Suatu hari ia mendapatkan titipan kuda dari Pangeran Mekkah untuk merawat kudanya. Irama gerak gerik kaki kuda dilihatnya hingga menjadi dasar tarian kuda yang dikembangkan menjadi cikal bakal munculnya gerakan dari kesenian kuda renggong.Â
Muncul variasi-variasi gerakan mulai dari jalan diteoi9pHal ini terus berkembang dari kecamatan ke kecamatan lainnya di Sumedang hingga menjadi masif di masa pemerintahan Bupati Soerja Atmaja atau yang umum dikenal sebagai Pangeran Mekkah. Perkembangan kuda semakin subur karena beliau yang selalu memilih bibit-bibit kuda unggulan untuk membentuk lingkungan kepelatihan yang baik.
Masyarakat mengartikan kuda renggong dengan banyak filosofi. Secara spiritual ia dianggap sebagai semangat kedewasaan dengan kostum Gatotkaca yang menjadi figur pahlawan yang akan selalu dikenang oleh seorang laki-laki saat mereka khitanan.Â
Ia juga menjadi wujud yang sangat teatrikal, membawa wibawa dan mempesona serta simbol-simbol kepahlawanan lain yang mengakar pada hati masyarakat. Kini kuda renggong tak hanya berada di Sumedang, kini ia menyebar luas membawakan kisah kepahlawanannya keluar dari rumahnya.
Referensi:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H