Tokoh non-kader yang populer dapat menjadi magnet bagi suara-suara mengambang (swing voters) yang biasanya sulit diprediksi. Dengan demikian, partai-partai politik berharap dapat meningkatkan perolehan suara mereka melalui daya tarik tokoh-tokoh ini.
Namun, langkah ini juga membawa risiko. Mengandalkan tokoh non-kader bisa jadi menimbulkan konflik internal di dalam partai, terutama jika kader-kader partai merasa bahwa mereka diabaikan atau tidak diberi kesempatan yang sama untuk maju.Â
Selain itu, jika tokoh non-kader ini tidak memiliki komitmen yang kuat terhadap ideologi partai, bisa jadi mereka hanya menjadi alat sementara untuk meraih kemenangan tanpa memberikan kontribusi jangka panjang bagi partai.
Peran Kader Partai
Tidak dapat dipungkiri, kader-kader partai memiliki peran penting dalam mendongkrak suara partai. Mereka adalah individu-individu yang telah lama berjuang dan berkontribusi dalam membesarkan partai. Pengalaman mereka dalam berpolitik, memahami dinamika internal partai, dan jaringan yang mereka miliki menjadi aset yang berharga bagi partai.
Namun, dalam beberapa kasus, kader partai mungkin tidak memiliki daya tarik yang cukup kuat di mata pemilih umum. Mereka mungkin dikenal baik di kalangan internal partai, tetapi tidak di kalangan masyarakat luas. Oleh karena itu, partai sering kali menghadapi dilema antara mengusung kader yang loyal dan berpengalaman atau tokoh non-kader yang populer di mata publik.
Jalan Pintas atau Strategi Jangka Panjang?
Fenomena mengusung tokoh non-kader dalam Pilkada bisa dilihat dari dua perspektif. Di satu sisi, ini bisa dianggap sebagai jalan pintas bagi tokoh-tokoh tersebut untuk maju menjadi pemimpin daerah tanpa harus melalui proses pencalonan independen yang sering kali lebih rumit dan memakan waktu. Dengan dukungan partai, mereka mendapatkan akses lebih mudah ke sumber daya kampanye, jaringan politik, dan basis pemilih partai.
Di sisi lain, ini juga bisa dilihat sebagai strategi jangka panjang bagi partai untuk meremajakan dan memperluas basis dukungan mereka. Dengan membuka pintu bagi tokoh-tokoh non-kader yang memiliki potensi, partai dapat menarik dukungan dari berbagai kalangan yang sebelumnya mungkin tidak tertarik dengan politik partai.
Kita melihat fenomena ini sebagai tanda bahwa partai-partai politik sedang mencari cara untuk tetap relevan dan kompetitif dalam menghadapi dinamika politik yang semakin kompleks.Â
Mereka mengapresiasi keberanian partai dalam mengusung tokoh-tokoh non-kader yang dianggap memiliki kemampuan dan integritas. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa partai harus tetap memperhatikan kader-kader mereka yang telah setia dan berkontribusi selama ini.