Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

4 Tips Mengendalikan Keinginan, Menguatkan Keuangan

28 Agustus 2023   11:13 Diperbarui: 30 Agustus 2023   20:59 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber gambar: Bich Tran via Pexels

Bila ditelisik lebih dalam, ternyata memang benar bahwa faktor penting terjadinya transaksi adalah keinginan, bukan kebutuhan. Keinginan secara diam-diam mendorong manusia untuk lebih konsumtif dari yang pernah dibayangkan. Keinginan terus tumbuh berkembang tanpa batas. Dia tidak pernah mati dan selalu berkecambah.

Kebutuhan manusia sebenarnya tidaklah banyak. Untuk menghilangkan rasa lapar, cukuplah nasi setengah piring dan sepotong lauk bila diperlukan. Akan tetapi, keinginan membuatnya berubah. Untuk menghilangkan lapar membutuhkan nasi setengah piring dengan jenis lauk yang menguras isi kantong.

Di tengah musim kemarau, rasa haus semakin meningkat. Untuk mengobati rasa haus, sebenarnya cukup minum air putih satu gelas. Namun, keinginan mengubahnya menjadi sesuatu yang berbeda. Untuk menghilangkan haus membutuhkan es campur, es teh merk tertentu, es cincau, atau lainnya. 

Keinginan memang telah berhasil membuat ekonomi terus berputar. Berbagai produk dan bisnis baru bermunculan. Para pebisnis ingin mendapatkan lebih banyak uang dengan memenuhi keinginan konsumennya. Konsumen memiliki keinginan-keinginan baru yang terus bermunculan.

Meskipun keinginan memiliki fungsi yang baik bagi pergerakan ekonomi, akan tetapi keinginan harus tetap dikendalikan dengan baik. Keinginan yang dibiarkan tumbuh berkembang secara liar akan berdampak negatif bagi seseorang. Secara lebih luas, berdampak negatif terhadap masyarakat.

Keinginan yang berlebihan dapat meningkatkan stres pada seseorang. Pikiran orang yang dipenuhi keinginan akan merasa lebih tertekan dan sulit untuk tidur. Bahkan, lebih buruk lagi bila keinginannya tidak terpenuhi menganggap dirinya minder, gagal, dan putus asa.

Akibat dari keinginan yang tak dikendalikan dengan baik, banyak orang yang terperosok ke jurang judi online, investasi bodong, pinjaman online, dan sebagainya. Bahkan, banyak yang berani melakukan tindakan kriminal demi memenuhi keinginannya.

Orang yang dapat mengendalikan keinginannya akan mampu hidup lebih damai, bersahaja, dan bijaksana. Sebab mereka tidak merasa dikejar apa pun. Dia akan berjalan secara lebih sabar dan tidak terburu-buru. Akan tetapi, bukan berarti dia tidak produktif.

Ada beberapa tips untuk mengendalikan keinginan agar keuangan lebih kuat dan sehat. 

Pertama, memilah antara keinginan dan kebutuhan. Seseorang sangat penting mengenali dengan baik mana yang termasuk keinginan dan mana yang termasuk kebutuhan. Setiap orang lapar, butuh makan. Kebutuhannya mungkin cukup satu piring. Namun, ketika mengharuskan diri makan di restoran mewah, tentu itu sudah masuk kategori keinginan.

Contoh lain, setiap orang membutuhkan pakaian. Banyak pakaian yang layak dengan harga standar. Akan tetapi, jika sudah mengharuskan diri untuk membeli pakaian mewah dengan harga selangit, tentu itu sudah masuk ruang keinginan.

Kedua, menentukan prioritas. Memenuhi keinginan bukan tidak boleh. Hanya saja mengendalikannya jauh lebih baik. Baik keinginan maupun kebutuhan pasti memiliki urutan prioritas. Seseorang dapat membuat urutan prioritas dari penting dan mendesak, penting dan tidak mendesak, tidak penting dan mendesak, serta tidak penting dan tidak mendesak.

Contoh kebutuhan yang termasuk penting dan mendesak adalah ketika gas di dapur sudah habis sementara harus memasak untuk sarapan. Beras sudah habis sementara perut satu keluarga sudah terasa lapar. Seorang perempuan yang sudah akan melahirkan sehingga perlu segera dibawa ke pelayanan kesehatan.

Contoh kebutuhan yang penting, namun tidak mendesak. Seseorang memerlukan asuransi kesehatan, dana pendidikan yang masih akan digunakan satu tahun mendatang atau lebih, dan sebagainya.

Setiap orang dapat mengategorikan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Sebab kebutuhan dan keinginan setiap orang tidak selalu sama. Sebagai contoh, bagi seorang siswa, alat tulis termasuk kebutuhan penting dan mendesak, namun bagi seorang bayi, tentu alat tulis tidak termasuk kategori penting dan mendesak.

Melakukan pengategorian semacam ini sangat berguna untuk mengendalikan keinginan dan membimbing seseorang pada kehidupan yang jauh lebih bersahaja. Pengategorian akan membuat seseorang lebih fokus terhadap hal-hal yang harus dipenuhi.

Ketiga, bersabar. Tidak semua kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi secara instan. Semua memerlukan proses dan kesabaran. Semua memerlukan waktu yang terkadang tidak sebentar. Oleh karena itu, kesabaran menjadi kunci agar kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi dengan baik.

Telah banyak contoh nyata orang yang ingin segera memenuhi kebutuhan dan keinginannya, namun tidak diiringi dengan kesabaran. Sebagian di antaranya adalah terjerumus ke jurang korupsi yang justru membuatnya terhina. Ada pula yang terperosok ke jurang-jurang penipuan.

Kesabaran tidak hanya membuat seseorang lebih gigih dan tenang dalam berproses, tapi juga membuat seseorang lebih terhormat. Sebaliknya, tanpa kesabaran, seseorang akan mudah terperosok ke jurang kehancuran dan kehinaan.

Keempat, bersyukur. Keinginan yang terus berkembang dan tak terkendali sangat berisiko. Dia akan membuat seseorang sibuk memikirkan apa yang belum dimiliki sehingga lupa untuk mensyukuri yang sudah dimiliki. Akibatnya, dia juga akan lalai dalam memaksimalkan manfaat dari hal-hal yang sudah dimiliki.

Bersyukur yang tampaknya sederhana sebenarnya memiliki keajaiban yang luar biasa. Bersyukur bukan berarti membuat seseorang pasif. Justru bersyukur seharusnya membuat seseorang lebih aktif memanfaatkan semua hal yang telah dimiliki untuk kemaslahatan umat manusia.

Ada semacam keyakinan dalam dunia keuangan. Dikatakan bahwa orang yang tidak mampu mengelola uang 10 ribu tidak akan diberi uang 100 ribu. Orang yang tidak mampu mengelola uang 100 ribu tidak akan diberi uang satu juta. Artinya, memanfaatkan dan mengelola apa yang kita miliki secara ajaib akan menjadi magnet untuk menarik hal-hal yang jauh lebih besar di masa depan. Itu adalah keajaiban bersyukur yang paripurna.

Oleh karena itu, mengendalikan keinginan sangatlah penting. Keinginan yang tak terkendali akan membuat seseorang jatuh pada kehancuran. Akibatnya, sulit memiliki keuangan yang kuat dan sehat. Sebab sejarah menunjukkan, keuangan yang kuat dan sehat akan dapat dicapai bila seseorang mampu mengendalikan keinginannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun