Kualitas udara menjadi salah satu faktor kenyamanan bagi masyarakat luas. Itulah alasannya, kenapa kawasan  bernuansa segar lebih banyak diminati kalangan wisatawan.Â
Ngomong-ngomong soal kualitas udara  Jakarta yang saat ini sedang memprihatinkan, saya pikir hal itu sangatlah wajar. Karena tingkat populasi dengan segala aktifitasnya juga tinggi. Ditambah lagi persoalan lingkungan yang katanya masih dalam proses pembenahan.Â
Tentunya, hal ini sangat berat sekali bagi pejabat berwenang untuk mengatasi persoalan tersebut. Selain butuh waktu, juga butuh tenaga ekstra dan kerjasama yang baik antar semua pihak. Baik pemerintah, swasta maupun masyarakatnya sendiri.Â
Tak hanya di Jakarta, Kota Surabaya yang merupakan kota besar kedua setelah Jakarta, saat ini juga sedang berusaha menjadikan kawasan perkotaan menjadi lebih segar. Salah satunya dengan memperbanyak ruang terbuka hijau.Â
Konon, dengan memperbanyak Ruang Terbuka Hijau menjadikan suhu dan cuaca lebih menurun. Pemerintah kota Surabaya sendiri menargetkan 30 persen dari luasan wilayah kota Surabaya menjadi kawasan Ruang Terbuka Hijau. Dan saat ini sudah ada sekitar 21,79 persen atau setara 7.290,53 hektar RTH yang sudah terbangun diberbagai titik di kota Surabaya.Â
Menurut Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini dalam rilisnya beberapa waktu lalu menyebutkan penurunan suhu dan cuaca saat ini sudah terasa dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Jika sebelumnya suhu masih mencapai diangka 30-31 derajat celsius, kini sudah mencapai 28 derajat celsius. Bahkan Bu Risma optimis nantinya suhu bisa lebih diturunkan lagi mencapai 22 derajat celsius.Â
"RTH ini akan terus ditambah, sampai suatu saat nanti, suhu Surabaya bisa mencapai 22 derajat celcius,"kata Risma saat itu.Â
Tentunya ini kabar yang baik bagi warga Surabaya. Target 30 persen RTH dari luasan wilayah Surabaya, katanya sangat realistis, mengingat Pemerintah Kota Surabaya gencar memanfaatkan laha-lahan kosong dan sempadan sungai untuk dijadikan taman. Sebab, tanaman inilah nantinya yang berfungsi  untuk menyerap polusi, sehingga polusi udara di Surabaya bisa kian membaik.
Adanya Ruang Terbuka Hijau itu sudah diatur sebagaimana Peraturan Menteri (Permen) PU nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, diamanatkan bahwa proporsi RTH pada kawasan perkotaan minimal 30 persen, yang terdiri dari 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat. Jika di Surabaya pembangunan RTH sudah mencapai 21,79 persen, artinya sudah melebihi target diatas.Â
Berdasarkan catatan di Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya, Luasan RTH Publik di Surabaya hingga tahun 2018 diantaranya,Â
RTH Makam mencapai 283,53 hektar, RTH lapangan dan stadion 355,91 hektar,
RTH telaga atau waduk atau bozem 192,06 hektar,
RTH dari fasum dan fasos permukiman 205,50 hektar,
RTH kawasan lindung 4.548,59 hektar, RTH hutan kota 55,81 hektar,
RTH taman dan jalur hijau (JH) 1.649,10 hektar. Totalnya, mencapai 7.290,53 hektar atau setara 21,79 persen.Â
Konsistensi pemerintah kota Surabaya juga diwujudkan dalam hal perawatan RTH, Jadi tidak hanya sekedar dibangun kemudian dibiarkan begitu saja bro...
Bahkan, untuk merawat taman-taman saja, Surabaya juga membentuk Satuan tugas (Satgas) dimasing-masing rayon. Rayon Timur, Utara, Barat dan Selatan. Â Tim inilah yang biasanya mengganti tanaman atau bunga yang mati.Â
Selain tanaman-tanaman lokal, Surabaya juga memiliki tanaman bunga yang dikategorikan langka. Seperti bunga Bau-bau, sapu tangan, bisbul, dan Sembirit. Mungkin masih banyak lagi. Selain bisa mengurangi polusi udara, tanaman juga makin memperindah tatanan perkotaan.Â
Tingginya polusi udara tidak terlepas dari tingginya volume kendaraan yang masuk. Lantas, sudah adakah batasan dari pemerintah khususnya terkait masuknya volume kendaraan (yang dijual ke indonesia) setiap tahunnya. Terlebih, dijaman yang serba modern seperti ini, hampir setiap tahun ada pembaruan mode kendaraan.Â
Berbagai upaya apapun yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi polusi, jika tidak dibarengi dengan pembatasan kendaraan yang masuk ke Indonesia, maka yang terjadi sia-sia. Karena selain menyebabkan polusi udara yang buruk, juga menyebabkan kemacetan dimana-mana. Â
Lantas, apa peran masyarakat?, Menurut saya pribadi mulailah hidup sehat dengan menjaga dan merawat lingkungan. Dengan tidak membuang sampah sembarangan, anda sudah membantu mengurangi resiko bahaya dampak lingkungan.Â
SELAMAT BEKERJA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H