Mohon tunggu...
Syaista Nur
Syaista Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Assalamu Alaikum

People

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengulik Modernisasi Sosial Budaya Timur Tengah

25 November 2020   23:01 Diperbarui: 27 November 2020   01:06 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia adalah khalifah Allah swt yang diberikan bekal akal pikiran untuk menciptakan kebudayaan, mengubah alam menjadi kebudayaan, mengubah natural menjadi kultur. Bapak antropologi, Koentjaraningrat berpendapatbahwa kebudayaan bukanlah sesuatu yang diwahyukan Allah dan bukan pulapembawaan melainkan karya budidaya manusia dalam kehidupan bersama suatu ruangdan waktu yang pada akhirnya diteruskan kepada generasi ke generasi.Berdasarkan perkembangannya, istilah kebudayaan berbeda dengan peradaban. Jikakebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama) danmoral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. 

 Dalam kaitannya dengan peradaban islam, landasan dari peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud ideal dan kebudayaan islam dilandaskan oleh agama. Agama bukanlah kebudayaan tapi dapat melahirkan kebudayaan. Sementara jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah Wahyu dari Tuhan. Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa masyarakat Arab yang semula terbelakang, tidak terkenal menjadi bangsa yang yang maju, dan dapat berkembang dengan pesat. Islam adalah agama sekaligus peradaban, Islam dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dipisahkan. 

Sejak kehadirannya, Islammemang telah membawa konsep dan misi peradaban yang inheren dalam dirinya.  Karena Islam hadir membawa satu sistem yangmenaungi kebahagiaan individu dan masyarakat (al- fard wa al-mujtama‘), maka tak heran jika peradaban tidak bisa lepas dari spiritnya, yaitu Islam. Dengan Islam sebagai dîn dan madaniyyah atau peradaban itu, peradaban umat Islam menjadi semakin jelas makna, konsep, karakteristik, maupun kontribusinya terhadap manusia dan kemanusiaan. Pada dasarnya, terdapat tiga fondasi penting dimana Islam sebagai tamaddun bagi manusia. Pertama, adanya transmisi pandangan hidup dan keyakinan (al-naqlahal-tas}awwuriyyah al-i’tiqâdiyyah). Ini adalah transmisi paling penting yang mendasari perubahan apapun dalam satu masyarakat. Kedua, transmisikeilmuan (al-naqlah al-ma’rifiyyah). Ini yang disebut dengan tah}awwul ma’rifî (perubahan ilmiah). Ketiga, transmisi metodologis Satu transmisi penting yang tak mungkin dipisahkan dengan dua transmisi sebelumnya. 

Di sisi lain, menurut ahli sosiologi seperti Ibnu Khaldun, secaratabiatnya, manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia perlu berinteraksidalam menumbuhkan peradaban. Dengan begitu, manusia harus berkumpul, bertemudengan komunitas lain karena hal itu ada urgensi dari setiap manusia untukselalu bersosialisasi dan hal tersebut memiiliki kandungan esensial dariperadaban.  Adanya perubahan sosial budaya yang dihadapi disebut sebagai modernisasi dimana mengacu kepada perubahan atau transformasi dari keadaan yang biasa ke arah yang lebih maju dan berkembang. Koentjaraningrat mendefinisikan modernisasi sebagai suatu usaha secara sadar yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara untuk menyesuaikan diri dengan konstelasi dunia pada setiap kurun tertentu dimana bangsa itu hidup.  Sementara istilah modernisasidalam terminologi Islam disebut sebagai ahli “tajdid” yang secarasederhana berarti “pembaruan” (renewal) atau islah, yakni“perbaikan” (reform). Terlepas dari perbedaan-perbedaan kecil diantara tajdid dan islah, keduanya mengandung esensi yang sama, yaitu kajian danrefleksi ulang atas pemahaman, interpretasi terhadap Islam, dan cara kerjalembaga-lembaga Islam untuk menemukan pemahaman, interpretasi baru, danlembaga-lembaga Islam yang lebih relevan dan kontekstual dengan situasi dantantangan kontemporer.[1]

 

Jika dilihat dari sosial dan kulturalkawasan Timur Tengah, wilayah ini memiliki karakteristik yang cukup menarik.Hal in tercermin dari adanya tiga agama besar dunia lahir yaitu Yahudi, Kristen,dan Islam yang hidup berdampingan. Secara kultural Timur Tengah didominasi olehbangsa Arab dan umat Muslim, meskipun ada banyak suku dan agama lain yang jugabertempat di kawasan ini. Modernisme dalam agama adalah setiap pemikiran agamayang berangkat dari keyakinan bahwa kemajuan-kemajuan sains dan kebudayaanmodern menuntut adanya reinterpretasi terhadap ajaran-ajaran agama klasiksesuai pemikiran filsafat dan ilmiah yang berlaku. Modernisme dapat disimpulkanmenjadi sebuah sebuah gerakan yang berusaha menundukkan prinsip-prinsip agamadi bawah nilai-nilai dan juga konsep peradaban Barat beserta pola pemikirannyadalam segala kehidupan.

MeskipunTimur Tengah dikategorikan sebagai wilayah yang sarat akan konflik terutamaSumber Daya Alamnya yaitu minyak, namun tidak demikian dengan fashionista TimurTengah dimana selalu menjadi sorotan dunia internasional berupa pakaiannya yangsangat diminati oleh negara lain termasuk Indonesia.  Gaya Timur Tengah dalam berpakaian menunjukkan adanya evolusi perubahan sejarah dan politik serta gabungan dari keduanya yang pada akhirnya dapat memperkaya maupun memodernisasi budaya yang beragam dan sesuai dengan desain identitas tradisionalnya. Walaupun fashion dapat ditelusuri dari daerah tertentu, dampak keseluruhan adalah koleksi tradisi pakaian yang telah diadaptasi dan disesuaikan dengan orderan sosial, iklim setempat dan kegiatan.  Adanya perubahan sejarah dan praktek pakaiansebagai tanda adanya perubahan identitas dari masa ke masa termasuk perbedaanyang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, kekayaan dan status agama. Terdapatdua hal yang dapat dilakukan para ahli agama dalam membangun transformasi darimasyarakat kapitalistik menuju masyarakat sosialisme agama yang terbagi menjadilevel transformasi sosial politik di tingkat negara yang memungkinkan orangmemperbincangkan pembangunan bangsa dan negara berdasarakan modal dan kerjayang nyata. Selanjutnya level transformasi sosial di tingkat masyarakat. AdapunHubungan antara kedua level tadi menjadi sangat erat sebagaimana yangdisampaikan Christoper Dawson: “Religionis the key history. We cannot understand the inner form of society unless weunderstand ther religious belief that lie behind them. [2]


Adapun pengaruh terbesar di Timur Tengah dalamhal mode adalah Kekaisaran Ottoman (1299–1923). Pada masa ini telah ditetapkan suatutipe seragam militer nasional yang modis dan praktis. Pada saat terjadinyaevolusi Kekaisaran Ottoman melewati sepanjang abad kedelapan belas dankesembilan belas, gaya pakaian kemudian dikembangkan yang sesuai dengan gaya budayaOttoman yang juga diadopsi dari selera Eropa dan Barat. Timur Tengah selalumenjadi bagian yang menguntungkan di dunia untuk industri mode dan mewah, jauhsebelum negara-negara berkembang lainnya menjadi sorotan karena keinginan merekaakan nama merek kelas atas. Budaya Timur Tengah sangat mementingkan padapenampilan, dan ini adalah alasan utama di balik nilai “branded” serta ekslusif. Namun, cara hidup ini telah berubah untuk beberapa bagian Timur Tengah dan budaya di kawasan ini telah berevolusi sebagai responsnya terhadap budaya Barat melalui perkembangan zaman maupun media sosial, yang telah mengubah mentalitas untuk tidak hanya mengandalkan sesuatu yang sudah ekslusif. 

Adanya Modernisasi tak dapat terelakkan lagi untuk menjadi bagian dari perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Ketika kondisi masyarakat ingin berubah dan menerima modernaisasi pastinya karena menawarkan kemudahan-kemudahan bagi manusia, menghasilkan model-model belenggu baru yang jauh lebih dahsyat, seperti adanya perilaku konsumtif di kalangan masyarakat dan generasi muda sebagai implikasi pembangunan ekonomi yang kian mengglobal. Hal ini bisa saja akan berdampak kepada perubahan-perubahan yang bisa saja negatif yang tercermin dari perubahan gaya hidup pada  kegandrungan terhadap budaya Barat, gaya hidup instant, perilaku konsumtif layaknya  hedonisme. Untuk itu, modernisme sosial budaya bagi Timur Tengah dapat diarahkan kepada kegiatan positif yang dapat mendukung citra Timur Tengah menjadi kawasan yang aman untuk menjadi tujuan travelling karena didukung oleh tameng nilai – nilai moral dan budaya – budaya Timur Tengah untuk  merespon kondisi modernisasi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun