Pagi tanggal 9 Dzulhijjah, kami tiba di Arafah dan langsung menyiapkan diri untuk wukuf, puncak dari ibadah haji. Dalam satu tenda besar, saya dan istri merasakan kebersamaan dan kehangatan yang luar biasa dengan sesama jemaah. Wukuf di Arafah merupakan momen yang sangat istimewa, di mana kami menghabiskan waktu dengan berdoa, berzikir, dan merenung, memohon ampunan dan ridha Allah SWT.
Setelah matahari terbenam, kami berangkat ke Muzdalifah untuk bermalam. Di sana, kami mengumpulkan kerikil yang akan digunakan untuk melontar jumrah. Suasana di Muzdalifah sangat tenang dan damai. Kami bersama-sama menghabiskan malam dengan beribadah dan mempersiapkan diri untuk ritual berikutnya di Mina.
Hari Ketiga hingga Keenam: Menginap di Mina dan Melontar Jumrah
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, kami tiba di Mina dan mulai melaksanakan lontar jumrah Aqabah. Tenda-tenda di Mina disiapkan dengan baik, memberikan kenyamanan bagi kami untuk beristirahat setelah perjalanan panjang. Setiap hari selama empat hari (10-13 Dzulhijjah), kami melontar jumrah Ula, Wustho, dan Aqabah, sebagai bagian dari rangkaian ibadah haji. Kedisiplinan dan kebersamaan sangat terasa dalam setiap kegiatan ini.
Pengalaman di Mina
Menginap di Mina selama empat hari memberikan kami waktu untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Setiap pagi dan sore, kami berjalan menuju lokasi jumrah, melaksanakan lontar dengan penuh khidmat. Suasana di Mina penuh dengan semangat kebersamaan, di mana setiap jemaah saling membantu dan menyemangati satu sama lain.
Kembali ke Makkah: Persiapan Umrah Wajib
Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah di Mina, pada tanggal 13 Dzulhijjah, rombongan kami kembali ke Makkah. Setibanya di hotel, kami beristirahat sejenak sebelum mempersiapkan diri untuk melaksanakan umrah wajib. Rasa syukur dan kebahagiaan meliputi kami semua, karena telah berhasil menjalankan puncak ibadah haji dengan lancar.