Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tenangkan Pikiran, Temukan Celah Kebahagiaan

17 Juli 2024   14:03 Diperbarui: 17 Juli 2024   14:08 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.klikdokter.com

Pikiran yang tenang menjadi impian banyak orang. Mayoritas orang enggan untuk memiliki beban pikiran yang ruwet. Sebab pikiran yang ruwet dapat memberikan banyak kemudaratan. Misalnya, dapat mengganggu pola makan, pola tidur, dan akhirnya merusak kesehatan diri.

Sementara pikiran yang tenang dapat menciptakan banyak manfaat. Kebahagiaan bisa tercipta dengan pikiran yang tenang. Selain itu, pikiran yang tenang juga dapat melahirkan daya kreatif yang terpendam dalam diri.

Namun, bagaimana agar seseorang bisa meraih pikiran yang tenang? Sementara situasi dan kondisi tidak selalu sesuai dengan keinginan. Bahkan, sering kali antara harapan dan kenyataan terjadi gap yang cukup besar.

Di sinilah diperlukan strategi agar bisa mendapatkan pikiran yang tenang dan bisa selalu mendapatkan celah kebahagiaan. Setiap individu tentu memiliki strategi masing-masing. Walaupun banyak strategi yang telah dibahas, namun intinya kembali pada kecocokan masing-masing individu.

Kalau saya pribadi, untuk menenangkan pikiran bisa dilakukan dengan cara shalat, mengaji, atau menyendiri. Tiga hal tersebut dapat membuat saya bisa menenangkan pikiran dan meredam kesumpekan.

Dengan shalat, kesadaran saya kembali pulih bahwa segalanya adalah milik Tuhan. Jangankan hal-hal yang tidak melekat pada diri saya seperti harta atau tahta. Yang melekat saja, seperti hidup dan mati saya tidak ada lain kecuali milik Tuhan semata.

Karena semua milik Tuhan, tentu Tuhan akan melakukan yang terbaik untuk sesuatu yang dimiliki. Sebagai analogi, kalau saya memiliki baju, tentu saja akan melakukan yang terbaik untuk baju saya.

Saya tidak mungkin rela baju saya robek atau terbakar. Saya pasti akan memakainya, mencucinya, melipatnya, dan menaruh di lemari. Tidak mungkin baju yang saya miliki ditaruh di sembarang tempat.

Namun, kembali pada analogi baju, sebelum dimasukkan ke lemari tentu dicuci terlebih dahulu. Demikian pula dengan manusia, sebelum dimasukkan ke derajat yang lebih baik, tentu akan dibersihkan dulu.

Oleh karena itu, kalau pikiran ini ruwet menghadapi berbagai ujian hidup, dengan shalat saya kembali sadar. Mungkin sekarang saya sedang dicuci untuk diangkat ke derajat yang lebih tinggi. Tidak mungkin Tuhan membiarkan saya berada dalam kehancuran selama saya senantiasa berusaha menjaga iman dan takwa dengan sungguh-sungguh.

Mengaji atau membaca Al-Qur'an adalah salah satu pekerjaan yang dapat membuat pikiran lebih tenang. Dengan mengaji, fokus saya menjadi teralihkan dari keruwetan menuju keindahan ayat-ayat Tuhan.

Di samping itu, mengaji juga menciptakan kesadaran baru bahwa tak ada yang lebih berharga kecuali selalu bersama dengan Tuhan. Mengaji membuat saya meyakini bahwa saya dengan berkomunikasi dan menerima nasihat atau wejangan dari Sang Pemilik semesta.

Coba bayangkan, kita selalu berusaha menaklukkan semesta ini dengan berbagai upaya, namun kita tidak pernah mau menyimak nasihat dari Pemiliknya? Padahal panduan untuk bisa menjalani hidup dengan baik di dunia ini sudah disampaikan oleh Pemiliknya dalam Al-Qur'an.

Menyendiri di warung kopi pinggir jalan terkadang juga dapat menciptakan ketenangan pikiran. Dengan melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang atau juga nongkrong membuat pikiran semakin sadar bahwa setiap orang memiliki keruwetan masing-masing.

Setiap orang menanggung masalahnya masing-masing. Tak ada manusia yang tidak memiliki ujian. Hanya saja tak semua orang menampilkan kesumpekan pikirannya. Mereka tetap tampil elegan dalam berbagai situasi.

Dengan demikian, kita tidak perlu merasa menjadi orang yang paling sengsara. Bisa jadi hidup kita adalah hidup yang diimpikan banyak orang. Bisa jadi, banyak orang yang memiliki ujian hidup yang lebih sulit daripada kita.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa bersyukur dalam segala keadaan. Temukan cara yang positif untuk menenangkan pikiran. Hilangkan pikiran resah dengan cara-cara yang baik agar bisa melahirkan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan yang sejati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun