Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Film

Siapa Hanum, Orang Lebih Kenal Ahok, Lihat Rekam Jejak!

13 November 2018   08:35 Diperbarui: 13 November 2018   10:18 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok Terima Bung Hatta Award/Liputan6.com

Dua film karya anak bangsa 'Hanum & Rangga' dan 'A Man Called Ahok' yang tayang secara bersamaan di bioskop, akan bersaing ketat dalam merebut jumlah penonton.

Keduanya rilis berbarengan di layar lebar sejak 8 November lalu. Publik seakan diberikan dua tayangan terbaik, yang bisa dijadikan teladan layaknya 'pahlawan' zaman now!

Namun, jika ternyata film 'A Man Called Ahok' lebih banyak dipilih penonton, jangan sampai hal itu dianggap sebagai politisasi menjelang kontestasi pileg dan pilpres 2019. 

Ahok, panggilan akrab dari Basuki Tjahaja Purnama adalah mantan Gubernur DKI Jakarta yang terperosok ke penjara karena ucapannya yang ditafsirkan secara berbeda, yang sekaligus dimasifkan dengan demo berjilid, yang seakan-akan dunia akan hancur jika Ahok tak dipenjara. 

Dengan segudang prestasi dan sikap tegasnya menolak uang haram, bahkan yang subhat sekalipun, membuat namanya tak lekang ditelan jeruji besi.

Lain halnya yang terjadi pada film 'Hanum & Rangga', dimana seruan dari DPP Partai Amanat Nasional (PAN) kepada para kadernya untuk memfasilitasi nonton bareng, seakan politik sudah memasuki gedung-gedung bioskop. 

Tak cukup disitu, sang produser yang tak lain putri Ketua Dewan Pembina PAN Amien Rais, meminta pihak Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) untuk mengajak mahasiswanya menonton film yang mengisahkan kisah romantis caleg PAN untuk DPRD Yogyakarta ini dengan suaminya.

Surat Hanum ke Rektor UMS/TribunNews.com
Surat Hanum ke Rektor UMS/TribunNews.com
Pujian hingga nyinyiran diterima kedua film tersebut, karena publik mengaitkan film tersebut dengan situasi politik di Tanah Air. Keduanya memang dianggap mewakili dua kubu yang politik yang ada.

Entah apa yang bisa diambil manfaatnya dari film yang diadaptasi novel karya Hanum Rais tersebut, selain kisah seorang anak pejabat  Indonesia yang kebetulan ikut suaminya yang tengah belajar di luar negeri.

Bisa dikatakan wajar dan juga lumrah, Film 'A Man Called Ahok' ternyata mendapatkan respons positif dari publik sejak hari pertama tayang 8 November lalu. Jumlah penontonnya yang cukup besar. 

Melalui akun twitternya, Ahok mengucapkan rasa terima kasihnya bagi mereka yang sudah menonton, dan juga mengajak  mereka yang belum menikmati film tersebut.

Jika harus membandingkan sosok Hanum dan Ahok, tentu saja tak ada yang bisa dibandingkan. Keduanya dua sosok yang berbeda. Rekam jejaknya juga tak sama. Hanum memang dikenal sebagai penulis novel. 

Selain itu, kisah terakhirnya yang membuat banyak orang terperanjat kaget, ketika dia mengaku sebagai dokter dan menyatakan bahwa luka yang dialami Ratna Sarumpaet adalah akibat penganiayaan. Namun, setelah Ratna mengakui kebohongannya, Hanum merasa dirinya juga ikut dibohongi Ratna. 

Sejak saat itu, banyak orang  makin meragukannya. Lantas, bagaimana bisa novel yang ditulisnya yang kini menjadi film, bisa memberikan inspirasi bagi penontonnya?

 


Berbeda dengan Hanum, rekam jejak Ahok dikenal tegas dan antikorupsi, Ahok juga pernah mendapatkan Bung Hatta Award sebagai tokoh antiKorupsi. Bahkan, di tahun 2006 saat masih menjadi Bupati Belitung Timur, Ahok menerima pin reformasi dari Amien Rais, ayah Hanum sendiri. 

Ahok tak mau kompromi dengan sesuatu yang dianggapnya menyimpang, termasuk memilih keluar dari Partai Gerindra, prtai yang mengantarkannya sebagai Wagub dan Gubernur DKI Jakarta.

Ahok Terima Bung Hatta Award/Liputan6.com
Ahok Terima Bung Hatta Award/Liputan6.com
Ahok terima pin reformasi dari Amien Rais/TribunNews.com
Ahok terima pin reformasi dari Amien Rais/TribunNews.com
Nikmatilah film ini secara bijak. Anda tak perlu menonton karena adanya dorongan dari partai politik. Biarkan hati nurani Anda yang menilai, mana film yang benar-benar memberikan inspirasi, motivasi, dan juga nilai tambah bagi Anda semua.

Selamat menikmati, dan majulah terus film Indonesia!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun