Kabar itu penting, walau setidaknya sebelum sibuk atau ngilang memberi kabar. Terutama yang sedang LDR, biar meminimalisir agar tidak terjadi pertengkaran karena salah paham. Privasi boleh. Tapi, jangan semua diprivasiin sampai jadi tertutup. Terbuka boleh. Tapi, jangan terlalu terbuka apalagi kalau belum sah.
Sebenarnya bagi orang yang pernah di ghosting, bukan rasa sakit yang dirasa. Justru, rasa khawatir yang timbul dan rasa khawatir itu yang bisa bikin pikiran jadi negatif thinking. Timbul pikiran-pikiran seperti dia kemana ya?, apa ada yang baru?, apa dia selingkuh?, apa ada yang bikin dia nyaman selain aku?, aku salah apa?.
Di ghosting itu bikin menerka-nerka apa yang salah dari dirinya dan bisa sangat mengaruh kesehatan mental, karena kalau di ghosting itu udah kaya merasa nggak bisa buat di jadiin apa-apa, jadi pacar nggak pantes jadi temen juga nggak pantes jadi ngaruh kepemikiran dan selalu ngerasa nggak pantes buat siapa-siapa.Â
Di ghosting itu harus punya banyak pikiran positif, kalau tidak ya bisa bikin mental down. Gampang mikir aneh-aneh. Berunjung bertengkar salah paham lalu berakhir begitu saja.
Tapi kalau udah di ghosting, dianya ketahuan online, ketauan sering buka hp, sering hangout. Itu di pertanyakan kembali 'niat apa nggak menjalin suatu hubungan'Â .Â
Namun jika di ghostingnya sudah keterlaluan mungkin lebih baik mengakhiri hubungan tersebut apalagi jika sekalinya saling mengirim pesan dan berunjung berantem lalu di ghosting lagi, itu jatohnya bisa ke toxic juga.Â
Orang yang biasa meng-ghosting pasangannya bakal jadi kebiasaan ngegoshting orang lain, begitu pula dengan yang di ghosting jadi gampang minder dan nggak percaya diri lagi jika ada orang yang ngedeketin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H