Mohon tunggu...
Syakira Putri Rengganis
Syakira Putri Rengganis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Enthusiast in demographic issues and public policy, focusing on economic analysis of youth and elderly populations in Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Aging Population: Memahami Tantangan Sosial dan Ekonomi bagi Generasi Usia Produktif

27 Oktober 2024   20:30 Diperbarui: 4 November 2024   13:20 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lansia dan Generasi Muda (Sumber Gambar: DETIKJATIM/NANDA SYAFIRA)

Tidak sulit menemukan orang lanjut usia yang kini lebih banyak mengisi waktu bersama keluarga atau menikmati hari-hari santainya. Namun, saat populasi lansia semakin bertambah dalam fenomena aging population, kita harus mempertimbangkan tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Meningkatnya jumlah lansia dapat berpotensi meningkatkan rasio ketergantungan atau menambah beban ekonomi yang harus ditanggung oleh generasi usia produktif sehinga muncul pertanyaan: bagaimana kita dapat mempersiapkan generasi usia produktif untuk menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah lansia? 

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2045 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 19,9% dari total populasi. Pergeseran ini menimbulkan tantangan besar bagi perekonomian Indonesia, khususnya menyebabkan peningkatan pada rasio ketergantungan, yaitu perbandingan antara penduduk yang tidak produktif (lansia) dengan yang produktif (usia kerja). Kondisi ini tentu saja tidak hanya berdampak pada struktur demografis, tetapi juga pada perekonomian dan kebijakan sosial yang perlu disesuaikan untuk menjaga keberlanjutan pembangunan. 

Fenomena Aging Population di Indonesia

AHH Menurut Jenis Kelamin (BPS/2024)
AHH Menurut Jenis Kelamin (BPS/2024)

Seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan layanan kesehatan, BPS mencatat  angka harapan hidup (AHH) di Indonesia terus meningkat, dari 67 tahun (laki-laki) dan 71 tahun (perempuan) pada 2010 menjadi 70 tahun (laki-laki) dan 74 tahun (perempuan) pada 2023. Peningkatan akses kesehatan dan kualitas hidup mendorong jumlah lansia yang makin tinggi. Fenomena ini menambah rasio ketergantungan, yang mengindikasikan bahwa penduduk usia produktif perlu menopang lebih banyak lansia sehingga beban sosial dan ekonomi juga meningkat.

"Dipertahankan (angka TFR), dan kemudian generasi bawahnya, yang muda tetap bisa menopang generasi yang berusia lanjut di atasnya, supaya nanti tidak lebih banyak lagi lansianya, dan para pemuda tetap bisa dipertahankan dengan kualitas yang baik." 

Menurut Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Isyana Bagoes Oka usai acara pisah-sambut Plt Kepala BKKBN-Menteri Kependudukan di Gedung BKKBN, Jakarta pada Selasa (22/10/2024), seperti yang dikutip dari Antara.

Menjaga angka Total Fertility Rate (TFR) menjadi krusial untuk memastikan generasi muda dapat menopang populasi lansia yang terus bertambah. Hal ini berkaitan dengan fenomena yang sering disebut sebagai aging population, di mana suatu negara memiliki populasi usia lanjut yang signifikan dalam struktur demografinya. Situasi ini mengakibatkan peningkatan rasio ketergantungan, yaitu beban ekonomi yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja untuk mendukung kelompok usia non-produktif, termasuk lansia. Tingginya rasio ketergantungan menuntut kebijakan yang dapat memastikan kesejahteraan lansia, menjaga produktivitas ekonomi, serta meminimalkan beban pada penduduk usia kerja yang semakin berkurang secara proporsional.


Tantangan Sosial dan Ekonomi yang Dihadapi Generasi Usia Produktif dalam Era Aging Population

Terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapai oleh generasi usia produktif karena peningkatan jumlah lansia:

1. Beban Finansial yang Meningkat

Meningkatnya jumlah lansia dapat mengakibatkan peningkatan beban finansial pada generasi usia produktif, yang harus menopang kebutuhan hidup, perawatan kesehatan, dan pensiun orang tua mereka. Hal ini dapat menyebabkan tekanan ekonomi yang signifikan bagi generasi muda dan merubah perencanaan keuangan mereka untuk masa depan. Akibatnya, banyak dari generasi usia produktif yang harus mencari sumber penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat.

2. Tantangan di Pasar Tenaga Kerja

Dengan semakin banyaknya lansia, generasi usia produktif harus bersaing di pasar tenaga kerja dengan individu yang lebih tua, yang memiliki pengalaman dan keterampilan. Ini dapat membatasi kesempatan kerja bagi masyarakat muda dan menciptakan tantangan dalam pencarian pekerjaan. Persaingan ini dapat memicu perusahaan untuk lebih memilih kandidat yang memiliki pengalaman, sehingga menyulitkan generasi muda untuk memasuki dunia kerja.

3. Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi

Generasi usia produktif yang harus merawat anggota keluarga yang lebih tua sering kali mengalami kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Kondisi demikian dapat mengakibatkan stres, kelelahan, dan penurunan produktivitas di tempat kerja. Mereka juga mungkin harus beradaptasi dengan jadwal kerja yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi tanggung jawab tersebut.

4. Perubahan dalam Kebijakan Sosial dan Kesehatan

Meningkatnya jumlah lansia memerlukan penyesuaian kebijakan sosial dan kesehatan yang lebih baik. Generasi usia produktif harus siap menghadapi perubahan dalam sistem kesehatan, seperti peningkatan kontribusi untuk program pensiun dan asuransi kesehatan, yang dapat berdampak pada sumber daya dan dukungan yang tersedia untuk mereka. Kebijakan baru ini juga dapat mempengaruhi alokasi anggaran pemerintah, yang akan berpengaruh pada berbagai sektor lain.

Solusi Menghadapi Tantangan Peningkatan Jumlah Lansia bagi Generasi Usia Produktif

Tantangan yang ditimbulkan oleh meningkatnya jumlah lansia membuat generasi usia produktif perlu beradaptasi melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan. Program pelatihan kerja yang dirancang khusus untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi perubahan demografi dapat membantu mereka untuk lebih kompetitif di pasar tenaga kerja. Selain itu, penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap pendidikan vokasi dan keterampilan digital, yang dapat meningkatkan employability dan produktivitas mereka. Dengan memfokuskan pada pengembangan kapasitas individu, generasi usia produktif dapat lebih siap untuk mendukung lansia sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi.

Di samping upaya pendidikan, perlu adanya kebijakan sosial yang proaktif untuk mengatasi beban yang ditanggung oleh generasi usia produktif. Pemerintah dapat mempertimbangkan implementasi program jaminan sosial yang lebih inklusif dan dukungan bagi keluarga yang merawat lansia. Hal ini dapat berupa bantuan keuangan, akses ke layanan kesehatan yang lebih baik, serta penyediaan fasilitas perawatan lansia yang memadai. Melalui cara ini, generasi usia produktif tidak hanya mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk merawat anggota keluarga yang lebih tua, tetapi juga dapat berkontribusi lebih baik pada perekonomian tanpa terbebani secara berlebihan. 

Selain itu, kolaborasi antara sektor swasta dan publik juga sangat penting dalam mengembangkan program-program yang mendukung generasi usia produktif. Perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel dan mendukung keseimbangan kerja-kehidupan bagi karyawan yang merawat lansia. Misalnya, perusahaan dapat menawarkan opsi kerja jarak jauh atau jam kerja yang fleksibel untuk mengakomodasi tanggung jawab keluarga. Adanya integrasi kebijakan kerja yang mendukung, serta memberikan insentif bagi karyawan yang terlibat dalam perawatan lansia, diharapkan dapat tercipta sinergi positif antara produktivitas kerja dan tanggung jawab sosial dalam menghadapi tantangan demografi.

Kesimpulan

Fenomena aging population di Indonesia memberikan tantangan yang kompleks, terutama bagi generasi usia produktif yang harus menghadapi peningkatan rasio ketergantungan. Jumlah lansia yang terus meningkat berarti bahwa generasi muda harus menanggung beban yang lebih berat, baik dari segi finansial maupun sosial. Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk berkolaborasi dalam menciptakan kebijakan yang mendukung generasi usia produktif, seperti program pelatihan keterampilan dan pendidikan yang relevan. Dengan memperkuat kapasitas mereka, generasi muda dapat lebih siap untuk menghadapi beban yang ditimbulkan oleh populasi yang menua.

Dengan demikian, upaya proaktif dalam merumuskan kebijakan sosial yang inklusif dan berkelanjutan akan menjadi kunci untuk memastikan kesejahteraan semua kelompok usia. Pengembangan program-program yang memperkuat partisipasi lansia dalam masyarakat, seperti kegiatan sosial dan ekonomi yang melibatkan mereka, juga dapat mengurangi tekanan pada generasi usia produktif. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup lansia, tetapi juga menciptakan lingkungan di mana semua generasi dapat saling mendukung dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun