Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Jangan Bunuh Anak dengan HP!

5 Januari 2025   20:33 Diperbarui: 8 Januari 2025   15:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain gadget selama waktu luang di rumah. (Freepik)

Ternyata mengontrol interaksi anak dengan HP jauh lebih sulit daripada mengontrol interaksi anak dengan TV. Pasalnya, sekarang banyak pekerjaan membutuhkan HP. Ditambah lagi, banyak anak kecil yang sudah terbiasa main HP. Artinya, lingkungan anak sudah penuh dengan HP.

Padahal kita tahu, dampak negatif HP terhadap anak di bawah umur jauh lebih besar daripada TV. Filter HP jauh lebih longgar sehingga pengaruh buruknya mudah meracuni anak. Ini menjadi tantangan berat bagi saya.

Oleh karena itu, saya membangun beberapa langkah untuk mengontrol interaksi anak dengan HP. Sebab saya khawatir, racun HP menggerogoti anak saya.

Pertama, saya dan istri benar-benar mengurangi interaksi dengan HP ketika ada anak. Kecuali kalau ada video call dari keluarga di kampung. 

Langkah ini memang sulit karena hampir semua aktivitas pekerjaan saya memerlukan HP. Namun, saya harus memilih demi kebaikan anak. Tak ada pilihan tanpa konsekuensi tentunya.

Kedua, lebih aktif mengajak anak bermain. Sebenarnya, ketika anak main HP, anak merasa aktivitas itu menyenangkan. Karena itu, anak ingin selalu mengulanginya.

Nah, sebagai orang tua, saya perlu mengubah aktivitas menyenangkan bersama HP menjadi aktivitas menyenangkan bermain bersama. Bahkan, kalau sudah bosan main di rumah, saya ajak anak lihat ayam, kucing, atau sekadar jalan-jalan.

Menurut saya, itu jauh lebih baik daripada saya menyerahkan anak kepada HP. Meskipun tentu saja, itu membutuhkan waktu dan energi lebih. Kadang memang capek sekali ketika anak minta gendong dan ngajak jalan-jalan, tapi menurut saya, itu sudah menjadi konsekuensi atas pilihan saya.

Ketiga, tidak menunjukkan sesuatu yang menarik di HP kepada anak. Saya sempat melakukan ini. Awalnya berpikir untuk edukasi atau sekadar membahagiakan anak. Ternyata dampaknya luar biasa.

Anak menjadi suka minta HP dan tidak mau lepas dengan HP. Anak jadi mudah tantrum dan sulit tidur. Akhirnya, kami berusaha keras untuk menerapkan langkah pertama dan kedua lagi secara lebih ketat.

Kalau anak tantrum, kadang saya biarkan tapi tetap dalam pengawasan. Kadang saya gendong dan ajak jalan-jalan. Intinya, anak saya ajak beraktivitas agar bisa melupakan HP.

Lantas, apakah saya tidak khawatir anak akan ketinggalan zaman? Tidak. Usia anak saya masih dua tahun dan sedang belajar berbicara. Karena itu, segala sesuatu yang dapat menghambat prosesnya perlu saya hindarkan dulu, khususnya HP dan TV. 

Kelak, kalau sudah sampai pada masanya, tentu saya akan memperkenalkan teknologi kepadanya. Kalau anak sudah bisa mengontrol emosinya, kalau anak sudah memiliki kemampuan mencerna, tentu mengenalkan teknologi bisa dimulai.

Lion Air, 7 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun