Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Ketahanan Finansial Keluarga

9 Januari 2025   23:17 Diperbarui: 9 Januari 2025   23:17 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajemen finansial dalam keluarga memang gampang-gampang susah. Kekompakan antara suami dan istri menjadi kunci utama untuk membangun finansial yang kokoh. Tanpa kerja sama yang baik, bukan hanya finansial yang akan goyah, tapi keharmonisan keluarga juga terancam.

Biasanya, gaya manajemen finansial seseorang dipengaruhi latar belakang keluarga. Sebagai contoh sederhana, saya memiliki teman yang baru menikah. 

Sang istri, sejak dari keluarganya memang dibiasakan untuk menghindari utang. Kalau ingin memiliki sesuatu, kalau belum punya yang maka tidak boleh berutang. Harus menabung dulu.

Sementara sang suami berbeda 180 derajat. Sejak dari keluarganya, kalau ingin memiliki sesuatu, tidak masalah berutang. Nanti bisa dibayar pelan-pelan. Mereka yakin, nanti pasti lunas juga.

Dua karakter manajemen finansial yang berbeda ini terbawa ketika mereka berkeluarga. Di situlah mereka harus mencari titik temu agar tujuan bersama bisa dicapai dan keharmonisan keluarga juga terjaga.

Dalam situasi demikian, musyawarah mufakat menjadi kunci penting. Sebab rumah tangga ibarat perahu yang harus didayung bersama. Jangan sampai satu mendayung ke barat dan satunya mendayung ke timur. Keduanya harus searah seirama.

Kasus semacam ini banyak terjadi dalam keluarga. Dua karakter manajemen finansial yang berbeda. 

Contoh lain yang biasa terjadi adalah satu pihak memiliki karakter manajemen finansial terbuka dan kolaborasi. Yakni, berapa pun penghasilan dari kedua belah pihak, dibuka secara transparan dan dimiliki bersama. Tidak ada uang istri uang suami. Melainkan uang bersama.

Sementara pihak lain memiliki karakter manajemen finansial tertutup dan terbagi. Suami tidak transparan terkait penghasilannya kepada istrinya dan hanya memberikan alokasi untuk uang bulanan. Demikian pula kalau istrinya punya pendapatan.

Di sini saya tidak bisa memutuskan manakah yang terbaik. Sebab setiap keluarga memiliki karakter masing-masing. Memiliki problem yang berbeda-beda.

Karena di samping karakter finansial bawaan dari keluarganya, terkadang dalam praktiknya juga dipengaruhi oleh kepribadian masing-masing. 

Ada yang menerapkan manajemen tertutup bukan karena tidak mau transparan, tapj kalau transparan pasangan punya kepribadian boros yang susah diubah. Ada juga yang menerapkan manajemen tertutup karena punya kepribadian pelit.

Oleh karena itu, penting banget komunikasi yang baik dalam membangun manajemen finansial keluarga yang kokoh. Kedua belah pihak harus bermusyawarah untuk mencapai tujuan bersama. 

Mereka harus membangun kerja sama dan kekompakan. Keduanya harus bergotong royong untuk membangun fondasi finansial yang kuat. 

Surabaya, 9 Januari 2025

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun