Tema:
Tema yang terdapat pada novel "Bila Malam Bertambah Malam" karya Putu Wijaya ialah tentang status sosil yang terjadi di suatu daerah di dekat rumahnya.
Nilai-nilai Sosial
Dalam novel "Bila Malam Bertambah Malam" terdapat beberapa nilai sosial yang tergambar dan dapat dianalisis:
Nilai Multikultural: Nilai Multikular adalah sebuah filosofi yang ditafsirkan sebagai ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Novel ini menggambarkan nilai-nilai multikultural seperti belajar hidup dengan perbedaan, membangun rasa saling percaya dan pengertian, menjaga rasa saling menghormati, dan berpikiran terbuka. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam interaksi dan penggambaran berbagai kelompok masyarakat dalam novel. Berikut penggalan dialog:
Nyoman: "Bapa Wayan!"
Bapa Wayan: "Apa Nyoman?" tanyanya tenang dengan suara penuh kasih
Nyoman: "Gusti Biang memanggil Bapa."
Nilai Budaya dan Ekonomi: Novel ini juga menggambarkan nilai-nilai budaya dan ekonomi, karena menggambarkan interaksi antara kelompok masyarakat yang berbeda dan aspek ekonomi dan militer masyarakat yang digambarkan dalam novel. Berikut penggalan dialog:
Gusti Biang: "Si tua itu tak pernah memenuhi tugas dengan segera, kalau aku sedang membutuhkannya. Tentu saja ia sedang berbaring di kandangnya, menembang seperti pemuda yang sedang kasmaran, sambil menghitung rusuk rumah yang tidak akan bertambah atau berkurang. Pura-pura tidak mendengar, dibiarkannya aku berteriak sampai pingsan. Sesudah aku pingsan atau lupa, baru dia datang dengan mukanya yang seperti buaya dan menjemukan. Wayaaan! Wayan Tuaaa!"
Bapa Wayan: "Nunas sugere, Gusti Biang"
Interaksi Sosial dan Rasa Hormat: Novel ini menggambarkan interaksi sosial dan pentingnya rasa hormat dalam masyarakat. Ini menggambarkan adegan di mana individu dari latar belakang sosial yang berbeda berinteraksi satu sama lain, menekankan pentingnya saling menghormati dan memahami. Berikut penggalan dialog:
Gusti Biang: "Tentu saja! Leherku sampai putus berteriak memanggilmu! Sejak kapan telingamu tidak bisa lagi dipakai baik-baik!
Bapa Wayan: "Tentu saja titiyang ada mendengarnya Gusti Biang, itu sebabnya titiyang datang."
Implikasi Terhadap Pembelajaran: Nilai-nilai sosial yang digambarkan dalam novel mempunyai implikasi terhadap pembelajaran dan dapat memberikan wawasan dalam konteks sejarah dan kemasyarakatan. Memahami dan menganalisis nilai-nilai ini dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai dinamika budaya dan sosial dalam narasi. Berikut penggalan dialog:
Gusti Biang: "Almarhum suamiku, tangan kanan raja yang meninggal tertembak Belanda, ah, Ratu Singgih! Gusti Ngurah Ketut Mantri pelindung dan pejuang yang gagah perkasa! Hanya takdir siallah yang menyebabkan beliau binasa!"
Amanat:
Pada novel ini banyak sekali mengandung berbagai nilai sosial yang mencerminkan multikulturalisme, dinamika budaya dan ekonomi, serta pentingnya interaksi sosial dan rasa hormat dalam masyarakat yang digambarkan. Sehingga amanat pada novel ini terdapat nilai sosial yang dapat kita ambil. Bahwa jelaslah sebagai makhluk bermasyarakat, kita tidak dapat dipisahkan dari makhluk lainnya. Karena kita saling membutuhkan. Kita harus bersikap setara sebagai makhluk hidup, tanpa membeda-bedakan kedudukan sosial, dan saling hormat-menghormati. Jika seseorang menyimpan rahasia, suatu saat kebenaran akan terungkap. Jika seseorang mengerjakan sesuatu dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, maka ia pun akan mendapat pahala yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H