BFA Minta Laga Indonesia vs Bahrain Dipindah: Potensi Kerugian PSSI Capai Puluhan Miliar Rupiah (Ahmad Syaihu)
Federasi Sepak Bola Indonesia (PSSI) sedang menghadapi potensi kerugian besar jika pertandingan melawan Bahrain dalam matchday kedelapan Kualifikasi Piala Dunia 2026 dipindahkan dari Indonesia. Permintaan tersebut datang dari Federasi Sepak Bola Bahrain (BFA), yang khawatir tentang keselamatan pemain dan staf mereka setelah serangan dari netizen Indonesia di media sosial. Permintaan ini sudah disampaikan secara resmi kepada AFC dan FIFA, dan kini menunggu keputusan apakah pertandingan akan tetap digelar di Jakarta atau dipindahkan ke lokasi netral.
Latar belakang ketegangan ini dimulai setelah pertandingan sebelumnya, di mana Bahrain berhasil mengalahkan lawan dengan bantuan keputusan wasit yang dianggap kontroversial. Akibatnya, netizen Indonesia meluapkan kekecewaan mereka dengan menyerang akun media sosial resmi BFA serta beberapa pemain Bahrain. Situasi tersebut memicu BFA untuk mengajukan permohonan agar pertandingan melawan Timnas Indonesia dipindahkan dari Jakarta.
AFC dan FIFA akan memutuskan masalah ini
BFA menyatakan kekhawatirannya akan keselamatan tim saat bertandang ke Indonesia, khususnya ke Jakarta. Mereka mengklaim bahwa atmosfer di media sosial yang penuh dengan ancaman bisa mempengaruhi kondisi psikologis dan keselamatan fisik tim mereka selama berada di Indonesia. BFA pun telah meminta AFC dan FIFA mempertimbangkan agar pertandingan diadakan di luar Indonesia, demi keamanan tim Bahrain.
AFC menanggapi permintaan tersebut dengan serius. Mereka berjanji akan melakukan pertimbangan lebih lanjut mengenai lokasi pertandingan, termasuk kemungkinan untuk memindahkan laga tersebut ke tempat netral. Hal ini membuat PSSI berada dalam posisi yang sulit. Jika AFC akhirnya memutuskan pertandingan digelar di luar Indonesia, PSSI akan menanggung kerugian finansial yang sangat besar, bahkan bisa mencapai puluhan miliar rupiah.
PSSI merugi minimal Rp. 38 miliar
Salah satu faktor utama yang membuat PSSI terancam mengalami kerugian besar adalah potensi hilangnya pendapatan dari penjualan tiket. Dalam beberapa pertandingan besar, penjualan tiket Timnas Indonesia mampu menembus angka miliaran rupiah. Sebagai contoh, pertandingan Timnas Indonesia melawan Australia yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 10 September lalu mampu menarik lebih dari 70.000 penonton, dengan pendapatan kotor mencapai Rp38 miliar.
Jika pertandingan melawan Bahrain juga digelar di Indonesia, stadion dipastikan akan penuh sesak dengan pendukung Garuda yang siap memberikan dukungan langsung. Namun, jika pertandingan dipindahkan ke luar negeri, maka PSSI tidak akan mendapatkan pemasukan dari penjualan tiket tersebut. Hilangnya pendapatan ini menjadi pukulan berat bagi keuangan federasi.
Selain kerugian finansial, dampak lainnya adalah berkurangnya dukungan moral untuk Timnas Indonesia. Selama ini, suporter Timnas Indonesia dikenal sebagai pemain ke-12 yang memberikan semangat besar bagi para pemain di lapangan. Kehadiran ribuan suporter yang fanatik kerap menjadi motivasi tambahan bagi para pemain untuk tampil lebih maksimal. Jika pertandingan harus digelar di luar Indonesia, Timnas Indonesia akan kehilangan kehadiran suporter yang selalu menjadi kekuatan tambahan dalam setiap laga penting.
Dukungan supporter akan berkurang bila bertanding di luar Indonesia
Selain itu, pindahnya venue pertandingan juga dapat mempengaruhi performa para pemain Timnas Indonesia. Bermain di luar negeri tanpa dukungan suporter bisa menurunkan semangat bertanding dan menciptakan tekanan psikologis yang lebih besar. Hal ini bisa menjadi keuntungan bagi Bahrain, yang tidak harus menghadapi tekanan dari ribuan suporter lawan.
Sementara itu, PSSI dan pemerintah Indonesia belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai langkah apa yang akan diambil untuk menghadapi situasi ini. Namun, jika AFC memutuskan pertandingan digelar di tempat netral, PSSI harus segera menyusun rencana untuk meminimalisir kerugian, baik dari segi finansial maupun performa tim.
Dalam situasi ini, hubungan diplomatik antara federasi sepak bola, pemerintah, dan suporter menjadi kunci penting. Diharapkan ada komunikasi yang lebih baik antara suporter Indonesia dengan pihak-pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang. Sebagai negara yang sedang membangun citra sepak bola di kancah internasional, Indonesia harus menunjukkan bahwa mereka mampu menjadi tuan rumah yang baik dan sportif, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Wasasa Kata
Keputusan akhir AFC mengenai lokasi pertandingan akan sangat menentukan nasib PSSI dalam beberapa bulan ke depan. Jika pertandingan tetap digelar di Indonesia, ini akan menjadi kesempatan bagi PSSI untuk memanfaatkan dukungan besar dari suporter Garuda dan memaksimalkan pendapatan dari penjualan tiket. Namun, jika pertandingan dipindahkan, PSSI harus siap menanggung kerugian besar serta menghadapi tantangan baru di tempat netral.
Bagaimanapun, situasi ini menunjukkan pentingnya menjaga sportifitas dalam setiap aspek pertandingan sepak bola, termasuk di ranah media sosial.
Salam olahraga, 19 Oktober 2024
Ahmad Syaihu untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H