Beberapa hari kemudian, Amir mengundang teman-temannya untuk berkumpul di rumahnya. Mereka melihat-lihat potret keluarga itu dengan penuh perhatian. Melihat Amir yang tersenyum, teman-temannya menyadari bahwa di balik senyumannya itu tersimpan cerita yang mendalam.
      Amir menceritakan kisahnya, bagaimana ia masih merindukan ibu dan bapaknya setiap hari. Teman-temannya mendengarkan dengan penuh pengertian, dan sejenak suasana haru terasa menyelimuti ruangan itu. Salah satu temannya, Sarah, memberanikan diri untuk mengucapkan sesuatu.
      "Amir, meski mereka tak ada di sini, aku yakin ibu dan bapakmu selalu merasa bangga padamu dari tempat yang lebih baik," kata Sarah sambil menggenggam erat tangan Amir. "Dan teman-temanmu di sini juga selalu ada untukmu."
       Kata-kata Sarah menyentuh hati Amir. Dalam perjalanan hidupnya yang terus berlanjut, Amir mulai belajar menerima kenyataan dan mencari kebahagiaan di setiap langkahnya. Meski kehilangan tak pernah bisa tergantikan, cinta dan kenangan bersama ibu dan bapaknya tetap menjadi pendorong dalam setiap perjuangan hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H