"Aku dengar-dengar sih katanya Mbok Nah itu menempelkan kertas, entah isinya apa gitu lho di papan balai desa sehingga memancing amarah para perangkat Desa." Ujar yang lain.
"Bukan begitu, tapi yang jelas menurutku Mbok Nah itu cuma negur atau sekedar mengingatkan pihak pemerintah Desa. Pihak pemerintah Desa kan juga manusia yang bisa saja salah dan khilaf. Siapa lagi yang mau menegur atau mengingatkan pemerintah kalau bukan masyarakatnya seperti kita, benar apa tidak.?" Kata yang lain kepada rekan-rekannya.
“Iya ada benarnya juga.” Jawab yang lain.
"Setahun yang lalu aku membukukan surat tanah yang di belakang rumahku itu eh nyatanya baru jadi kemarin, itupun karena sering-sering tak beri uang tambahan biar cepet kelar, sampai habis satu juta lho!" Sambung perempuan yang berkerudung merah.
"Apa semua itu harus dibiarkan terus menerus.?” Sahut perempuan yang lain.
"Yaah mau bagaimana lagi, ya dimaklumi saja. Lha wong nyalon kades saja modalnya sudah ratusan juta, dari mana modal bisa kembali kalau bukan dari masyarakat!" Pungkas kasanah nerocos begitu saja lalu berlari-lari kecil menuju sungai, hendak buang hajat.
Beberapa hari ini Mbok Nah menjadi bahan perbincangan, baik itu di rumah maupun di sawah, bahkan di majlis ta'lim dan tempat pengajian para ibu-ibu.
Kini Qohar telah terbiasa mendengar neneknya diperbincangkan, tidak ada lagi rasa heran maupun kaget mendengar pembicaraan-pembicaraan konyol tentang neneknya. Selesai mengairi sawah ia langsung pulang dan tidak lupa di setiap jejak langkahnya sepanjang perjalanan ia sempatkan diri memunguti kayu-kayu kering. Tanpa terasa semakin banyak kayu bakar yang di dapatnya, dengan agak kesulitan ia membawanya sambil sesekali istirahat di bawah rimbunnya pohon asem.
Di waktu yang sama tak jauh dari tempatnya beristirahat terparkir sebuah mobil pick up dengan warna hitam metalik, salah seorang penumpangnya datang menghampirinya. Sejenak ia teringat beberapa hari yang lalu dengan salah seorang yang akan mendekati dirinya, sewaktu rumah neneknya di datangi dua orang tamu asing yang tidak begitu di kenalnya, lama-lama ia mengenali betul wajah seseorang yang mulai mendekatinya, namun ia tak mengetahui siapa namanya.
"Itu orang nya!." Ujar pak Puji, sopir pribadi pak Amin yang tengah menunggu di pintu mobil setengah berteriak.
"Hai bocah bagus kamu cucunya Mbah Aminah, bukan?" Tanya pak Amin setelah menghampiri Qohar.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109