Hari berikutnya, mereka memutuskan untuk mendaki gunung. Perjalanan ini tidak mudah, namun mereka menikmati setiap langkahnya. Bagas berjalan di belakang, memandangi Arin yang selalu berada di samping Adi. Setiap kali Adi membantu Arin melewati rintangan, Bagas merasa hatinya sakit. Dia tahu bahwa Arin bahagia bersama Adi, namun dia tidak bisa menahan perasaannya.
Di puncak gunung, mereka duduk bersama, menikmati pemandangan yang luar biasa. Angin bertiup kencang, membawa hawa dingin yang menusuk. Adi merangkul Arin untuk menghangatkannya, dan Bagas hanya bisa memandang dengan rasa iri.
Setelah beberapa saat, Adi berdiri dan mengajak Bagas berjalan-jalan. "Bagas, aku ingin bicara sesuatu," kata Adi dengan serius.
Mereka berjalan menjauh dari yang lain, sampai hanya terdengar suara angin. Adi memandang Bagas dengan serius. "Bagas, aku tahu kau menyukai Arin."
Bagas terkejut dan mencoba menyangkal, namun Adi menggeleng. "Kita sudah bersahabat lama, Bagas. Aku bisa melihatnya. Tapi kau harus tahu, aku mencintai Arin."
Bagas terdiam. Dia tahu bahwa perasaan Adi tulus, namun dia tidak bisa mengabaikan perasaannya sendiri. "Aku juga mencintainya, Adi. Tapi aku tahu dia mencintaimu."
Adi menatap Bagas dengan mata berkaca-kaca. "Bagas, kita tidak bisa memaksakan perasaan. Jika Arin bahagia bersamaku, aku harap kau bisa merelakannya."
Bagas menunduk, mencoba menahan air matanya. "Aku tahu, Adi. Aku hanya ingin melihatnya bahagia."
Sementara itu, di puncak gunung, Rina memandang Bagas yang sedang berbicara dengan Adi. Hatinya hancur melihat orang yang dicintainya mencintai orang lain. Namun, dia tahu bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Dia hanya bisa berharap suatu hari Bagas akan melihatnya.
Perjalanan itu berakhir dengan kepulangan mereka ke kota. Meskipun perasaan mereka tidak berubah, mereka tetap bersahabat seperti biasa. Bagas mencoba merelakan Arin, meskipun hatinya masih sakit. Rina terus mencoba mendekati Bagas, berharap suatu hari dia akan melihatnya. Adi dan Arin tetap bersama, bahagia dalam cinta mereka.
Perjalanan itu menjadi kenangan yang tak terlupakan, sebuah perjalanan tanpa akhir yang penuh dengan perasaan yang rumit. Mereka tahu bahwa hidup adalah perjalanan yang panjang, dan mereka harus terus berjalan, meskipun dengan hati yang terluka