Senja hadir di ufuk barat,
Menyelimut lembayung langit yang merapat.
Di tepian danau kita bersua,
Dalam sunyi, dalam kata tanpa suara.
Kau dan aku duduk berdampingan,
Memandang cakrawala penuh harapan.
Mentari perlahan tenggelam di balik awan,
Meninggalkan jejak warna kemerahan.
Rembulan mulai menampakkan diri,
Mengiringi kita dalam sepi.
Dalam teduhnya senja kita berbagi,
Cerita cinta yang tak pernah mati.
Angin senja mengelus lembut,
Menghapus penat yang menyusup.
Dalam dekapanmu yang erat,
Segala resah perlahan merapat.
Burung-burung pulang ke sarang,
Menghiasi langit yang mulai petang.
Senja adalah saksi bisu,
Kisah kita yang takkan layu.
Aku dan kamu, dalam keheningan,
Berbincang tentang mimpi dan kenangan.
Tak perlu kata yang berlebihan,
Cukup tatap dan genggam tangan.
Warna jingga mulai memudar,
Menyisakan langit yang samar.
Dalam detik-detik yang bergulir,
Hatiku padamu tak pernah berakhir.
Saat senja beranjak malam,
Cinta kita semakin dalam.
Dalam tiap hembusan napas,
Kau adalah detak dalam dada yang luas.
Senja, saat yang paling indah,
Ketika cinta tak butuh alasan.
Dalam tenangnya senja yang merah,
Kita temukan kebahagiaan.
Meskipun malam akan tiba,
Kenangan senja takkan sirna.
Bersama kita hadapi gelap,
Dengan cinta yang selalu menyala, tak pernah padam.
Senja, kau ajarkan kami,
Bahwa cinta sejati tak kenal waktu.
Dalam pelukanmu yang abadi,
Kita berjanji, akan selalu bersama, aku dan kamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H