Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Guru yang suka menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegiatan Keagamaan dan Ekstrakurikuler Menjadi Sarana Hentikan Kekerasan di Sekolah

4 Oktober 2024   20:19 Diperbarui: 4 Oktober 2024   22:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekstrakurikuler tari menjadi daya tarik bagi siswi untuk menyalurkan hobinya (foto dokpri)

Mungkinkah Kekerasan di Sekolah Dihentikan? Program Preventif dan Peran Ekstrakurikuler dalam Menciptakan Lingkungan Aman (Ahmad Syaihu)

Kekerasan di sekolah adalah fenomena serius yang kembali mencuat dalam beberapa waktu terakhir. Banyak dari kita mungkin bertanya-tanya, "Bagaimana bisa kekerasan terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat pendidikan dan perlindungan bagi anak-anak?" Pertanyaan ini penting untuk dipikirkan karena sekolah seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi siapa saja, baik bagi siswa, guru, maupun staf lainnya. Apakah kekerasan di sekolah benar-benar bisa dihentikan, dan bagaimana cara kita bisa mencegahnya?

Kegiatan ekstrakurikuler Banjari menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa madrasah (foto dokpri)
Kegiatan ekstrakurikuler Banjari menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa madrasah (foto dokpri)

Mengapa Kekerasan Terjadi di Sekolah?

Kekerasan di sekolah tidak terjadi begitu saja tanpa sebab. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya, mulai dari lingkungan keluarga, tekanan akademis, hingga dinamika sosial di antara siswa. Salah satu faktor yang paling umum adalah masalah emosi dan kontrol diri. Banyak siswa yang tidak dibekali dengan kemampuan mengelola emosi atau berkomunikasi dengan baik, sehingga kekerasan sering kali menjadi pelampiasan dari frustrasi atau konflik yang tak terselesaikan.

Selain itu, ada pengaruh media sosial dan digital yang sering kali memperburuk situasi. Cyberbullying, misalnya, menjadi salah satu bentuk kekerasan yang terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Tindakan ini sering kali dilakukan secara anonim, sehingga para pelaku merasa aman dan bebas dari tanggung jawab atas perbuatannya.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memang memiliki tugas untuk mengembangkan akademik siswa, tetapi pendidikan moral dan sosial juga perlu diperkuat. Jika tidak, ketimpangan dalam pendidikan karakter akan terus menjadi salah satu penyebab utama munculnya kasus kekerasan di lingkungan sekolah.

Ekstrakurikuler tari menjadi daya tarik bagi siswi untuk menyalurkan hobinya (foto dokpri)
Ekstrakurikuler tari menjadi daya tarik bagi siswi untuk menyalurkan hobinya (foto dokpri)

Bisakah Sekolah Menjadi Tempat yang Aman?

Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang. Namun, untuk mencapai hal ini, semua pihak harus bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang mendukung. Guru, staf, orang tua, dan siswa sendiri perlu saling berperan dalam membangun suasana sekolah yang positif.

Salah satu cara agar sekolah dapat menjadi tempat yang aman adalah dengan menerapkan program-program yang fokus pada pencegahan kekerasan. Program ini harus dirancang tidak hanya untuk menangani kekerasan setelah terjadi, tetapi juga untuk mencegah kekerasan sebelum terjadi. Misalnya, dengan memberikan pendidikan karakter yang lebih intensif, pelatihan keterampilan sosial, dan pemahaman tentang pentingnya empati.

Selain itu, diperlukan pendekatan holistik dalam penanganan masalah kekerasan. Artinya, program pencegahan kekerasan tidak hanya dilakukan secara insidental, tetapi harus menjadi bagian dari kurikulum dan budaya sekolah. Sekolah juga harus memiliki sistem pelaporan yang efektif, di mana siswa atau pihak lain dapat melaporkan kejadian kekerasan tanpa takut akan konsekuensi negatif.

Kegiatan ekstrakurikuler Fashion show (foto dokpri)
Kegiatan ekstrakurikuler Fashion show (foto dokpri)

Peran Ekstrakurikuler dalam Mencegah Kekerasan

Ekstrakurikuler adalah salah satu elemen penting dalam pembentukan karakter siswa. Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya mengembangkan bakat dan minat mereka, tetapi juga belajar tentang kerjasama tim, disiplin, dan tanggung jawab. Ekstrakurikuler dapat menjadi sarana yang efektif untuk mencegah kekerasan di sekolah, karena membantu siswa membangun hubungan positif dengan teman sebayanya dan memberi mereka outlet yang sehat untuk mengekspresikan emosi.

Namun, pertanyaannya adalah: apakah keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler harus diwajibkan? Mengingat pentingnya kegiatan ini dalam membentuk karakter siswa, ada argumen yang mendukung bahwa setiap siswa sebaiknya terlibat dalam setidaknya satu kegiatan ekstrakurikuler. Keterlibatan ini dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan sosial yang lebih baik dan meningkatkan rasa kebersamaan serta rasa tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Jika keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler diwajibkan, sekolah perlu memastikan bahwa kegiatan yang ditawarkan cukup beragam dan inklusif, sehingga setiap siswa dapat menemukan kegiatan yang sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian, ekstrakurikuler tidak hanya menjadi kegiatan tambahan, tetapi juga menjadi bagian integral dari pengalaman belajar di sekolah yang berfokus pada pengembangan karakter siswa.

Kegiatan Tengah Semester di Candi Prambanan (foto dokpri)
Kegiatan Tengah Semester di Candi Prambanan (foto dokpri)

Program Pencegahan Kekerasan yang Diharapkan

Terkait program pencegahan kekerasan, ada beberapa inisiatif yang bisa diadopsi oleh sekolah. Pertama, program pendidikan karakter yang berkelanjutan dan konsisten. Pendidikan karakter harus menjadi bagian dari kurikulum utama, bukan hanya sebagai kegiatan tambahan atau seremonial. Siswa perlu belajar tentang pentingnya empati, toleransi, dan cara menyelesaikan konflik dengan damai.

Kedua, pelatihan guru dan staf untuk mengenali tanda-tanda kekerasan dan menangani situasi dengan tepat. Guru harus menjadi pelindung pertama bagi siswa di lingkungan sekolah, sehingga mereka perlu dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk menangani masalah ini. Pelatihan rutin tentang pencegahan dan penanganan kekerasan, serta komunikasi efektif, sangat penting untuk dilakukan.

Ketiga, pendekatan kolaboratif antara sekolah dan orang tua. Orang tua juga perlu dilibatkan dalam program pencegahan kekerasan, sehingga mereka dapat memantau perkembangan anak-anak mereka di rumah dan memberikan dukungan yang diperlukan. Melalui pertemuan rutin, orang tua dan sekolah bisa bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa.

Keempat, perluasan layanan konseling dan pendampingan bagi siswa yang mengalami kesulitan emosional atau sosial. Sekolah harus menyediakan konselor profesional yang dapat membantu siswa mengelola stres, konflik, dan masalah pribadi mereka. Dukungan ini sangat penting untuk mencegah kekerasan yang mungkin timbul akibat permasalahan yang tidak terselesaikan.

Ekstrakurikuler Fashion show (foto dokpri)
Ekstrakurikuler Fashion show (foto dokpri)

Wasana Kata

Kekerasan di sekolah adalah masalah serius yang memerlukan perhatian dan tindakan segera. Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang, bukan menjadi tempat di mana kekerasan dibiarkan terjadi. Program pencegahan yang tepat, peran ekstrakurikuler, pendidikan karakter, serta kolaborasi antara guru, siswa, dan orang tua adalah kunci dalam menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kekerasan di sekolah dapat diminimalisir, bahkan dihentikan sepenuhnya

Semoga kekerasan dan bullying di kalangan pelajar makin berkurang.

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun