Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Guru yang suka menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selamat Datang Ujian Nasional Selamat Tinggal ANBK

3 Januari 2025   20:30 Diperbarui: 3 Januari 2025   20:30 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
UN menggantikan ANBK (Melintas.Id)

Ujian Nasional: Membandingkan Efektivitas dan Tantangan dari Dua Era Sistem Pendidikan di Indonesia (Ahmad Syaihu)

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di bawah kepemimpinan Mendikdasmen Prof.Dr. Abdul Mu'ti mewacanakan menghidupkan lagi Ujian Nasional (UN) yang sempat diganti ANBK dibawah Menristek Nadiem Anwar Makarim (2019-2024).

Bagaimana Ujian Nasional yang akan dilaksnakan pada tahun ajaran 2025-2026 ini bisa membawa dampak positif bagi kualitas pendidikan di Indonesia?

Dua Sistem Penilaian Akhir Pendidikan

Dunia pendidikan di Indonesia telah melalui dua era yang sangat berbeda: masa ketika Ujian Nasional (UN) menjadi tolok ukur utama, dan masa tanpa keberadaan UN. Pergantian kebijakan ini menimbulkan berbagai pandangan, baik dari siswa, orang tua, maupun guru. Namun, apakah Ujian Nasional benar-benar diperlukan? Atau, sebaliknya, pendidikan tanpa UN lebih efektif dalam mendukung perkembangan siswa?

Ujian Nasional siap dilaksanakan (INews)
Ujian Nasional siap dilaksanakan (INews)

Dampak Positif Ujian Nasional

Sebagai alat evaluasi standar nasional, UN memiliki keunggulan dalam menyetarakan tolok ukur pendidikan di seluruh Indonesia. UN menjadi cerminan kualitas pendidikan di berbagai daerah dan memacu siswa untuk belajar lebih giat. Guru pun terdorong untuk meningkatkan kualitas pengajaran guna mempersiapkan siswa menghadapi ujian ini.

UN juga memberikan gambaran konkret tentang kemampuan siswa pada mata pelajaran tertentu. Data hasil UN sering dijadikan dasar kebijakan pendidikan dan evaluasi kurikulum. Dalam beberapa kasus, UN berhasil meningkatkan kualitas pendidikan dengan menciptakan kompetisi sehat di antara siswa dan sekolah.

Tantangan dan Kritik terhadap Ujian Nasional

Namun, keberadaan UN juga tidak lepas dari kritik. Sistem ini dinilai terlalu fokus pada hasil akhir dan mengabaikan proses pembelajaran. Banyak siswa merasa tertekan karena UN menjadi penentu utama kelulusan. Tekanan ini sering kali mengganggu kesehatan mental mereka.

Selain itu, tidak semua daerah memiliki akses yang sama terhadap fasilitas pendidikan. Sekolah di daerah terpencil seringkali kekurangan sumber daya, sehingga siswa di sana sulit bersaing dengan siswa dari daerah yang lebih maju. Akibatnya, UN dianggap kurang adil karena tidak memperhitungkan kesenjangan ini.

Era Tanpa Ujian Nasional: Lebih Baik?

Setelah UN dihapus, sistem pendidikan Indonesia bergeser ke arah penilaian berbasis portofolio dan ujian sekolah. Banyak pihak menilai pendekatan ini lebih manusiawi karena menilai siswa secara holistik, termasuk melalui proyek, tugas, dan kegiatan harian.

Tanpa UN, tekanan terhadap siswa sedikit berkurang, dan mereka dapat lebih fokus pada pembelajaran jangka panjang. Guru pun memiliki fleksibilitas dalam menyusun materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Namun, di sisi lain, tanpa UN, ada kekhawatiran mengenai kesetaraan standar pendidikan di seluruh Indonesia. Sistem penilaian berbasis sekolah seringkali berbeda antar wilayah, sehingga sulit untuk menilai sejauh mana kualitas pendidikan secara nasional.

UN menggantikan ANBK (Melintas.Id)
UN menggantikan ANBK (Melintas.Id)

Perspektif Siswa, Orang Tua, dan Guru

Sebagai siswa, keberadaan atau ketiadaan UN memberikan pengalaman yang berbeda. UN memberikan tujuan yang jelas, namun juga tekanan besar. Tanpa UN, siswa merasa lebih leluasa, tetapi kadang kurang terarah karena tidak ada standar nasional yang harus dicapai.

Orang tua, di sisi lain, sering merasa lebih nyaman tanpa UN karena anak-anak mereka tidak terlalu tertekan. Namun, beberapa orang tua juga khawatir bahwa tanpa UN, sulit untuk memastikan anak-anak mereka memiliki standar pendidikan yang cukup tinggi.

Dari sudut pandang guru, tanpa UN, mereka memiliki kebebasan lebih besar untuk mengajar sesuai kebutuhan siswa. Namun, guru juga menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa materi yang mereka ajarkan tetap relevan dan memenuhi standar nasional.

Sistem Mana yang Lebih Baik?

Menentukan sistem mana yang lebih baik bukanlah perkara mudah. UN memiliki kelebihan dalam menciptakan standar nasional, namun sistem tanpa UN lebih menekankan pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Idealnya, sistem pendidikan Indonesia dapat menggabungkan keunggulan dari kedua era ini. Penilaian berbasis sekolah dapat terus diterapkan, tetapi harus dilengkapi dengan evaluasi nasional yang tidak membebani siswa secara mental. Evaluasi nasional ini dapat berupa tes diagnostik yang tidak menentukan kelulusan, tetapi membantu mengukur kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Wasana Kata

Ujian Nasional, baik ada maupun tidak, memiliki dampak besar pada dunia pendidikan. Pilihan sistem pendidikan harus mempertimbangkan kebutuhan siswa, guru, dan orang tua, serta memastikan kesetaraan akses pendidikan di seluruh daerah. Pendidikan Indonesia tidak hanya membutuhkan standar, tetapi juga fleksibilitas untuk mendukung perkembangan siswa secara holistik.

Salam pendidikan, 3 Januari 2025

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun