Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Kalau Semua Sudah Diganti Teknologi, Apa yang Tersisa pada Manusia?

19 Agustus 2023   11:01 Diperbarui: 19 Agustus 2023   11:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi tidak mungkin dibendung. Para developer terus berusaha keras untuk membuat inovasi-inovasi. Alhasil, banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh teknologi.

Dulu banyak pekerjaan manusia yang mengandalkan otot. Siapa yang memiliki otot kuat, dia berpotensi untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Dia akan menjadi karyawan yang dapat diandalkan.

Namun, teknologi telah mengubah semuanya. Banyak pekerjaan yang mengandalkan otot telah digantikan oleh teknologi. Banyak pekerjaan berat yang tidak dapat dilakukan oleh satu manusia, dapat dengan mudah dilakukan oleh teknologi. Bahkan, pekerjaan yang biasanya membutuhkan otot puluhan manusia, kini dapat diganti dengan satu teknologi.

Perkembangan ini memang sempat menimbulkan kekhawatiran banyak orang. Mereka takut kemajuan teknologi akan menghilangkan sumber nafkah mereka. Sebab perusahaan akan mengganti otot manusia dengan otot teknologi yang lebih efisien dan efektif.

Akan tetapi, kekhawatiran mereka tidak mampu membendung perkembangan teknologi. Mereka harus segera beralih bila tidak ingin kehilangan sumber pendapatan. Jika sebelumnya mengandalkan otot maka harus segera beralih dengan mengandalkan otak.

Pada gilirannya, keandalan otak mendapatkan tempat yang lebih dihargai. Kemampuan berpikir dan soft skill menjadi kriteria penting yang diharapkan perusahaan kepada karyawannya. Karyawan yang mendapatkan gaji besar bukan lagi karyawan yang bekerja dengan ototnya melainkan karyawan yang bekerja dengan otaknya.

Namun, apakah keandalan otak akan berlangsung lama? Sementara teknologi tidak pernah berhenti berkembang? Munculnya komputer menjadi tantangan baru bagi mereka yang mengandalkan otak.

Dulu mungkin kemampuan seseorang untuk menghitung dengan cepat dan tepat sangat diperlukan. Kini sudah ada kalkulator dan teknologi-teknologi lain yang punya kemampuan menghitung dengan cepat dan akurat. Bahkan di perbankan, teller tidak perlu lagi menghitung uang secara manual, tinggal taruh uangnya ke mesin, nanti mesin menghitung sendiri.

Dulu kemampuan menggunakan sejumlah software desain sangat diperlukan. Kini telah banyak software yang menyediakan template instan. Bahkan dengan munculnya kecerdasan buatan, seseorang tinggal mengetikkan keinginannya, mesin akan memprosesnya sehingga tercipta gambar sesuai keinginan. 

Sebelumnya, munculnya ChatGPT dan sejumlah open AI sempat membuat banyak orang takjub. Pasalnya, aplikasi-aplikasi tersebut dapat memberikan jawaban dengan cepat terhadap pertanyaan yang diajukan. Bahkan aplikasi tersebut dapat memberikan ide-ide bila kita memintanya. Mungkin bisa dikatakan, aplikasi tersebut layaknya konsultan.

Kabar terbaru, Google akan membuat aplikasi semacam itu atau chatbot yang lebih canggih. Melalui tim yang disebut Gemini, Google menciptakan Bard untuk menyaingi aplikasi-aplikasi tersebut. Dalam versi uji cobanya, Bard memang belum secanggih ChatGPT atau open AI-open AI sebelumnya. Akan tetapi, dengan database yang dimiliki, Google tentu akan terus memperbaiki layanannya.

Kabarnya, Google akan mengintegrasikan chatbot buatannya dengan Google Docs dan Google Slides. Nanti, chatbot Google akan mampu menganalisis gambar dan tabel. Google tidak mau ketinggalan dari pesaingnya, yaitu Microsoft.

Perkembangan ini mengartikan bahwa keandalan otak manusia pun kini mendapatkan tantangan. Beberapa waktu yang akan datang, bisa jadi kejayaan otak akan mengalami hal yang sama seperti kejayaan otot pada masa lalu. Secara perlahan, teknologi akan menggantikan pekerjaan otot dan otak manusia.

Jika demikian, apa yang tersisa pada manusia? Jika pekerjaan otot dan otak sudah diambil alih maka manusia harus merambat ke ruang yang lebih esensial, yaitu pekerjaan hati. 

Setidaknya, sampai saat ini, teknologi belum bisa menggantikan pekerjaan hati. Rasa kasih, cinta, kejujuran, dan sebagainya belum bisa digantikan oleh teknologi. Oleh karena itu, ke depan, kemampuan ini akan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Meskipun dengan bantuan AI sebuah robot semakin canggih, namun robot tetaplah tumpukan mesin yang tidak memiliki kasih dan cinta.

Pertemuan-pertemuan antarmanusia yang berlandaskan kasih, cinta, dan kejujuran akan sangat berharga. Sebab semua itu belum bisa dipenuhi oleh teknologi. Orang bisa ngobrol dengan ChatGPT, namun tentu saja obrolan tersebut tidak akan mampu menggantikan obrolan dengan sesama manusia yang dipenuhi kasih dan kejujuran. Orang bisa saja berlari atau jalan-jalan dengan robot, namun tentu saja kesan yang ditimbulkan tidak akan sama dengan berlari atau berjalan-jalan bersama sahabat.

Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan skill-skill yang diperlukan di masa depan. Khususnya skill-skill yang tidak mampu digantikan oleh teknologi. Bagaimanapun kita tidak bisa menghambat perkembangan teknologi, yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan perkembangan teknologi untuk kebaikan umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun