sinar mentari lembut,
Menggugah kami dari tidur yang hangat,
Kami sekeluarga menuju Parangtritis,
Pantai di Yogyakarta yang memesona hati.
Jalan berliku mengantarkan kami,
Lewat sawah hijau dan desa yang asri,
Langit biru, awan putih berarak,
Mengiringi perjalanan penuh semangat.
Tiba di pantai, ombak menyambut riang,
Angin laut meniup lembut rambut kami,
Pasir putih terhampar luas di depan mata,
Mengajak kaki menjejakkan langkah bahagia.
Anak-anak berlarian, tawa mereka ceria,
Membangun istana pasir, impian kecil mereka,
Kami berjalan di tepi pantai,
Merasakan dinginnya air laut di kaki.
Perahu nelayan terlihat di kejauhan,
Menghiasi pemandangan, menambah keindahan,
Kami duduk di tepi, menikmati momen,
Mengukir kenangan di hati yang tenang.
Ibu menyiapkan bekal sederhana,
Nasi liwet, ayam goreng, dan sambal terasi,
Kami makan bersama, diiringi debur ombak,
Nikmatnya kebersamaan tak tertandingi.
Ayah mengajak kami naik delman,
Mengelilingi pantai, menyusuri tepi,
Senyum di wajah kami tak henti merekah,
Hati penuh suka cita, bebas dari beban.
Sore menjelang, langit berubah warna,
Mentari perlahan tenggelam di ufuk barat,
Kami memandang kagum, terpesona,
Momen indah ini takkan terlupa.
Minggu pagi di Parangtritis,
Wisata bersama keluarga tercinta,
Kenangan terukir dalam hati,
Menguatkan ikatan kasih yang abadi.
Kami pulang dengan hati gembira,
Membawa cerita indah dari pantai,
Parangtritis, kau saksi kebahagiaan,
Tempat kami mengukir kisah manis penuh cinta.
Esok hari mungkin kami kembali,
Menyambung kenangan di pantai yang sama,
Namun hari ini, cukup kami kenang,
Minggu pagi di Parangtritis, hari yang sempurna.
Ahmad Syaihu untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H