Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Diawali dengan Keserakahan, Jangan Berharap Koalisi Prabowo-Sandi Jauh dari Perpecahan!

17 November 2018   09:14 Diperbarui: 17 November 2018   15:48 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koalisi Prabowo-Sandi/BeritaSatu.com

Namun, jauh berbeda dengan apa yang akan terjadi di koalisi Adil Makmur. Dengan mengusung capres dan cawapres yang sama-sama berasal dari Partai Gerindra, tentu saja akan merugikan posisi partai pendukung lainnya di Pileg 2019 nanti. Padahal, eksistensi dan keberhasilan partai tercermin pada banyaknya kader partai yang lolos ke parlemen. Meskipun, pengusungan Sandiaga Uno sebagai cawapres diikuti dengan mundurnya yang bersangkutan dari Gerindra, masyarakat pemilih lebih melihatnya Sandiaga Uno itu kader Gerindra.

Kalaulah boleh dibilang, di antara partai pendukung Prabowo-Sandi, Partai Demokrat-lah yang paling dirugikan. Sebagai partai pernah sukses berada di Pemerintahan selama dua periode, Demokrat seakan dibelenggu oleh Gerindra. 

Selain gagal mendapatkan posisi cawapres untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), posisi AHY dan SBY di Tim Pemenangan Prabowo-Sandi juga lebih dirasakan menguntungkan Partai Gerindra. Selain itu, posisi cawapres dan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi yang semuanya berasal dari Gerindra, membuat penderitaan Demokrat dan partai pendukung lainnya semakin lengkap. 

Keserakahan Gerindra inilah yang jadi alasan retaknya koalisi di tengah jalan. Mungkin saja, antara PAN dan PKS suaranya tak sekeras Demokrat. Hal ini, bisa saja karena ada deal-deal lain, di antaranya soal dugaan mahar 500 M yang diberikan Sandiaga Uno kepada PKS dan PAN, atau posisi Wagub DKI yang dijanjikan Gerindra untuk PKS.

Karena itu, Gerindra tak bisa memaksakan egonya bahwa SBY dan AHY atau kader partai pendukung lainnya  ikut mengkampanyekan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 nanti. Kalau semua itu bisa menghilangkan eksistensi Partai besutan SBY itu di Parlemen, tentu itu tak ubahnya sebagai upaya bunuh diri SBY dan Demokrat.

Jika koalisi Adil Makmur ini akhirnya terpecah, memang sudah sewajarnya seperti itu. Mungkin, secara aturan, semua partai pendukung Prabowo-Sandi tak bisa menarik diri diri dukungannya. Namun, jika selama proses kampanye, mereka melakukan tugasnya setengah hati, apalah bedanya? 

Apa-apa yang diawali dengan keserakahan, pada akhirnya juga melahirkan perpecahan.

sumber:

Tempo.co (16/11/2018) "Tanggapi Cuitan SBY, PKS Mengaku Senasib dengan Partai Demokrat"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun