Mohon tunggu...
Syair Senja
Syair Senja Mohon Tunggu... -

fragile imaginative

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pada Sebuah Lorong

22 November 2015   15:12 Diperbarui: 22 November 2015   16:50 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku memintamu memimpin para tikus agar mereka dapat hidup tertib dengan makanan yang terjamin baik sehingga para tikus tak perlu mengganggu kami yang tinggal di menara. Mengapa kau malah membuat kekacauan dan membuat mereka saling bertikai ?" Pemilik Menara akhirnya memanggil dan membicarakan keresahan rakyat tikus.

" Maaf Pemilik Menara. Bukan aku menyombongkan ataupun membela diri. Lihatlah apa yang sudah kuperbuat. Aku mengajari mereka mendapatkan makanan lebih banyak dari sebelumnya. Aku mengupayakan mereka hidup dengan lebih layak dan teratur. Aku membuat para pemimpin kawanan tikus lebih aktif bekerja sehingga para tikus kecilpun turut serta. Kini tak ada lagi tikus yang bersantai di siang hari sementara kawannya yang lain bekerja. Aku mengawasi agar tidak lagi ada pencurian di gudang persediaan. Sedangkan mengenai kekacauan yang terjadi belakangan ini, ijinkan Aku mencari sebabnya dan memperbaikinya." Kucing Besar menghela nafas, menatap pemilik menara dan berharap mereka dapat mempecayai ucapannya.

Pemilik Menara saling berpandangan dan terdiam beberapa lama, sebelum akhirnya yang tertua diantara mereka angkat bicara.

"Baiklah Kucing Besar. Sesungguhnya kami mengakui apa yang baru saja kau sebutkan itu memang benar adanya bahwa kau telah membawa begitu banyak perubahan dan kemajuan di sini. Namun tampaknya, ada yang salah dengan caramu melakukan itu semua, sehingga banyak diantara mereka menjadi tersiksa dengan kedatanganmu, dan itu tidak baik untuk ketenangan hidup kami di Menara."

Pemilik menara menghela nafas sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Untuk itu, kami dengan hormat memintamu meninggalkan lorong dan biarkan kami untuk sementara mengurus semuanya."

Bahkan Pemilik Menara tidak sanggup menatap mata Kucing Besar ketika memintanya pergi.

" Pemilik Menara yang aku hormati, sesungguhnya tak mengapa bila memang aku harus meninggalkan tempat ini, namun perlu kau tau, apa yang kalian dengar itu tidaklah benar keseluruhannya. Dan lagi, bila aku pergi, aku khawatir beberapa tikus pemimpin akan kembali pada perangai buruknya melalaikan kewajiban dan bersikap semena-mena dengan kepandaiannya."

Para pemilik menara kembali berpandangan. Tampaknya mereka berdiskusi cukup dengan saling berpandangan seperti itu.

"Kami tahu, namun biarkan saja itu menjadi tanggung jawab kami. Bagi kami, selagi makanan untuk rakyat tikus tercukupi, cukuplah sudah. Tak perlu lagi kita permasalahkan masalah yang tidak menjadi masalah selagi mereka dapat tinggal dengan tenang di lorong."

Tak berapa lama, Kucing Besar pun mengumumkan rencana kepergiannya dari lorong untuk kemudian tinggal di lorong yang lain dan jauh. Kepergiannya dilepas dengan upacara sederhana diiringi tangis haru beberapa tikus yang dekat dengannya. Namun kucing besar tahu, diantara mata mata yang bersimbah air mata, beberapa diantaranya menatap dengan sinis disertai dengan sunggingan senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun