Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Memotivasi Diri Tak Semudah Memotivasi Orang Lain

26 Juli 2024   14:45 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:50 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://3.bp.blogspot.com/-EeG68r9IGIE/Wd2XKVKjLnI/AAAAAAAAUIo/eAnmXm9qgkEm0whZa2U-FpyW4u-QBIu4gCLcBGAs/s1600/Kerjasama%2B4.jpg

Kita tentu sering memberikan motivasi kepada orang lain. Ketika ada orang mengeluh atau mencurahkan isi hatinya yang dirasa kurang enak, kita amat ringan untuk memberikan motivasi atau semangat. Kita menjadi orang yang bijak dan solutif terhadap persoalan orang lain. Kata-kata motivasi pun amat mudah meluncur dari mulut kita.

Sayangnya, sering kali kita tidak sebijak dan sesolutif itu ketika menghadapi masalah sendiri. Tak jarang kita justru reaktif dan menjadi jauh dari kata bijak. Kata-kata motivasi yang pernah diberikan kepada orang lain pun lenyap seketika.

Apakah hal tersebut perlu disesali dan membuat kita menahan diri untuk memberikan motivasi kepada orang lain? Saya rasa tidak. Kita tidak sendirian mengalami hal itu. Artinya, banyak orang yang mengalami hal yang sama. Yakni, lebih sulit memotivasi diri sendiri daripada memotivasi orang lain.

Oleh karena itu, kita tidak perlu merasa menyesal. Ketika ada orang yang memerlukan motivasi atau dukungan kita, tetaplah beri dukungan dengan baik dan penuh kebijaksanaan. Siapa tahu, dukungan kita mampu memberikan manfaat bagi mereka.

Sementara peristiwa sulitnya memotivasi diri sendiri bukan hal aneh. Kita bisa mengibaratkan peristiwa ini dengan seorang dokter. Tidak mungkin dokter spesialis jantung mampu mengoperasi jantungnya sendiri ketika mengalami penyakit. Atau dalam analogi  yang lebih sederhana, mustahil orang yang matanya kelilipan ditiup sendiri. Dia perlu orang lain untuk meniupnya.

Di sinilah kita perlu membangun kesadaran bahwa kita memang tidak mungkin hidup sendirian. Kita perlu orang lain untuk menapaki kehidupan ke depan. Kita perlu dukungan orang lain untuk bisa terus maju agar lebih baik. Kita tidak bisa asosial.

Manusia memang diciptakan untuk bersosial dan bermasyarakat. Banyak kita temukan dalam berbagai kitab suci yang mengisyaratkan agar setiap manusia saling tolong menolong. Kenapa? Karena manusia memang dicetak untuk bersosial.

Ketika kita menghadapi masalah, kita tidak perlu gengsi untuk bertukar pikiran dengan orang yang kita percaya. Barangkali orang lain mampu memberikan masukan yang jauh lebih baik dari solusi kita sendiri. Kita harus memiliki pikiran terbuka terhadap kebenaran lain. Jadi, kita tidak perlu merasa paling mampu.

Beberapa orang di sekitar kita mungkin memang memiliki jenjang pendidikan lebih rendah daripada kita. Namun, bisa jadi mereka lebih bijaksana dalam menghadapi masalah kehidupan daripada kita. Mereka lebih dewasa dalam mengambil keputusan daripada kita.

Beberapa orang di sekitar kita mungkin memiliki tahta atau harta yang tidak seberuntung kita. Namun, bisa jadi mereka memiliki keimanan dan ketakwaan yang jauh lebih baik daripada kita. Mereka lebih mulia di sisi Tuhan daripada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun