Mohon tunggu...
Syaiful Rahman
Syaiful Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Saya suka membaca dan menulis. Namun, lebih suka rebahan sambil gabut dengan handphone.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Menulis dari Pesantren Guluk-guluk

26 Desember 2014   03:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:27 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan metode seperti itu, siswa atau santri menjadi kecanduan untuk terus menulis. Apalagi, tulisan seorang siswa dapat dibaca oleh teman-teman sekelasnya dan diapresiasi. Tentu ada motivasi tersendiri untuk terus menulis yang lebih bagus lagi pada giliran berikutnya.

Metode buku besar tersebut sebenarnya hanyalah sebuah pancingan agar siswa dapat menulis. Sebab, setelah mereka merasa senang dengan menulis, di samping menulis buku besar, mereka menulis sendiri secara individu. Awalnya memang hanya main-main di buku besar namun ternyata dapat menjadi sungguhan.

Tak heran jika di kemudian hari banyak antologi cerpen, puisi, dan novel yang diterbitkan oleh santri atau siswa yang berasal dari Guluk-Guluk. Kalau pun tidak menulis secara pribadi, tulisan dalam buku besar tersebut dapat disisir kemudian dijadikan antologi bersama. Tentunya akan memiliki nilai lebih ketika tulisan itu dibukukan dan dibagikan ke teman-teman sekelasnya. Ada kenangan tersendiri.

Itulah metode yang kutemukan dari cerita teman tentang bagaimana pesantren di Guluk-Guluk melahirkan para penulis. Saya rasa metode ini dapat dijadikan salah satu pertimbangan oleh para civitas akademika Unesa. Bagaimanapun Unesa sudah memproklamirkan diri sebagai Pusat Kajian dan Gerakan Literasi. Itu artinya Unesa seharusnya dapat menjadi contoh teladan bagi perguruan tinggi lain untuk selalu menghasilkan tulisan.

Namun, saya sadari untuk memulai tentunya sangat sulit. Untuk menggerakkan para mahasiswa menulis dan juga dosen menulis tentu butuh perjuangan keras. Nah, tampaknya metode ini dapat dijadikan contoh untuk menggerakkan mahasiswa menulis. Saya yakin dengan metode ini, setiap tahun akan lahir ratusan tulisan dari para mahasiswa. Dan Unesa akan benar-benar berubah dan akan menjadi role model dalam dunia literasi.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun