Langit jingga menggantung di atas Malioboro,
Menemaniku dan keluargaku berjalan perlahan.
Gemerlap lampu mulai menyala,
Menambah keindahan suasana yang mempesona.
Deru kendaraan berlalu-lalang,
Namun tak mengganggu langkah santai kami.
Senja yang menawan, memeluk dengan lembut,
Mengiringi tawa dan cerita yang hangat.
Pedagang kaki lima menyambut riang,
Dengan senyum tulus dan barang dagangan beragam.
Kami berhenti sejenak, memilih oleh-oleh,
Batik cantik dan kerajinan tangan khas Jogja.
Aroma makanan menguar di udara,
Menggoda kami untuk mencicipi.
Sate klathak, gudeg, dan wedang ronde,
Menghangatkan perut dan hati yang ceria.
Keramaian yang khas, penuh warna,
Anak-anak berlarian dengan riang gembira.
Kuhirup dalam-dalam, napas kota yang hidup,
Mengalirkan energi, menyatukan jiwa.
Kami duduk di bangku taman yang teduh,
Menyaksikan seniman jalanan berkarya.
Musik tradisional mengalun merdu,
Menghanyutkan kami dalam nostalgia.
Becak hias berlalu dengan lampu berkelip,
Mengajak kami menyusuri malam yang berkilau.
Kudengar derap langkah kaki di trotoar,
Melodi malam yang damai di Malioboro.
Bersama keluarga, waktu terasa berlalu cepat,
Namun setiap detik terukir indah di hati.
Malioboro, kau hadirkan kebahagiaan,
Dalam kebersamaan yang tak ternilai.
Langit perlahan berubah gelap,
Namun hati kami tetap bersinar terang.
Jalan-jalan sore di Malioboro,
Adalah kenangan yang akan selalu terjaga.
Di bawah payung malam yang bersahabat,
Kami melangkah pulang dengan senyum bahagia.
Terima kasih, Malioboro, untuk sore yang indah,
Di dalamnya, kami temukan cinta dan kehangatan.
Ahmad Syaihu untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H