tak kalah sinisnya kepada pemerintahan saat ini. Kritik-kritik yang disampaikan cenderung asal bunyi, tanpa didasari data yang kredibel. Tak jarang pernyataan mantan Danjen Kopassus ini dirasakan begitu menghina orang lain. Bahkan, Prabowo selalu mengumbar kata punah, hancur, dan lenyap untuk Tanah Airnya Sendiri. Sesuatu yang tak layak didengar anak muda.

Nasionalismenya sangat dipertanyakan, ketika dirinya mengatakan di negara lain, kalau korupsi di Indonesia seperti kanker stadium 4. Bicara aib keluarga saja ke tetangga sangat dimurkai Tuhan.

Apa jadinya nasib anak-anak muda  yang masuk sebagai BPN Prabowo-Sandi jika mereka mendapatkan para seniornya acapkali melakukan kritik kepada Pemerintah yang berkuasa, tanpa disertai data yang kredibel, menyebarkan rasa permusuhan, dan menggaungkan sikap pesimistis terhadap bangsanya sendiri, termasuk tidak secara ksatria mengakui keberhasilan rival politiknya.

Yang jadi pertanyaan, begitu mudahkah anak-anak muda, seperti Faldo Maldini, Gamal, atau Dahnil Azhar mempercayai dan mengikuti semua apa yang dikemukakan para seniornya. Segala intrik politik yg diwacanakan para seniornya yang secara kasatmata tak jauh dari kebohongan, bukankah harus disaring. 

Dunia politik di Indonesia sangat membutuhkan peran serta anak-anak mudanya. Di dalam jiwanya yang masih dipenuhi semangat dan gelora positif, sangat disayangkan jika mereka semua ditempa oleh politisi-politisi yang hanya mengejar kekuasaan semata. Kekuasaan yang diraih dengan menghalalkan segala cara.

Sekali lagi, jangan warisi anak-anak muda dengan cara berpolitik yang jauh dari kepribadian bangsa Indonesia. Jangan karena kekuasaan, masa depan politik negeri ini sudah lebih dulu dirusak sebelum berkembang!

Berpolitiklah yang santun, karena kepercayaan itu datang dari kesantunan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun