Mohon tunggu...
Syaikha Naila Putri
Syaikha Naila Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dari prodi S1 Akuntansi di Universitas Pamulang

Nama saya Syaikha Naila Putri, lahir di Jakarta 16 Desember 2004. Saat ini, saya sedang menempuh pendidikan di Program S1 Akuntansi di Universitas Pamulang. Di luar akademis, saya memiliki hobi berdandan dan sangat menikmati waktu untuk mengeksplorasi berbagai teknik make up dan produk kecantikan. Saya juga dikenal memiliki kepribadian yang ceria dan humoris, sehingga mudah berteman dengan banyak orang. Selain itu, saya menyukai topik-topik konten yang berhubungan dengan kecantikan, perawatan diri, fashion dan kuliner. Kesenangan saya dalam bidang-bidang ini tidak hanya sebagai hobi, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Menghentikan Bullying dan Masalah Sosial Remaja

15 Juni 2024   22:28 Diperbarui: 15 Juni 2024   23:07 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: istockphoto.com

Ketika remaja sedang dalam proses mencari jati diri dan ingin diterima di lingkungannya, bullying bisa menjadi masalah besar. Ini bukan cuma ejekan biasa; bullying bisa sangat mengganggu emosi dan mental korban. Intinya, bullying terjadi karena kurangnya perhatian terhadap perasaan dan martabat orang lain.

Biasanya, bullying muncul di kalangan remaja, di mana popularitas dan penyesuaian diri sering dianggap penting. Mereka yang terlihat berbeda, entah dari penampilan, minat, atau keyakinan, sering jadi sasaran karena dianggap lemah atau aneh oleh yang lain yang mencari pengakuan.

Untuk mengatasi ini, kita perlu melihat dari akarnya. Bullying bukan hanya masalah individu, tapi juga norma dan sikap dalam masyarakat. Jadi, menghentikan bullying perlu pendekatan yang mencakup langkah-langkah langsung dan perubahan sikap masyarakat yang mendukungnya.

Cara utama adalah mengajarkan belas kasihan---kemampuan untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain. Belas kasihan bisa menghadapi sikap yang merendahkan orang lain dan mendorong rasa kasih sayang serta penghargaan terhadap keberagaman. Dengan mengajarkan belas kasihan sejak dini, kita bisa membantu remaja berinteraksi dengan lebih sensitif dan penuh pengertian.

Proses ini dimulai dari pendidikan. Sekolah sebaiknya punya program anti-bullying yang tidak hanya menentang perilaku agresif, tapi juga mengajarkan belas kasihan sebagai nilai inti. Program ini harus memberi siswa pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali, mencegah, dan menangani bullying, sehingga mereka bisa jadi agen perubahan di komunitas mereka.

Selain itu, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat harus memberi contoh perilaku belas kasihan dalam interaksi mereka dengan remaja. Dengan membuka dialog dan menciptakan lingkungan yang mendukung keberagaman dan inklusi, kita bisa menantang norma yang mendukung bullying dan mempromosikan budaya belas kasihan dan saling menghargai.

Pada akhirnya, menghentikan bullying butuh kerja sama dari semua pihak, bukan hanya tindakan individu. Dengan memprioritaskan belas kasihan di rumah, sekolah, dan masyarakat, kita bisa menciptakan dunia di mana setiap remaja merasa dihargai, diterima, dan bebas menjadi diri mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun