Mohon tunggu...
SYAKILLA ZAHRA
SYAKILLA ZAHRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hereditas dan Lingkungan dalam Proses Perkembangan: Perspektif Teori Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi

8 November 2024   02:01 Diperbarui: 8 November 2024   02:17 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hereditas adalah proses pewarisan sifat atau karakteristik dari generasi ke generasi melalui genetik. Sifat-sifat ini meliputi aspek fisik, seperti warna kulit, bentuk tubuh, dan struktur wajah, serta aspek psikologis, seperti kecerdasan, temperamen, dan bakat tertentu. Melalui hereditas, individu memperoleh "modal awal" yang mempengaruhi potensinya sejak lahir. Misalnya, seorang anak dari orang tua dengan kecenderungan artistik sering kali akan mewarisi bakat tersebut, sementara yang lahir dari orang tua yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi mungkin juga memiliki potensi kecerdasan yang serupa.

Para ahli, seperti Crow and Crow, telah mengidentifikasi beberapa prinsip hereditas yang menjelaskan bagaimana karakteristik genetik diteruskan dan divariasikan dalam setiap individu. Beberapa prinsip tersebut adalah:

Prinsip Reproduksi: Sifat-sifat diwariskan melalui sel kelamin (germ cell) orang tua, bukan melalui sel-sel tubuh (somatic cell). Ini menjelaskan bahwa sifat-sifat yang dipelajari atau didapat oleh orang tua dari lingkungan tidak akan otomatis diwariskan kepada anaknya. Misalnya, seorang dokter yang mahir tidak akan secara otomatis melahirkan anak yang juga memiliki pengetahuan medis.

Prinsip Konformitas: Setiap spesies mewariskan sifat-sifatnya kepada keturunannya sendiri, yang berarti bahwa sifat-sifat biologis tertentu---seperti bentuk fisik atau warna kulit---diturunkan dari orang tua kepada anak dengan konsistensi tertentu, walaupun variasi tetap mungkin terjadi.

Prinsip Variasi: Meskipun ada kesamaan dalam jenis spesies, setiap individu tetap memiliki variasi. Artinya, meskipun anak dan orang tua memiliki gen yang sama, kombinasi genetik yang dihasilkan pada anak tetap unik dan menghasilkan variasi sifat-sifat tertentu.

Prinsip Regresi Filial: Sifat atau karakteristik anak sering kali mendekati sifat rata-rata kedua orang tuanya. Artinya, seorang anak dari dua orang tua dengan tingkat kecerdasan tinggi belum tentu menjadi lebih cerdas, tetapi cenderung mendekati tingkat kecerdasan rata-rata orang tuanya.

Prinsip Jenis Silang: Dalam beberapa kasus, anak cenderung mewarisi sifat-sifat tertentu dari orang tua yang berlawanan jenis kelamin. Misalnya, anak perempuan mungkin lebih banyak memiliki sifat-sifat psikologis dari ayahnya, sementara anak laki-laki dari ibunya.

Lingkungan mengacu pada semua faktor eksternal yang mempengaruhi individu sepanjang hidupnya. Lingkungan mencakup keluarga, pendidikan, interaksi sosial, budaya, dan kondisi fisik tempat tinggal. Faktor-faktor ini sangat berperan dalam membentuk sikap, kepribadian, dan kemampuan individu, bahkan sering kali dapat memperkuat atau mengubah sifat bawaan seseorang.

Beberapa elemen lingkungan yang signifikan meliputi:

Keluarga: Sebagai lingkungan pertama anak, keluarga memainkan peran penting dalam memberikan nilai, norma, dan pendidikan awal. Pola asuh orang tua, interaksi dengan saudara, dan stabilitas emosional dalam keluarga berperan besar dalam membentuk dasar kepribadian anak.

Sekolah: Institusi pendidikan memberikan pengaruh dalam pengembangan intelektual dan sosial anak. Lingkungan akademik yang mendukung bisa mengasah bakat, memberikan kesempatan belajar yang beragam, dan membantu anak mencapai potensinya.

Masyarakat dan Teman Sebaya: Interaksi dengan teman-teman dan lingkungan sosial memperkaya pengalaman anak, mempengaruhi gaya komunikasi, sikap sosial, dan norma yang diikuti.

Lingkungan Alam: Kondisi alam, termasuk iklim dan akses terhadap sumber daya, juga mempengaruhi perkembangan fisik dan mental. Misalnya, anak yang tumbuh di lingkungan yang kaya akan aktivitas fisik cenderung memiliki kecenderungan fisik yang lebih aktif.

Teori-teori dalam Psikologi Perkembangan: Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi

Para ahli psikologi perkembangan telah mengembangkan teori-teori untuk memahami bagaimana hereditas dan lingkungan berkontribusi terhadap perkembangan manusia.

Teori Nativisme: Teori ini, yang dikemukakan oleh Arthur Schopenhauer, menekankan pentingnya faktor bawaan atau genetik. Penganut teori nativisme percaya bahwa karakteristik dan kemampuan utama individu ditentukan oleh faktor keturunan. Contohnya adalah seorang anak yang berbakat dalam seni meskipun tanpa pelatihan formal. Penganut teori ini berpendapat bahwa karakteristik tersebut sudah ada sejak lahir dan bukan hasil dari lingkungan.

Teori Empirisme: Sebaliknya, teori empirisme, yang digagas oleh John Locke, menganggap bahwa manusia pada dasarnya adalah seperti "tabula rasa" atau "kertas kosong." Locke berpendapat bahwa perkembangan individu lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman dan pendidikan. Seorang anak yang tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung pendidikan, misalnya, akan mengembangkan kemampuan intelektual dan sosialnya seiring waktu. Teori empirisme melihat lingkungan sebagai faktor utama dalam membentuk karakter seseorang.

Teori Konvergensi: Teori ini, yang dipelopori oleh William Stern, menggabungkan pandangan nativisme dan empirisme. Menurut Stern, perkembangan individu adalah hasil dari interaksi antara hereditas dan lingkungan. Misalnya, seorang anak mungkin mewarisi bakat musik dari orang tuanya, tetapi bakat ini akan berkembang optimal jika anak tersebut mendapatkan pelatihan musik dan dukungan dari lingkungannya. Dalam pandangan teori konvergensi, perkembangan optimal terjadi ketika faktor bawaan didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun