Menapak Jejak Ibadah Haji: Dari Wukuf di Arafah hingga Terowongan Mina, Mengukir Kisah di Setiap Langkah (Ahmad Syaihu)
Perjalanan haji selalu menyimpan kenangan mendalam bagi setiap jamaah. Delapan tahun silam tepatnya pada musim haji 1437H/2016M , setelah wukuf di Arafah, seluruh jamaah melanjutkan perjalanan ke Mina, tetapi mampir dahulu di Muzdalifah untuk mengumpulkan kerikil yang akan digunakan dalam ritual lempar jumrah.Â
Pelaksanaan wukuf, sebagai puncak ibadah haji, diselesaikan oleh hampir 2,5 juta jemaah di padang Arafah. Selepas Maghrib, mereka bergerak menuju Muzdalifah, sebuah tempat di antara Arafah dan Mina.
Di Muzdalifah, jamaah disarankan untuk mabit (bermalam), meskipun hanya sekadar istirahat sambil mengumpulkan kerikil. Kerikil tersebut akan digunakan untuk melempar jumrah di tiga sumur: Ula, Wustha, dan Aqabah, pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijah (Hari Tasyrik).
Mabit di Muzdalifah untuk Ambil Kerikil
Penulis bersama istri dan rombongan jemaah haji yang tergabung dalam KBIH Bryan Makkah Surabaya yang berjumlah 245 jemaah. menggunakan 5 armada bus tiba di Muzdalifah malam hari untuk mabit dan mengumpulkan kerikil untuk pelaksanaan lempar jumrah.
Setelah bermalam di Muzdalifah, rombongan bergerak ke Mina untuk melakukan lempar jumrah selama tiga hari, yaitu pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijah.Â
Sesampainya di Mina pada pukul 03.30, mereka memasuki tenda masing-masing dengan kapasitas 245 jamaah, masih menggunakan pakaian ihram, menunggu komando untuk melanjutkan ibadah.
Terowongan Mina yang Melegenda
Dari Mina menuju Jamarat tempat tiga sumur yang digunakan untuk lontar jumrah berjarak sekitar 4,5 km dan harus melalui terowongan Mina
Kenangan di Terowongan Mina adalah pengalaman yang tidak akan dilupakan. Terowongan ini identik dengan banyaknya korban jiwa akibat desakan jamaah yang ingin melempar jumrah di waktu yang afdol.Â
Pemerintah Arab Saudi kemudian melakukan berbagai terobosan untuk menghindari tragedi tersebut. Terowongan Mina yang sebelumnya rawan, terutama sebelum tahun 2016, kini telah dibangun menjadi tujuh tingkat untuk memudahkan jamaah melakukan lempar jumrah sesuai jadwal dan pembagian kelompok berdasarkan negara asal jamaah.
Pengaturan Jam untuk jemaah Haji Indonesia dalam Lempar Jumrah
Pengaturan yang sistematis dan terencana sangat diperlukan mengingat jumlah jamaah yang mencapai hampir 2, 3 juta orang. Dengan kesadaran dan ketaatan terhadap jadwal yang telah ditetapkan, insya Allah ibadah dapat berjalan lancar tanpa kepadatan yang menumpuk.Â
Penulis dan rombongan berhasil melaksanakan lempar jumrah dengan tertib dan sah. Perjalanan dari pemondokan di Mina menuju Jamarat, tempat melempar jumrah, berjarak sekitar 4,5 km. Selama perjalanan, suara takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang dari para jamaah.
Makna Lempar Jumrah
Melempar kerikil di tiga tempat tersebut merupakan simbol perlawanan manusia terhadap iblis dan sifat-sifat buruk seperti kufur, egois, sombong, dan dengki. Kerikil yang dilemparkan ke sumur-sumur tersebut diharapkan dapat menghilangkan dosa dan sifat-sifat buruk yang ada di hati jamaah.Â
Imam Ghazali menyarankan, ketika melempar jumrah, hendaknya seseorang berniat melakukannya semata-mata karena menaati perintah Allah. Melempar jumrah adalah perintah ta'abbudi (murni ibadah) yang tidak dapat dipertanyakan oleh akal dan jiwa.
Lempar jumrah dibagi menjadi tiga bagian: jumrah ula (pertama), jumrah wustha (tengah), dan jumrah 'aqabah (terakhir). Setiap jamaah harus melemparkan tujuh kerikil di masing-masing sumur.Â
Jumlah kerikil yang dikumpulkan tergantung pada pilihan nafar tsani atau nafar awwal. Bagi yang memilih nafar tsani, mereka harus mengumpulkan 70 kerikil, sementara bagi yang memilih nafar awwal, mereka harus mengumpulkan 49 kerikil.
Wasana Kata
Kegiatan lempar jumrah merupakan salah satu ritual penting dalam ibadah haji. Siapa yang meninggalkan sesuatu dari mengikuti Rasulullah SAW, maka ia telah mengurangi cinta Allah kepadanya. Pak Guru sangat bersyukur dapat melaksanakan lempar jumrah dengan baik dan berharap dapat menyempurnakan hajinya sebelum kembali ke Mekkah.
Perjalanan haji ini memberikan pengalaman dan makna yang mendalam. Dari wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, hingga lempar jumrah di Mina, setiap tahapan memberikan pelajaran berharga tentang ketaatan, kesabaran, dan penghambaan kepada Allah. Ibadah haji bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang memperkuat iman dan ketakwaan setiap jamaah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H