Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Medsos Menjelma Tetangga yang Membuat Iri

22 Agustus 2023   12:23 Diperbarui: 25 Agustus 2023   14:45 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisa dikatakan, hampir semua orang di masa kini memiliki akun media sosial. Menurut We Are Social (dataindonesia.id, 3/2/2023), jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023 atau setara dengan 60,4% dari populasi di dalam negeri. 

Mengunjungi medsos setiap hari bagaikan kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Sehari minimal tiga kali membuka medsos, tapi kebanyakan lebih.

Apa yang disajikan medsos memang acap membuat candu. Tak heran bila banyak orang rela menghabiskan banyak waktunya hanya untuk menyecrol medsos. 

Bahkan, tak jarang orang mengabaikan sebuah pertemuan demi mengecek medsos. Raga berhadapan dengan orang lain, namun jiwa berkelana di medsos.

Mayoritas orang mengerti bahwa apa yang disajikan medsos tidak selalu benar. Senyum dan tawa di medsos terkadang bertolak belakang dengan kenyataan. Namun, tetap saja semua itu membuat banyak orang tersihir.

Celakanya, bila medsos dijadikan tolok ukur sebuah kesuksesan, kebahagiaan, atau pencapaian seseorang. Berbagai upaya dilakukan demi meraih pencapaian sebagaimana yang tersaji di medsos. 

Sudah banyak korban tindakan kurang etis yang bahkan mengancam keselamatan hanya demi mendapatkan like, komen, atau views. Semakin banyak pula tindakan kurang baik yang dilakukan oleh seseorang hanya karena belajar dari medsos.

Dulu ada pepatah mengatakan, rumput tetangga memang tampak lebih hijau. Kini tetangga tersebut bukan lagi rumah yang berada di dekat rumah kita. 

Tetangga itu telah pindah ke handphone yang setiap saat dipegang. Setiap saat orang dapat melihat ribuan tetangga melalui handphone.

Gejala ini tidak perlu dikhawatirkan bila kesadaran diri tetap berdiri tegak dan seimbang. Gejala ini perlu dikhawatirkan bila diam-diam telah meracuni diri sehingga kesadaran pun terkikis. Segala hal dalam kehidupan pribadi diukur dengan sajian-sajian di medsos.

Sumber gambar: antaranews.com
Sumber gambar: antaranews.com

Oleh karena itu, setiap pengguna medsos perlu memiliki filter agar racun-racun pada medsos tidak menyusupi dirinya. Filter yang dimaksud adalah literasi atau pengetahuan tentang dunia medsos.

Contoh kesadaran sederhana yang dapat dijadikan filter adalah pengalaman saat hendak mengunggah teks, gambar, atau video ke medsos. 

Berapa kali kita memotret makanan sebelum hasil potretan tersebut diunggah? Berapa kali berubah ekspresi sebelum foto kita diunggah? Berapa kali menimbang-nimbang caption sebelum diunggah?

Tentu saja dari beberapa foto yang tersedia, yang paling menarik untuk dibagikan yang diunggah. Meskipun kita menyadari bahwa foto tersebut tidak sesuai dengan fakta di baliknya. Atau paling tidak, foto tersebut tidak benar-benar mewakili kenyataan yang ada.

Demikian juga yang dilakukan oleh kebanyakan pengguna medsos. Kesadaran tentang ini perlu selalu muncul ketika sedang menggunakan medsos. Apa yang disajikan medsos tidak layak dianggap sebagai sebuah kebenaran, apalagi dijadikan tolok ukur pencapaian diri.

Meski demikian, bukan berarti medsos pasti buruk. Sebagaimana teknologi pada umumnya, medsos juga bermata dua. Medsos tidak diciptakan untuk mendidik manusia. Jadi, bergantung kepada penggunanya. Mampukah mereka memanfaatkan untuk kebaikan atau sebaliknya?

Walaupun tidak dapat menampik adanya dampak negatif medsos, namun kita juga tidak bisa menampik banyaknya manfaat medsos. Berbagai informasi, pengetahuan, dan hal-hal baik kini lebih mudah tersebar melalui medsos. Komunikasi antarorang pun semakin mudah. Silaturahmi yang sulit dijangkau melalui fisik, dengan medsos hal itu dapat tetap terjalin. 

Bahkan, melalui medsos, setiap orang dapat bergaul dengan siapa saja dari berbagai daerah atau negara. Jarak tidak lagi menjadi pembatas hubungan seseorang. Semua itu menjadi kabar baik yang mesti dimanfaatkan dengan optimal. 

Jadi, medsos dalam berbagai jenis dan bentuknya, tetaplah ia merupakan alat. Sebuah alat tidak memiliki nilai sebelum digunakan. 

Penggunaannya yang akan menentukan apakah medsos tersebut baik atau buruk. Kontrol utama terletak pada penggunanya, bukan pada medsos atau hal-hal eksternal di luar penggunanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun