Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kecerdasan Finansial Jadi Kunci Keluarga Harmonis

21 Agustus 2023   12:10 Diperbarui: 21 Agustus 2023   12:18 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun keluarga harmonis memang tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Sebab sebagaimana dikatakan oleh pepatah, keluarga bagaikan bahtera. Tentu saja, perjalanan bahtera tidak mungkin lempeng. Akan banyak gelombang yang siap menghantam. 

Salah satu gelombang yang kerap menjadi penyebab sebuah bahtera keluarga oleng, hingga tenggelam, adalah persoalan finansial. Menurut databoks.katadata.co.id (02/03/2023), faktor ekonomi menduduki peringkat kedua sebagai penyebab terjadinya perceraian, yakni sebanyak 110.939 kasus (24,75%).

Hal ini patut dicarikan solusinya agar gelombang tersebut dapat diatasi dengan baik. Jangan sampai gelombang tersebut merusak bahtera hingga menyebabkan seluruh penumpangnya tenggelam. Jangan sampai tujuan bahtera tidak tercapai karena kalah pada gelombang yang menghantam.

Adapun salah satu solusi untuk mengatasi gelombang finansial adalah dengan menanamkan kecerdasan finansial. Kecerdasan finansial yang dimaksud di sini meliputi transparansi keuangan, manajemen keuangan, hingga rasa kebersamaan dalam hal keuangan.

Transparansi Keuangan

Hubungan suami istri seharusnya bukan layaknya hubungan partner kerja. Hubungan suami istri seharusnya bagaikan hubungan "kembar siam." Suka duka harus dirasakan bersama. Kenyang lapar harus dirasakan bersama. Tidak perlu ada yang dirahasiakan, apalagi soal keuangan. Keduanya harus saling percaya.

Suami perlu tahu dan peduli terhadap sumber pendapatan istri dan jumlah uang yang dimiliki. Sebaliknya, istri perlu tahu sumber pendapatan suami dan berapa jumlahnya. Transparansi akan menimbulkan kepercayaan di antara kedua belah pihak. Sebaliknya, rahasia akan menimbulkan kecurigaan yang ujung-ujungnya akan menyebabkan perselisihan dan pertengkaran. 

Bagaimanapun ketika keduanya sudah memutuskan untuk menikah dan hidup bersama maka keduanya harus siap menanggung segala risiko bersama. Keduanya harus menatap impian yang sama dan berjalan menuju ke arah yang sama. Keduanya harus rela melepaskan hal-hal yang dapat merusak impian bersama tersebut.

Manajemen Keuangan

Salah satu penyebab uang habis tak terkendali bagaikan angin yang lewat adalah manajemen keuangan yang kurang baik. Di dalam sebuah keluarga, suami istri harus berdiskusi dalam rangka mengatur dan mengalokasikan keuangan. Uang yang tidak teralokasi dengan baik akan berdampak negatif di kemudian hari.

Jika uang telah datang maka kedua belah pihak dapat mengatur, berapa yang akan dipakai untuk keperluan rumah tangga, untuk tabungan atau investasi, untuk sedekah, untuk pendidikan, dan untuk hiburan. Perlu ditekankan bahwa menabung sangat penting dilakukan. Berapa pun jumlah pendapatan yang dimiliki, usahakan untuk tetap menabung.

Dalam buku The Psychology of Money dikatakan bahwa memiliki tabungan dapat membuat pikiran seseorang lebih tenteram dan bebas. Para ahli keuangan juga selalu memberikan nasihat agar ketika memiliki uang, ambil sebagian untuk ditabung, baru kemudian sisanya dipakai untuk berbelanja. Jangan menunggu sisa berbelanja baru menabung. Sebab umumnya, ketika berbelanja, emosi seseorang sulit dikendalikan, sehingga uangnya habis dan tidak bisa menabung.

Rasa Kebersamaan

Ketika seseorang sudah memutuskan untuk mengucapkan ijab qabul, seharusnya keduanya sudah siap membangun rasa kebersamaan. Jiwa dan raga keduanya harus bersedia untuk menyatu. Jangan sampai raganya bersama, namun jiwanya keluyuran ke mana-mana.

Rasa kebersamaan dalam hal keuangan ini sangat penting. Sebab ketika kedua belah pihak sudah memiliki rasa kebersamaan maka keduanya akan saling percaya. Keduanya akan terbuka dan peduli satu sama lain. Ketika harus berjuang untuk mencari rezeki, keduanya akan berjuang bersama-sama sesuai dengan tugas masing-masing. Ketika harus melakukan alokasi keuangan, keduanya akan melakukan alokasi untuk kebaikan bersama, bukan kebaikan pribadi sehingga dapat menimbulkan konflik.

Tanpa ada rasa kebersamaan, sebuah keluarga akan sulit berjalan seirama. Dalam jangka panjang, keretakan pasti timbul dan yang paling buruk adalah dapat menghancurkan segalanya. Rasa kebersamaan akan menyebabkan kedua belah pihak bersatu padu untuk berjuang mencapai impian bersama.

Persoalan keuangan dalam keluarga memang dianggap sensitif. Namun, karena sensitif itu kedua belah pihak harus membicarakannya dengan baik, dengan rasa kebersamaan. Jangan sampai urusan angka menimbulkan petaka. Suami istri harus bersatu untuk mengayuh bahtera bersama-sama hingga akhir hayatnya. Suami istri harus berkomitmen untuk menjadikan keharmonisan keluarga sebagai prioritas utama. Sebuah adagium mengatakan, uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun