Pak Saidi, penjaga kos yang terkenal cerewet dan suka bercanda, selalu punya cerita horor setiap malam Jumat. Meski sudah mendengar puluhan kali, para penghuni kos tetap menunggu-nunggu ceritanya, terutama Deni, mahasiswa yang suka menantang nyali.
Malam itu, Pak Saidi datang dengan wajah serius. "Deni, kamu tahu nggak, kamar kosmu itu dulu bekas kamar orang mati?"
Deni tertawa kecil. "Ah, Pak Saidi, saya nggak percaya cerita hantu-hantuan gitu. Lagipula, malam Jumat ya biasa saja."
Pak Saidi menatap Deni dengan tajam. "Ya sudah, terserah kamu. Tapi hati-hati malam ini. Jangan sampai kamu kaget kalau ada yang mengetuk pintu kamarmu."
Setelah itu, Pak Saidi pergi, meninggalkan Deni yang masih menertawakan peringatannya. Malam itu, hujan turun dengan derasnya, membuat suasana semakin mencekam. Deni masuk ke kamar kosnya yang kecil dan sempit. Hanya ada satu tempat tidur, meja belajar, dan lemari tua yang sudah hampir roboh.
Deni mencoba tidur, tapi suara hujan yang menghantam genteng membuatnya sulit memejamkan mata. Ditambah lagi, listrik tiba-tiba padam. Ruangan itu pun berubah menjadi gelap gulita.
"Ah, mati lampu lagi," gumam Deni sambil meraba-raba mencari ponselnya untuk dijadikan senter.
Saat itulah dia mendengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya. "Tok, tok, tok."
Deni terdiam. "Ah, mungkin cuma suara hujan," pikirnya. Tapi suara itu terdengar lagi, kali ini lebih keras. "Tok, tok, tok."
Deni merasa bulu kuduknya meremang. Ia memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa di luar?"