Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia sehingga dalam kenyataannya bahasa menjadi aspek penting dalam melakukan komunikasi atau interaksi sosial. Bahasa juga digunakan untuk mengutarakan keinginan, menjelaskan ide serta mengemukakan pendapat. Pernyataaan ini sesuai dengan pendapat Abidin (2013: 62) bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan berkomunikasi.
 Ditinjau dari segi bahasa, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Peristiwa komunikasi secara lisan atau tulis disebut wacana. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Fowler dalam Darma (2014: 2) menyatakan bahwa wacana adalah komunikasi lisan dan tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai, dan kategori yang termasuk di dalamnya. Wacana dalam bentuk lisan berupa ceramah, pidato, diskusi, khotbah, dan obrolan sedangkan wacana dalam bentuk tulisan berupa artikel, makalah, skripsi, buku, novel, surat, dan cerpen.
Wacana dibentuk oleh paragraf-paragraf sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat, dan dirangkai kalimat yang satu dengan yang lain sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Kridalaksana dalam Darma (2014: 4) bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Berbicara tentang wacana selalu berkaitan dengan konteks. Seperti yang dikatakan oleh Darma (2014: 65) bahwa konteks adalah benda atau hal yang berada bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa.
Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang berkaitan dengan unsur bahasa. Unsur-unsur konteks wacana sangat penting karena pengunaan bahasa harus memperhatikan konteks agar dapat menggunakan bahasa secara tepat dan menentukan makna secara tepat pula.
Wacana dapat berupa kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh yang lebih besar, seperti buku atau artikel yang berisi amanat lengkap. Bentuk penyampaiannya bisa lewat media lisan ataupun tertulis yang bersifat transaksional atau interaksional. Alfi Yuda (2022).
Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian dari pragmatik. Wacana memiliki kedudukan lebih luas dari klausa dan kalimat, karena wacana mencakup suatu gagasan dan konsep suatu teks. Wacana dalam bahasa inggris disebut discourse diartikan sebagai ungkapan dalam suatu interaksi komunikasi.
Istilah "wacana" diposisikan atau disandingkan dengan istilah "bahasa". Oposisi ini banyak digunakan dalam bidang hermeneutika. Oposisi ini sebanding dengan oposisi saussure yang terkenal, yakni langue dan parole. Istilah "bahasa" senada dengan langue, sedangkan istilah "wacana" senada dengan parole. Rohana & Syamsuddin (2015)
Berikut beberapa pengertian wacana menurut para ahli:
- Menurut Harimurti Kridalaksana, wacana (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal, (1983: 179 dalam Sumarlam, 2009:5).
- Menurut Guntur Tarigan (1987: 27) mengemukakan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan , dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis.
A. Koherensi dan KohesiÂ
Sudah dikemukakan oleh para ahli bahwa wacana bukanlah semata-mata rangkaian kalimat. Agar menjadi wacana, rangkaian kalimat itu haruslah mampu menghubung-hubungkan makna dari kalimat-kalimat (bagian-bagian teks) tersebut, sehingga membentuk kesatuan makna yang terpadu. Hubunganhubungan yang menghubungkan makna bagian wacana itulah yang disebut dengan koherensi. Koherensi merupakan syarat mutlak wacana; tanpa koherensi, tidak ada wacana. Koherensi sebagai hubungan kemaknaan sering sudah jelas dengan sendirinya bagi para peserta komunikasi. Namun tidank jarang pula hubungan makna wacana itu tidak tampak jelas, terutama dalam wacana yang mengandung hubungan-hubungan makna yang kompleks seperti pidato ilmuah atau makalah ilmiah. Ketidakjelasan hubungan makna itu tentu saja dapat mendatangkan kebingungan pada pihak pembaca (pendengar). Dalam keadaan yang demikian para pembaca (pendengar) akan banyak tertolong jika penulis (pembicara). Secara lebih eksplisit memberi petunjuk kepada pembaca (pendengar) tentang hubunganhubungan makna (koherensi) wacana, dengan memanfaatkan saranasarana kebahasaan, baik yang berupa sarana-sarana ketatabahasaan (gramatikal) maupun makna kata-kata (lesikal). Sebagai contoh, dengan menggunakan sarana gramatikal konjungsi, misalnya konjungtor karena atau karena itu. Penulis (pembicara) secara eksplisit menyatakan hubungan sebab-akibat yang, menghubungkan kedua klausa dan kalimat tersebut. Dalam peristilahan teknis, hubungan gramatikal dan/atau leksikal antar berbagai bagian wacana (teks) itu disebut kohesi. Kohesi merupakan penanda lahiriah koherensi sekaligus salah satu sarana untuk mencipatakan koherensi wacana.
- Sarana-sarana Kohesi
Dari bahasan-bahasan tersebut, pokok bahasan tentang penekanan dan paralelisme merupakan pokok bahasan yang sangat relevan dengan konsep kohesi wacana.
- Penekanan, Pralelisme, dan Elipsi
B. Fungsi WacanaÂ
Wacana adalah bagian dari proses komunikasi yang sesuai dengan fungsi dari keberadaan wacana itu sendiri. Fungsi wacana sama dengan tujuan dari komunikasi dilakukan. Dalam buku berjudul Analisis Wacana: Konsep, Teori, dan Aplikasi (2019) oleh Eti Setiawati dan Roosi Rusnawati, fungsi wacana adalah berkaitan dengan tujuan manusia melakukan komunikasi. Dapat diketahui fungsi wacana adalah memberikan informasi, meyakinkan, menggambarkan, dan memaparkan atau menceritakan suatu kejadian.
- Wacana Informasi
Fungsi wacana informasi adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan atau informasi, seperti wacana berita dalam media massa.
- Wacana Estetik
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada pesan dengan tekanan keindahan pesan, seperti wacana puisi dan lagu.
- Wacana Ekspresif
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu bersumber pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi, seperti wacana pidato.
- Wacana direktif
Fungsi wacana adalah apabila wacana itu diarahkan pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca, seperti wacana khotbah. Laudia Tysara (2022)
 C. Jenis-jenis Wacana
Wacana itu ada berbagai jenis. Berbagai jenis wacana itu dapat dikelompokkan menurut dasar tertentu. Dasar pengelompokan itu antara lain (a) media yang dipakai untuk mewujudkannya, (b) Keaktifan partisipan komunikasi, (c) Tujuan pembuatan wacana, (d) bentuk wacana, (e) langsung tidaknya pengunkapan wacana, (f) genre sastra, (g) isi wacana, dan (h) dunia maya (periksa Baryadi 2002).
Berdasarkan media yang dipakai untuk mewujudkannya, dapat dikemukakan dua jenis wacana, yaitu (a) wacana lisan (spoken discourse) dan (b) wacana tertulis (writen discourse). Wacana lisan adalah wacana yang dihasilkan dengan diucapkan. Wacana lisan diterima dan dipahami dengan cara mendengarkannya. Wacana lisan sering dikaitkan dengan wacana interaktif (interactive discourse) karena wacana lisan dihasilkan dari proses interaksi atau hubungan komunikatif secara verbal antarpartisipan komunikasi (Tarigan 1987: 52). Sedangkan wacana tertulis adalah wacana yang diwujudkan secara tertulis, si penerima harus membacanya. Wacana sering dikaitkan dengan wacana noninteraktif (noninteractive discourse) karena proses pemproduksian wacana ini tidak dapat langsung ditanggapi oleh penerimanya (Baryadi 1989: 4). Contoh jenis wacana tertulis adalah surat, pengumuman tertulis, berita di surat kabar, tajuk rencana, iklan cetak, cerita pendek, novel, naskah drama, wacana prosedural, dan undang-undang.
Berdasarkan keaktifan partisipan komunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
- Wacana monolog (monologue discourse)
Wacana monolog adalah wacana yang memproduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara. Wacana monolog dapat dibedakan menjadi wacana monolog lisan seperti ceramah, khotbah, kampanye, petuah dan wacana monolog tertulis seperti wacana berita, pengumuman tertulis, wacana prosedural, dan wacana narasi tertulis.
b. Â Wacana dialog
Adalah wacana yang pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana dialog adalah tegur sapa, tanya jawab dosen dan mahasiswa, dialog perawat dan pasien, dan tawar-menawar dalam peristiwa jual-beli.
c. Wacana polilog
Adalah wacana yang diproduksi melalui tiga jalur atau lebih. Pemproduksian wacana polilog pada dasarnya sama dengan pemproduksian wacana dialog karena keduanya melibatkan pihak-pihak yang bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contoh wacana polilog adalah percakapan, diskusi, rapat, musyawarah, sidang dan sarasehan.
Berdasarkan tujuan pembuatannya, wacana dapat dibedakan menjadi:
a. wacana narasi
b. wacana deskripsi
c. wacana eksposisi
d. wacana eksplanasi
e. wacana argumentasi
f. wacana persuasi
g. wacana informatif
h. wacana prosedural
i. wacana hortatori
j. wacana humor
k. wacana regulatif
l. dan wacana jurnalistik Â
Secara berurutan, wacana-wacana tersebut dibuat dengan tujuan untuk (a) menceritakan sesuatu, (b) memberikan sesuatu, (c) memaparkan sesuatu, (d) menjelaskan sesuatu, (e) memberikan alasan, (f) membujuk atau mempengaruhi, (g) menyampaikan informasi, (h) menyajikan langkah-langkah melakukan suatu perbuatan, (i) memberi nasihat, (j) melucu, (k) mengantur, dan (l) melaporkan sesuatu. Perbedaan tujuan tersebut juga menyebabkan perbedaan struktur dan ciri kebahasaan setiap jenis wacana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H