Belajar Matematika dengan Etnomatematika di SD Khadijah 2 Surabaya
Oleh: SyaifullohÂ
Curiculum Expert CD LMS Support World Bank
Pagi yang cerah, Rabu (15/1/2025), para siswa kelas 4A SD Khadijah 2 Surabaya tampak antusias menyambut supervisor yang memasuki ruang kelas, mereka secara bergantian bersalaman dengan supervisor dengan takdhim, mereka bisa berkomunikasi dengan supervisor, menanyakan asal usul dan sebagainya, terjadi suasana yang aman dan nyaman di dalam kelas dan seolah tidak ada jarak dan interaksi yang mengasyikkan di slama kelas.Â
Dalam supervisi yang saya lakukan, Ustadzah Ulfa Safitri berhasil menghadirkan pembelajaran Matematika yang mengintegrasikan budaya melalui pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT). Metode ini dirancang untuk menghormati keberagaman budaya siswa dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna, relevan, dan kontekstual.
Supervisi ini merupakan bagian dari program rutin yayasan yang bertujuan mengukur profesionalisme dan capaian guru secara berkelanjutan. Dengan administrasi yang sudah disiapkan secara rapi, Ustadzah Ulfa memulai pembelajaran dengan topik etnomatematika, mengajak siswa mengenal Matematika dari perspektif budaya yang sudah dikenal. Siswa. Jadwal supervisi telah disampaikan dua bulan sebelumnya oleh kepala sekolah, sehingga semua guru dapat mempersiapkan diri secara optimal.
Pembelajaran dimulai dengan pembagian leflat Kota Kediri Historical Heritage kepada empat kelompok siswa. Diskusi kelompok menjadi langkah awal eksplorasi, di mana siswa mengamati bentuk-bentuk bangun datar yang ada pada candi. Setiap kelompok diberikan tugas untuk mengidentifikasi ciri-ciri segitiga, seperti segitiga sama sisi, sama kaki, sembarang, lancip, tumpul, dan siku-siku. Hasil diskusi ini kemudian dipresentasikan di depan kelas, melatih siswa untuk berpikir kritis dan berani berbicara.
Selain segitiga, siswa juga diminta menuliskan ciri-ciri berbagai segi empat, seperti jajaran genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, persegi, persegi panjang, dan segi empat sembarang. Aktivitas ini melibatkan kemampuan logis, mengasah keterampilan komunikasi siswa saat bekerja dalam tim. Proses pembelajaran semakin menarik ketika mereka mencoba menyusun berbagai bentuk bangun datar dari potongan kertas yang disediakan oleh guru.
Pembelajaran virtual melalui LCD membawa siswa ke Museum Airlangga Kediri. Mereka diajak melihat arca, prasasti, dan yoni yang menjadi warisan sejarah bangsa. Aktivitas ini memberikan pengalaman belajar visual yang kaya, memperluas wawasan siswa tentang kaitan antara Matematika dan budaya. Dalam sesi ini, Ustadzah Ulfa mengajarkan bahwa Matematika juga tercermin dalam seni dan warisan budaya.
Untuk memperkuat pemahaman siswa, Ustadzah Ulfa membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) 1. Dalam LKPD ini, siswa diminta membedakan konsep kerajaan dan candi, sekaligus mengidentifikasi bangun datar yang ada pada candi dan gapura. Aktivitas ini menggugah siswa untuk mengaitkan pembelajaran Matematika dengan sejarah bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, siswa juga belajar menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung dalam situs bersejarah tersebut.
Pada LKPD 2, siswa diberi tantangan untuk membedakan antara prasasti dan arca. Aktivitas ini dilanjutkan dengan eksplorasi bangun datar pada masjid Sunan Ampel. Di sini, siswa belajar mencermati bentuk-bentuk geometris yang membangun arsitektur masjid, seperti segitiga, lingkaran, dan persegi panjang. Pendekatan ini memperlihatkan kepada siswa bahwa bangun datar memiliki peran penting dalam menciptakan keindahan dan harmoni dalam desain bangunan.
Metode yang digunakan Ustadzah Ulfa berbasis Realistic Mathematic Education (RME), sebuah pendekatan yang mengutamakan pembelajaran Matematika berbasis realitas. RME mendorong siswa untuk berpikir logis dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan contoh-contoh nyata, siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selama dua jam pelajaran, suasana kelas tetap hidup dan penuh antusiasme. Siswa terlihat nyaman dan aman saat belajar. Aktivitas yang melibatkan diskusi, presentasi, dan eksplorasi visual berhasil membuat siswa terlibat secara aktif. Mereka juga dilatih untuk bernalar, bekerja sama, dan berpikir positif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Inovasi pembelajaran berbasis etnomatematika ini membawa siswa bahwa matematika dapat diajarkan dengan cara yang kreatif dan bermakna. Guru matematika SD Khadijah 2 Surabaya dalam memahami nilai-nilai budaya melalui pelajaran Matematika RME . Pendekatan seperti ini diharapkan dapat terus dikembangkan agar siswa yang berkarakter dan berprestasi sesuai perkembangan zaman.Â
Ustadzah Ulfa menutup pembelajaran hari itu dengan penuh semangat dan harapan. "Anak-anak, kalian luar biasa hari ini. Diskusi dan argumen yang kalian sampaikan menunjukkan bahwa belajar matematika realistis adalah bagaimana kita memahami budaya dan sejarah bangsa kita. Semoga apa yang kita pelajari hari ini bermanfaat di kelas dan membuat kalian lebih mencintai budaya Indonesia. Jangan pernah berhenti untuk belajar dan bertanya, karena dari rasa ingin tahu itulah kalian akan terus berkembang," ujarnya dengan senyum bangga.
Beliau juga menambahkan bahwa pendekatan etnomatematika ini adalah salah satu cara untuk membuat Matematika lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. "Saya berharap kalian bisa melihat bahwa Matematika bukan sesuatu yang sulit atau membosankan. Justru di dalamnya ada banyak hal menarik yang bisa kalian temukan jika kalian mau terus belajar," tutupnya dengan penuh motivasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H