Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya

Guru yang suka menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Tradisi Hajatan di Bulan Besar: Sudut Pandang Agama, Sosial Budaya dan Ekonomi dalam Mempererat Kebersamaan

22 Juni 2024   21:18 Diperbarui: 22 Juni 2024   21:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sudut pandang ekonomi, hajatan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Persiapan hajatan seperti penyewaan tenda, katering, dekorasi, hingga hiburan melibatkan banyak pihak dan membuka lapangan pekerjaan. 

Aktivitas ekonomi ini tidak hanya menguntungkan pihak yang memiliki hajat, tetapi juga para penyedia jasa dan pedagang di sekitar lokasi acara. Dengan demikian, hajatan menjadi salah satu roda penggerak ekonomi yang signifikan, terutama di daerah pedesaan.

Namun, fenomena ini juga memiliki tantangan. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengadakan hajatan kadang bisa sangat besar, sehingga menimbulkan tekanan finansial bagi tuan rumah. Di sinilah pentingnya gotong royong dan sumbangan dari para tamu yang dapat meringankan beban. Tradisi ini juga mengajarkan tentang pentingnya berbagi dan saling membantu dalam mencapai tujuan bersama.

Nilai Kebersamaan dan Solidaritas

Dalam konteks kebersamaan, hajatan di Bulan Besar tidak hanya menjadi ajang berkumpul dan bersilaturahmi, tetapi juga memperkuat solidaritas dan rasa saling memiliki antar anggota komunitas. Setiap hajatan adalah momen untuk mempererat hubungan, memperbaiki komunikasi, dan membangun jaringan sosial yang lebih kuat. 

Dalam setiap acara, baik tuan rumah maupun tamu merasakan kebersamaan yang hangat dan mendalam, yang pada akhirnya memperkokoh ikatan sosial di antara mereka.

Fenomena hajatan di Bulan Besar dengan segala tradisinya mencerminkan betapa eratnya hubungan antara agama, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Tradisi saling memberi dan menerima yang terus dilestarikan bukan hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga membangun ekonomi lokal dan menciptakan kebersamaan yang harmonis dalam lingkungan.

Wasana Kata

Fenomena hajatan di Bulan Besar (Zulhijjah) mencerminkan perpaduan kuat antara agama, sosial budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Tradisi saling memberi dan menerima memperkuat ikatan sosial dan jaringan komunitas, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal melalui berbagai jasa terkait hajatan. 

Meski kadang menimbulkan tekanan finansial bagi tuan rumah, nilai gotong royong meringankan beban tersebut. Hajatan juga mempererat kebersamaan dan solidaritas, menciptakan momen silaturahmi yang memperkokoh hubungan antar anggota komunitas. Keseluruhan tradisi ini memperlihatkan harmonisasi antara nilai-nilai religius, budaya, dan ekonomi dalam memperkuat kebersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun