Â
Â
Alkisah pada sebuah menara yang megah, terdapatlah suatu lorong di dasar menara yang dihuni oleh ratusan tikus. Meski lorong itu menjadi wilayah tikus, namun yang memimpin wilayah adalah seekor kucing besar. Hal ini dikarenakan, tidak ada seekor tikus pun yang layak dijadikan pemimpin. Jika tikus itu pintar, maka ia akan menjadi serakah dan semena-mena terhadap yang lain. Jika tikus itu baik, biasanya ia adalah tikus yang bodoh dan tidak tahu apa-apa selain bekerja untuk menara yang mereka tinggali.
Pada suatu hari datanglah seekor kucing besar untuk menjadi pemimpin mereka, setelah kucing besar sebelumnya wafat di menara karena sakit dan usia lanjut. Para tikus berbaris rapi untuk menyambut Kucing besar. Sebenarnya lebih tepat adalah melihat, sebab banyak diantara tikus yang lebih suka lorong dibiarkan saja tanpa pemimpin, apalagi pemimpinnya adalah seekor kucing besar yang bukan dari golongan mereka.
Dan benar saja, ketika kucing besar memasuki lorong, para tikus mulai berbisik-bisik satu sama lain, menerka-nerka seperti apa gerangan perilaku kucing besar itu. Ada yang mulai sinis namun ada juga yang tulus menyambut hangat dan sebagian lain mengamati dari jauh kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Hari demi hari, Kucing Besar mengamati adat kebiasaan para tikus, berkunjung ke sudut-sudut lorong, ke sekat-sekat yang menjadi ruang kerja dan tempat tinggal para tikus. Kucing Besar pun dengan hati-hati memanggil beberapa tikus untuk dimintakan saran dan informasi mengenai lorong maupun sifat-sifat dari para tikus yang lain. Sejak awal Kucing Besar tahu, tidak semua dari para tikus yang berbaris menyambutnya kemarin dapat ia percayai.
Kucing Besar pun mulai memerintah. Meminta tikus ahli kayu memperbaiki peralatan yang rusak. Kapada Tikus tukang masak, Kucing Besar memintanya untuk membuatkannya resep masakan terkini. Membuat kucing tukang masak menggerutu sebab ia harus mempelajari resep itu sedangkan harusnya ia bisa bersantai. Kucing Besar pun memindahkan tikus abu-abu ke sekat baru yang dibuatnya dengan pekerjaan baru juga untuk mereka. Pemimpin tikus abu-abu sesungguhnya tidak menyukai perubahan ini, sebab membuat anggotanya berkurang dan itu berarti menambah beban pekerjannya. Namun Ia tidak berani untuk menentang perintah Kucing Besar, sebab selain itu Pemimpin tikus abu-abu tahu, Kucing Besar tidak menyukainya meski Kucing Besar tidak menunjukkannya terang-terangan.
Kawanan tikus kerap berbisik-bisik. Ada yang puas dengan kedatangan Kucing Besar, sebab kehidupan lorong menjadi lebih baik, lebih teratur dan ada keadilan antara sesama tikus. Makanan pun terasa berlimpah tanpa mereka perlu mencarinya terlalu payah, karena Kucing Besar juga mengajari para tikus untuk lebih banyak mendapatkan makanan dan bagaimana mengolahnya. Namun tak sedikit pula yang menggerutu, sebab merasa Kucing Besar mengusik kenyamanan dengan merubah, menuntut ini itu dan kerap mengawasi mereka, yaitu para pemimpin sekawanan tikus.
Sesungguhnya Kucing Besar adalah pemimpin yang baik. Ia selalu terbuka menerima kedatangan para tikus kalangan pekerja sekalipun di ruangannya untuk sekedar berkeluh kesah ataupun berdiskusi. Dan semakin lama, Kucing Besar pun telah memiliki sekawanan Tikus yang bisa ia percayai dan dimintai pendapat. Namun demikian, Kucing Besar bukanlah makhluk sempurna. Seringkali ia tampak terlalu dekat dengan para Tikus melebihi kewajaran sehingga membuat beberapa tikus manja dan membuat beberapa yang lain iri. Ini juga lah yang menjadi bahan pergunjingan diantara para tikus yang tidak menyukai Kucing Besar.
Sesungguhnya pula, para tikus yang tidak menyukai Kucing Besar tidak berarti mereka saling berteman. Beberapa dari mereka tidak menyukai beberapa dari yang lain. Dan ketidaksukaan yang sama tehadap Kucing Besar nampaknya membuat mereka melupakan sejenak kebencian lama. Dan para tikus tersebut dengan cara dan tujuannya masing-masing berusaha menyingkirkan Kucing Besar dari lorong.
Beberapa tikus dengan halus mulai membuat gangguan, karpet yang sobek, peralatan yang hilang, kesejahteraan yang semakin menurun termasuk fitnah tentang kelakuan buruk Kucing Besar. Hal ini tentu saja menimbulkan kegaduhan rakyat tikus di lorong, hingga terdengar oleh pemilik Menara.