Mohon tunggu...
Syakira Kamila Faaza
Syakira Kamila Faaza Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keindahan Pura Agung Giri Natha serta Kebudayaan Agama Hindu di Semarang

12 Oktober 2024   12:08 Diperbarui: 12 Oktober 2024   12:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pura Agung Giri Natha merupakan pura terbesar di Semarang. Pura ini berdiri pada tanggal 10 Oktober 1969. Pada mulanya tempat yang dipilih untuk pembangunan pura adalah di Jl. Simpang Lima (lapangan Pancasila) yang merupakan rawa, kemudian dipindah ke lokasi Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal (Jl. Sriwijaya, Pleburan) yang dulunya adalah hutan. Namun, karena tempat tersebut tidak cocok maka dipilihlah lokasi Pura Agung Giri Natha di Jl. Sumbing No-12. Hal tersebut dilatarbelakangi karena pura tidak dapat dibangun disembarang tempat. Kriteria pembangunan pura harus pada tempat yang memiliki ketinggian tertentu, serta memiliki aura dan lingkungan yang baik. Tempat tersebut dulunya adalah hutan yang memiliki ketinggian tertinggi di Semarang Tengah. Tanah pembangunan pura merupakan pemberian walikota Semarang pada masa itu. Pada tahun 1969 pura ini dapat digunakan sementara sebagai tempat beribadah, namun hanya terdapat inti pura yaitu Padmasana. 

Pada tanggal 4 April 2004 Pura Agung Giri Natha diresmikan oleh Gubernur Provinsi Jawa Tengah, H. Mardiyanta. Pura Agung Giri Natha telah berdiri sempurna dengan bangunan-bangunan khas Agama Hindu di Bali. Pura ini terbagi menjadi 3 area yaitu Nistya Mandala, Madya Mandala, dan Padmasana. 

Nistya Mandala merupakan area terluar pura tersebut yang terdiri dari parkiran, kuliner berupa kantin berisi makanan-makanan khas Bali seperti; babi guling, nasi campur, babi kriuk, dan sebagainya, kemudian ada toilet, dapur suci untuk perlengkapan Sembahyang, spot selfi, pos keamanan, patung Ganesha (simbol ilmu pengetahuan) yang berada di parkiran pura, dan candi bentar (gapura) yang menyambung ke area tengah pura. 

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Area tengah pura atau Madya Mandala, didalamnya terdapat Balai Pesandekan (tempat peristirahatan berupa pendopo), Kori Agung (gerbang besar yang merupakan pentu penghubung antara bagian tengah dan inti pura), Balai Kulkul (tempat untuk membunyikan lonceng untuk upacara telah dimulai), Balai Panandita (ruang serbaguna), Balai Kertha Saba (tempat digunakan untuk bersosialisasi pemuda-pemudi, taruna, taruni, kelurahan, pejabat-pejabat. Selain itu didalamnya ada perpustakaan Brahmawidya, sanggar tari Bali dan gamelan Bali, serta Balai Bengong (tempat untuk bersantai). 

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Padmasana merupakan inti pura yang digunakan untuk beribadah umat Hindu. Padmasana ini berupa patung besar sekitar 10 meter, didalamnya terdapat Balai Panjang untuk sembahyang dan Gedong Simpen Sembahyang yang digunakan oleh pandita untuk menyelesaikan kegiatan upacara. Pada wilayah Padmasana hanya diperbolehkan untuk umat Hindu karena terdapat pelinggih-pelinggih yang digunakan untuk sembahyang. 

Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2024
Selain bagian-bagian pura tersebut terdapat bangunan ikonik khas pura tersebut yaitu patung Ganesha dan Kori Agung atau gerbang masuk Padmasana.

Pada tahun 2020 pura ini seharumya diresmikan sebagai tempat wisata religi namun karena terjadi wabah covid-19, sehingga peresmiannya diundur hingga tahun 2022, tepatnya pada bulan Juli oleh walikota Semarang, Hendrar Prihadi.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di pura diantaranya pengelolaan kebersihan pura, sembahyang harian, sembahyang Purnama (dirayakan setiap malam bulan penuh) dan sembahyang Tilem (dirayakan setiap malam bulan mati) yang merupakan sembahyang bersama- sama. Adapun peringatan hari besar Hindu seperti Galungan, Kuningan, upacara adat Ogoh-ogoh. Konsep arsitektur pada pura ini telah ada sejak dulu yang ada di Bali  yang ditetapkan di buku pedoman Bali, mulai dari bentuk-bentuk gapura, candi-candi, dan balai-balai yang ada di dalam pura. Pura Agung Giri Natha ini disebut sebagai Juara 1 Kampung Pancasila di Semarang karena pura ini digunakan tidak sekadar tempat ibadah tapi juga tempat berdiskusi masyarakat sekitar selain umat Hindu, dan tempat tersebut juga sebagai tempat kesenian. 

Pura Agung Giri Natha Semarang memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Hindu di Semarang dan sekitarnya. Selain sebagai ibadah utama, Pura Agung Giri Natha juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya masyarakat Hindu. Tempat ini kini dikembangkan sebagai destinasi wisata religi yang tidak hanya menarik wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara. Dengan adanya Wisata religi di Pura Agung Gini Natha, masyarakat setempat merasakan dampak ekonomi yang positif, seperti meningkatnya peluang kerja dan pendapatan dari sektor pariwisata.

Keberadaan Pura Agung Giru Natha juga turut memperkuat penyebaran agama Hindu. Semakin banyak orang yang datang untuk beribadah maupun berwisata,  ajaran dan nilai-nilai Hindu semakin dikenal luas. Hal ini mendorong peningkatan jumlah penganut agama Hindu, terutama di daerah Semarang dan sekitarnya. Pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat spiritual, tetapi juga sebagai simbol harmoni, kerukunan, dan kemajuan budaya masyarakat setempat. 

Daftar Referensi: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun